Unduh Aplikasi
97.56% (In)Sanity / Chapter 39: Vol. 2 - CH. 4 - Part Two

Bab 39: Vol. 2 - CH. 4 - Part Two

Beberapa bulan yang lalu.

"Zukaaa~" Teriak Sara memanggil sahabatnya, Zuka, dari kejauhan di lorong sekolah.

Zuka, yang sedang bersama Rezuki, membalikan badannya kearah Sara yang datang menghampiri mereka dari arah sebaliknya.

"Sara? Ada apa?" Tanya Zuka.

"Nee nee~ Kantin sedang menjual kue dan makanan manis sekarang!~ Ayo beli~!" Ajak Sara kepada mereka berdua dengan kedua matanya yang bersinar-sinar.

"Heeee~ Kue, ya~ Kelihatannya lezat" Balas Rezuki.

"Rezuki.. Kau suka makanan manis, ya?" Tanya Zuka kepada Rezuki.

"Ya. Kenapa?"

"...Tidak. H-Hanya saja.. Tidak seperti sifat mu"

"Hmm? Apa maksudnya itu?"

"lupakan"

"Nee~ Ayo kita ke kantin sekarang!~ Yang lain sudah menunggu!~" Ajak Sara kembali dengan semangatnya dan sedikit memaksa sambil menarik-narik baju kedua sahabatnya itu.

"Tenanglah, Sara~"

"Cepat!~ Nanti keburu habis!~"

"Seramai itu kah?"

Mereka bertiga pun mulai berjalan bersama menuju kantin. Namun..

"Kyaa!" Teriak seorang perempuan di sekitar lorong sekolah.

"Hmm?" Mereka bertiga bereaksi dengan cepat saat mereka mendengar teriakan itu.

Jauh di kamar mandi yang sudah lama tidak terpakai. Disana ada 5- Tidak. Tapi 6 perempuan dimana salah satunya terlihat sedang dibully oleh kelima gadis itu.

Mereka berlima memojokan gadis malang itu di sudut kamar mandi perempuan yang kosong itu.

"Nee~ Boleh kami minta uang mu lagi hari ini~ Kami sangat lapar tahu!~"

"T-T-Tapi... I-Ini sisa uangku untuk bulan ini.." Balas gadis malang itu sambil ketakutan.

"Itu bukan masalah kami~" Balas balik perempuan yang membullynya.

"T-Tapi..."

"Kau tinggal minta uang lagi, bukan~ Ke orang tua mu~ Mereka orang kaya, bukan~"

"Tidak seperti ayah mu lebih kaya saja, Anno~" Ledek teman si pembully itu.

"Hmph!~ Yak, tidak ada salahnya, 'kan, meminta uang ke orang lain untuk menyimpan uang mu sendiri~ Agar lebih hemat~"

"Uwaaah~ Anno.. Kau licik juga~"

"Begitu lah~" Balas sombong si pembully.

"Kalau begitu, cepat berikan uang mu! Kami ingin makan kue baru di kantin!" Lanjutnya.

Gadis malang itu hanya menundukan kepalanya. Kedua tangannya dia taruh di dadanya menahan jantungnya yang berdebar-debar ketakutan dengan kencang. Kedua kakinya bergemetar ketakutan. Lalu dia membalas-

"T-Tidak!" Jawabnya menolak dengan sedikit keberanian didalam dirinya.

"Huh!?"

"A-Aku tidak akan memberikannya!"

"...Kau.. Tahu apa yang baru saja kau lakukan, bukan?!"

"A-Aku tidak pernah meminta uang kepada kedua orang tua ku! A-Aku mencari uang ku sendiri dengat jerit payah dan keringat ku sendiri! I-Ini uang pendapatanku sendiri dari hasil kerja paruh waktu ku. A-Aku tidak akan memberikan uang hasil kerja keras ku sendiri kepada mu!"

"Hoooo... Berani juga, ya" Gadis pembully itu menatap rendah dengan tatapan yang tajam dan sadis ke gadis malang itu.

"Hiik!!" Gadis malang itu semakin ketakutan dan dari kedua matanya mulai keluar air mata karena ketakutan.

"Ayo cepat berikan! Uang mu juga tidak seberapa!" Gadis itu memaksa gadis malang itu dengan cara memegang lengan kanan gadis malang itu dan menarik-nariknya dengan paksa.

"T-Tidak!"

Dengan sekuat tenaga yang ia miliki, gadis itu mencoba untuk lepas dari genggaman gadis yang mebullynya tersebut. Tapi justru hal yang sangat tidak diinginkan terjadi.

SLAP!

Secara tidak sengaja, saat gadis itu berhasil lepas dari genggaman gadis yang membullynya, dia tidak sengaja menampar wajah gadis yang membullynya dengan sangat keras.

"H-Hiikk!? M-Maafkan aku!" Secara spontan, gadis itu langsung meminta maaf. Tapi-

"BERANINYA KAU!" Gadis yang membullynya itu justru semakin marah.

Emosinya meluap. Dia mengangkat tinju kanannya tinggi diudara bersiap untuk memukul gadis yang malang itu. Tahu ingin dipukul, gadis itu berusaha untuk melindungi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis ketakutan. Lalu-

GRAB!

"Sudah cukup sampai disitu!"

Zuka datang menyelamatkan gadis malang itu. Zuka menggenggam tangan gadis pembully itu dengan sangat erat untuk menghentikan ayunan pukulannya.

"Zuka!?" Mereka semua terkejut dengan kedatangan Zuka.

Situasi tiba-tiba menjadi tenang namun penuh tekanan. Zuka melepaskan genggamannya dan membiarkan gadis pembully itu bebas.

Gadis pembully bersama keempat temannya menatap Zuka dengan tajam. Dibelakang Zuka ada kedua sahabatnya, Sara dan Rezuki yang datang bersama Zuka.

"Kau tidak apa?" Tanya Zuka kepada gadis malang itu.

Gadis malang itu hanya dapat menggelengkan kepalanya kepada Zuka mengartikan kalau dia "Tidak apa-apa".

"Kau boleh pergi. Biar aku yang mengurusnya" Zuka membiarkan gadis malang itu untuk pergi. Lebih tepatnya membebaskan dan menyelamatkannya.

Gadis malang itu langsung lari keluar dari kamar mandi, kabur dengan sangat cepat berlari untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Sekarang hanya ada mereka berdelapan. Zuka dan kedua sahabatnya bersama si pembully dengan teman-temannya.

"Wah wah wah~ Lihat siapa yang datang~ 'Zuka si Sadis~'. Panggilan dan julukan mu sedikit 'Nakal' jika diambil atau dilihat dari konteks yang lain~. Benar begitu?~"

"Benar, benar~" Balas teman-temannya.

"Lupakan panggilanku! Itu tidak penting" Balas Zuka.

"Lalu.. Apa yang kau inginkan disini? Pipis?~" Ledek si pembully kepada Zuka.

Teman-teman si pembully itu tertawa kecil dari ledekannya itu.

"Tidak ada yang ingin buang air kecil di toilet lama ini"

"Memang tidak~ Kalau begitu, karena kau sudah mebiarkan targetku kabur...-"

Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Zuka.

"-...Kau mau mebagikan uang mu kepadaku, 'kan?~"

Gadis itu mulai memalak Zuka. Tapi Zuka-

"Ayo kita pergi, Rezuki, Sara" Ucap Zuka mengajak kedua sahabatnya untuk segera pergi sambil membalik tubuhnya.

"OY! Kau tidak bisa pergi bergitu saja, Zuka. Apa kau tidak tahu siapa aku ini?!"

Zuka menengok sedikit kebelakang dan membalas-

"Hantu kamar mandi tua?"

Ledekan kecil itu justru cukup menusuk hati gadis itu. Dengan luapan emosi yang sangat tidak perlu, gadis itu membalikan tubuh Zuka secara paksa membuat Zuka harus menghadapi dan menatapnya kembali.

"DENGARKAN AKU! DASAR YATIM PIATU!"

"!!!"

"Aku ini, Anno Tanaka! Anak perempuan dari calon Wali kota di kota ini! Aku memiliki hak untuk berkuasa disini! Sekolah ini ada di genggaman ayahku! Apa yang ayahku katakan dan inginkan d sekolah ini akan dilaksanakan dengan seketika oleh sekolah ini! Jadi-"

Belum selesai menyelesaikan omongannya yang tidak ada artinya itu, Zuka dengan penuh tenaga menampar dengan sangat keras wajah Anno. Anno terpental berkat tamparan Zuka yang sangat kuat. Tamparan itu membuat Anno terpental dan menabrak pintu kamar mandi toilet dengan sangat keras dan hasilnya melukai kepala dan wajah Anno sedikit.

"ANNO!!!"

Teman-teman Anno segera menghampiri Anno dan memeriksa keadaannya.

Wajah Anno berubah sangat merah berkat tamparan Zuka. Hidungnya mimisan. Kepalanya mengeluarkan sedikit darah berkat benturan yang keras menabrak pintu kamar mandi. Dan Anno juga mulai menangis berkat tamparan Zuka. Anno memegang pipinya yang ditampar oleh Zuka, merasa kesakitan.

"ZUKA!? APA YANG KAU LAKUKAN!?" Sara terkejut dengan apa yang baru saja Zuka lakukan.

"A-AWAS SAJA KAU ZUKA! K-KAU AKAN MERASAKAN AKIBATNYA!"

"Pergi!"

"K-KAU!"

"PERGI DARI HADAPANKU! DASAR ANAK AYAH!" Teriak Zuka dengan penuh amarah kepada Anno.

"H-HIIKK!!"

Anno dan teman-temannya langsung pergi dengan sangat cepat, ketakutan.

Kamar mandi itu menjadi penuh dengan tekanan yang sangat canggung.

"Zuka.. Kau tidak apa?" Tanya Sara kepada Zuka yang terlihat sangat tidak senang.

"Tindakan yang sangat bodoh, Zuka" Lanjut Rezuki.

"REZUKI! Sekarang bukan saatnya!"

"Kau akan mendapat masalah besar, Zuka. Anno pastinya akan melaporkan hal ini kepada ayahnya"

"REZUKI!"

Zuka hanya terdiam menatap ruang kosong.

"...Zuka?" Panggil Sara yang kebingungan.

Setelah terdiam beberapa detik-

"Ayo kita pergi!"

Zuka langsung bergerak lebih dulu mendahului kedua sahabatnya.

"Z-ZUKA?! O-Oy.. T-Tunggu kami..."

Sara dan Rezuki menyusul Zuka dibelakang.

Di kantin sekolah yang sangat padat dan ramai.

Kantin sekolah saat ini sedang kebanjiran murid perempuan yang sangat ingin makan kue dan manis-manisan berkat menu spesial dan tema kantin hari ini yang menyediakan Kue dan makanan manis.

Di salah satu meja di kantin, sudah ada keempat sahabat Zuka yang lainnya. Azuna, Aoi, Niko, dan Himawari yang sudah menunggu mereka dari tadi.

"Ah~ Itu mereka" Ucap Azuna saat dia melihat Zuka, Sara, dan Rezuki datang sambil membawa kue yang mereka beli masing-masing.

"Zuka, Rezuki, Sara!~ Disini!~" Aoi memanggil mereka bertiga sambil menunjuk meja mereka.

Zuka, Sara, dan Rezuki langsung menghampiri mereka dan kemudian duduk di kursi kosong yang sudah disiapkan oleh keempat sahabatnya.

Zuka, Rezuki, dan Sara datang dengan wajah yang datar, membuat bingung keempat sahabatnya sekaligus membuat suasana yang sebelumnya menyenangkan menjadi sedikit suram dan canggung.

"E-Etoo.. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Himawari yang khawatir.

"Tidak. Bukan apa-apa..." Balas Sara.

"...Tidak. Sudah sangat jelas kalau pasti baru saja terjadi sesuatu"

"Zuka. Apa yang terjadi?" Tanya Azuna.

"...Bukan apa-apa" Balas Zuka yang menolak memberitahu kepada mereka.

"...Hmmm.."

Azuna kemudian bertanya kepada Rezuki.

"Rezuki. Apa yang terjadi?"

Rezuki kemudian menjawab dengan jujur-

"Zuka baru saja menampar Anno"

"APA!?" Azuna, Aoi, dan Himawari sangat terkejut.. Sementara itu Niko tersedak oleh kue yang sedang ia makan berkat terkejut mendengar apa yang Rezuki katakan.

"APA YANG KAU LAKUKAN, ZUKA?! KAU TAHU DENGAN SIAPA KAU BERURUSAN, BUKAN?!"

"...Ya"

"JANGAN MENYEPELEKAN MASALAH INI! Kau bisa dalam masalah besar!"

"Ingat apa yang terjadi oleh beberapa murid yang dikeluarkan dari sekolah berkat Anno mengadukan mereka kepada Ayahnya!? Bahkan ada yang sampai harus pindah kota berkat itu. Apa yang akan terjadi kepadamu nantinya!?"

"J-Jangan bilang kepada Niko kalau Zuka akan dikeluarkan dari sekolah!"

Zuka tidak membalas. Dia mulai memakan kuenya dengan pelan mengabaikan kepanikan teman-temannya.

"ZUKA! Tolong tanggapi masalah ini lebih serius lagi!" Aoi memukul meja dengan tenaganya yang cukup, menanggapi dengan sangat serius masalah Zuka.

Zuka masih tidak membalas dan kembali memakan kuenya dengan tenang. Sara dan Rezuki juga begitu. Mereka bertiga tidak menghiraukan masalah Zuka dan lebih memilih untuk menikmati kue mereka.

Kondisi mereka menjadi sunyi dan canggung ditengah-tengah kantin yang ramai dengan banyak murid yang tidak mempedulikan keberadaan mereka.

Himawari mulai bertindak untuk memecah aura yang tidak enak ini.

"S-Sudah lah.. T-Tidak perlu mepermasalahkan itu dulu.. A-Ahaha ha.. Aku yakin Zuka tidak akan kena masalah besar. Tidak semua murid yang berhadapan dengan Anno terkena hukuman yang berat kok. M-Mungkin Zuka hanya dihukum tidak masuk selama beberapa minggu saja. I-Itu sudah lebih mending daripada dikeluarkan dari sekolah, bukan. A-Aha ha ha ha... Ha.."

Situasi canggung dan berat itu menjadi sedikit enteng berkat pikiran positif Himawari.

"K-Kalau begitu.. A-Ayo kita nikmati saja kue kita. U-Uwaahh~ Kue ini terlihat enak loh~" Himawari berusaha untuk mendinginkan suasana dan mengalihkan topik semampunya.

Azuna menghela nafasnya pelan.

"Aku harap besok tidak terjadi masalah besar, Zuka. Kami tidak ingin kau kenapa-napa"

Zuka hanya menundukan kepalanya pelan.

"Tolong... Kedepannya lebih memikirkan kembali tindakanmu sebelum bertindak, Zuka!"

"...Maafkan aku.." Balas Zuka dengan pelan.

Dengan begitu, di situasi yang sangat canggung, mereka semua menyantap kue mereka bersama yang sayangnya terasa tidak lezat dan nikmat berkat situasi mereka saat ini.

Keesokan harinya.

Zuka sedang berjalan di lingkungan sekitar sekolah. Dimana ada satu masalah dari tadi yang mengganggunya atau membuatnya risih, yaitu orang-orang melihatinya dengan pandangan takut dan setiap kali Zuka mendekati mereka, mereka menjadi ketakutan dan menjauhinya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Zuka di dalam hatinya kepada dirinya sendiri.

Lalu dari jauh-

"ZUKAAA!!!" Himawari datang dengan berlari menghampiri Zuka.

"Himawari? Ada apa?-"

"CEPAT IKUTI AKU!"

"Hmm? Kenapa?-"

"A-ANNO MENEBARKAN FITNAH KEPADAMU!"

"!?!?"

Di lorong sekolah.

Lorong itu penuh dengan murid-murid yang mengerumuni Anno. Anno disana terlihat berpura-pura kesakitan dan ketakutan sambil berpura-pura menangis seolah-olah kalau dia adalah korban dari pembullyan.

Sementara itu, teman-teman Anno menyebarkan berita palsu mengenai kondisi Anno. Mereka mengatakan kalau Anno adalah korban pembullyan yang dilakukan oleh Zuka. Mereka mengatakan kalau Zuka membully Anno tanpa sebab yang jelas dan menamparnya dengan sangat kuat sampai mimisan dan luka lebam juga melukai kepalanya sampai berdarah. Mimisan dan luka dikepala memang benar terjadi, tapi tidak untuk luka lebam.

Mengetahui akan status Anno yang seorang anak dari calon Wali kota, para murid hanya dapat mempercayainya. Walaupun beberapa dari mereka mengetahui sifat jahat dan licik Anno yang juga seorang pembully di sekolah ini, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain mempercayainya.

Juga, mereka lebih baik memihak Anno, yang merupakan anak calon Wali kota, ketimbang memihak Zuka yang terkenal akan sifatnya yang dingin dan tindakannya yang sering menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Itu karena mereka tidak ingin kenapa-napa dan tidak ingin berurusan dengan keluarga Anno.

Dalam artian lain.. Para murid lebih takut dengan Zuka.

Lalu ditengah kerumunan itu-

"TUNGGU DULU! JANGAN DENGARKAN PERKATAANNYA! BUKAN ITU YANG TERJADI! ITU SEMUA SAMA SEKALI TIDAK TERJADI!" Ucap Sara yang berusaha untuk melindungi sahabatnya.

"A! KAU! D-Dia kemarin juga bersekongkol dengan Zuka untuk menyakitiku!" Ucap dusta Anno kepada murid-murid lain menuduh Sara yang juga ikut menyakitinya.

Semua murid mempercayai itu dalam sekejap dan mulai berbisik-bisik mengenai Sara.

"A-APA!? D-DASAR KAU!!! AKU SAMA SEKALI TIDAK MENYAKITIMU!"

"Hmph! Di saat-saat seperti ini kau justru berusaha berbohong!~" Balas Anno yang kembali menuduh Sara.

"S-SIALAN! LIHAT SIAPA YANG BERBOHONG DISINI! DASAR LANJANG!"

"A-APA KATAMU!"

Perkataan kasar Sara yang keceplosan tersebut justru tambah merusak nama baiknya. Ucapannya yang kasar sebelumnya terhadap Anno justru menambah bukti palsu kalau Sara juga ikut membully Anno.

"A-Apa-apaan ini!?" Sara menjadi sangat bingung dengan orang-orang yang mulai bertambah dalam memihak Anno.

"S-Sial..! Kalau begini terus-"

Ditengah-tengah kerumunan, Sara menyadari kalau ada gadis malang yang waktu itu dipalak oleh Anno berdiri ditengah-tengah kerumunan.

"O-Oy! K-Kau yang waktu itu, bukan?"

"Hm??" Anno menyadari kalau gadis itu adalah gadis yang sering dipalak oleh Anno.

"H-Hikk?!" Gadis itu terkejut saat dirinya dipanggil dan ditunjuk oleh Sara.

"C-Cepat ceritakan kepada mereka semua kalau kemarin kau dipalak oleh Anno! Dan katakan kalau kau lah yang dibully oleh Anno kemudian Zuka menyelamatkanmu. Katakan yang sebenarnya!"

"A-Aku..."

Gadis itu merasa sangat bingung. Dia tidak tahu harus berbuat apa dan harus memihak siapa. Dia kemudian melirik sedikit ke arah Anno dimana dia melihat tatapan mata Anno yang sangat tajam menusuk jiwanya mengancamnya seolah-olah Anno memerintahkannya untuk berbohong dan jika tidak maka dia akan terkena masalah besar nantinya.

"H-Hiikk!!" Gadis itu merasa takut dengan ancaman Anno.

"A-Ayo katakan yang sebenarnya..." Minta Sara.

"S-Sebenarnya..."

"Y-YA! Katakan yang sebenarnya!"

"...Semua perkataan Anno adalah benar..."

"APA!?" Sara terkejut mendengar itu.

"Hmph~" Senyum licik Anno yang tersembunyi.

"OY! KEMARIN KAU KAN DIPALAK OLEH ANNO!" Teriak Sara kepada gadis malang itu.

"K-Kemarin.. A-Aku tidak dipalak oleh Anno.."

"APA YANG KAU BICARAKAN!?"

"A-Anno-san.. D-Dia hanya ingin meminjam uang kepadaku. D-Dia kemarin juga mengembalikan uang pinjamannya yang ia pinjam sebelumnya kepadaku..."

"D-DASAR PENGKHIANAT! PEMBOHONG!" Sara mendekati gadis malang itu dengan penuh emosi.

"H-HIIKK!! M-MAAFKAN AKU!" Teriak takut dan panik si gadis itu saat Sara mulai mendekatinya dengan penuh amarah.

Dengan penuh emosi dan amarah, Sara memegang erat pundak gadis itu dimana gadis itu menjadi sangat ketakutan.

"KAU MENGKHIANATI ORANG YANG BARU SAJA MENYELAMATKANMU KEMARIN! ORANG YANG RELA NAMANYA TERNODAI HANYA UNTUK MENYELAMATKAN MU!"

"M-MAAFKAN AKU!"

"APA MAKSUDMU, HAH!? KAU SAMA SEKALI TIDAK TAHU RASA TERIMA KASIH! DASAR PENGECUT!"

Situasi ini dimanfaatkan oleh Anno untuk membuat situasi dan tuduhan menjadi lebih panas lagi.

"LIHAT SEMUANYA! Ini adalah bukti kalau Zuka dan Sara membullyku pada waktu itu! Sara sama sekali tidak pikir panjang untuk mengancam gadis itu!"

"A-APA YANG KAU BILANG! D-DASAR KAU INI!"

"Sudah tidak ada ruang untuk mu dan Zuka untuk membersihkan namamu lagi tahu~ Semua bukti sudah terlihat dan terbukti dengan sangat jelas~ Lebih baik kalian-"

"LEBIH BAIK KAMI APA, HAH?! APA KAU MENCOBA UNTUK MENGANCAM KAMI!?"

"E-Ehh.. I-Itu... Aaaahhh! T-Tolong aku! Sara mencoba mengancamku kembali!"

Anno tidak tahu harus berbuat apa dan ancaman apa yang ingin dia keluarkan berkat sudah ketakutan dengan Sara yang mulai menjadi sangat serius dan marah besar. Anno justru bermain menjadi korban lagi untuk terbebas dari dirinya yang tertekan oleh amarah dan emosi Sara yang sudah sampai pada puncaknya.

"APA!? DASAR LANJANG! AKU TIDAK PEDULI LAGI! AKU AKAN-"

Ditengah situasi yang memanas itu-

"Hentikan, Sara!"

Semua orang menengok dimana mereka langsung ketakutan saat melihat siapa yang datang.

"Z-ZUKA!?"

Zuka datang bersama Himawari.

"S-Sial.. Zuka akhirnya datang" Ucap Anno di dalam hatinya yang ketakutan tidak tahu harus berbuat apa.

"Zuka akhirnya kau datang! Cepat katakan kepada semua orang apa yang sebenarnya terjadi kemarin!"

"AAAHHH!!! ITU DIA ZUKA! KEMARIN DIA!-"

"Hentikan acting mu itu!" Perintah Zuka dengan santai namun ada tekanan diucapannya itu kepada Anno yang baru saja ingin mulai bermain menjadi korban lagi.

"H-HIIKK!!!" Anno menjadi ketakutan dengan serangan balik Zuka.

"Ihihihihi~ Sekarang kau tamat~ Zuka akan-"

"Ayo kita pergi, Sara!" Ajak Zuka.

"Ya~ Ayo kita... APA!?!?"

"EH?!" Himawari terkejut dengan apa yang Zuka katakan.

"Apa???" Begitupun dengan Anno.

Situasi dan kondisi disana menjadi sangat hening dalam seketika. Bahkan Sara dan Anno hanya dapat terdiam tegak memasang raut wajah yang sangat kebingungan. Begitupun dengan yang lainnya.

Zuka mengulangi kembali ucapannya-

"Sara... Ayo kita pergi!"

Zuka memutar badannya membelakangi kerumunan tersebut lalu kembali berbicara-

"Kalian juga bubar! Terserah kepada kalian ingin mempercayai dan memihak kepada siapa!"

Setelah mengucapkan itu, Zuka jalan terlebih dahulu mendahului kedua sahabatnya meninggalkan tempat itu.

Semua orang masih terdiam tidak bereaksi apa-apa.

Lalu-

"Z-ZUKA! T-TUNGGU KAMI!" Himawari mengejar Zuka yang sudah jalan lebih dulu meninggalkan mereka.

"O-OY! JANGAN TINGGALKAN AKU DISINI!" Sara juga mulai mengejar Zuka dan Himawari yang sudah meninggalkannya lebih dulu.

Setelah Zuka, Himawari, dan Sara pergi dari situ, kerumunan itu pun juga mulai bubar, menyisakan Anno dan teman-temannya yang dipenuhi dengan kebingungan.. Dan sedikit rasa malu dan harga diri yang secara tidak langsung baru saja diinjak-injak oleh Zuka berkat ucapan dan tindakannya yang tidak disangka-sangka.

Tapi...-

"Ichika Suzuka... Awas saja kau nanti!"

Anno Tanaka justru menyimpan dendam kepada Zuka. Berkat harga dirinya yang baru saja diinjak dan dirinya baru saja dipermalukan secara tidak langsung oleh Zuka.

Ditangga yang menuju atap sekolah.

"APA MAKSUDNYA ITU, ZUKA?! KENAPA KAU MALAH MEMBIARKAN ITU SEMUA!? PADAHAL ITU WAKTUNYA KAU MEMBERSIHKAN NAMAMU DARI TUDUHAN DAN FITNAH ITU!" Sara memarahi Zuka atau lebih tepatnya meminta penjelasan kepada Zuka atas tindakannya yang sebelumnya.

"Tenanglah, Sara" Ucap Aoi.

"BAGAIMANA AKU HARUS TENANG DISITUASI SEPERTI INI!? PADAHAL ZUKA-"

"Tenaglah, Sara" Ucap Zuka.

"HAH!? Kenapa aku harus tenang?! Coba jelaskan!"

Sara mendekati Zuka dan memegang kerah baju Zuka kemudian memarahinya.

"DENGARKAN AKU! Namamu baru saja dirusak oleh para perempuan-perempuan murahan menyedihkan itu! Aku berusaha semampuku untuk membenarkan tuduhan dan fitnah itu!-"

"-...AKU BERUSAHA SEMAMPUKU UNTUK MELINDUNGI NAMAMU DAN DIRIMU, ZUKA! AKU MENARUH HARGA DIRIKU DAN NAMAKU UNTUK MELINDUNGI MU! AKU BAHKAN MENJADI BAHAN TUDUHAN DAN FITNAH JUGA SETELAH ITU BERKAT AKU YANG MENCOBA UNTUK MELINDUNGI MU!-"

"-...DAN KAU MEMINTAKU UNTUK 'TENANG' SETELAH KEJADIAN INI SEMUA!? KAU TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN PEREMPUAN YANG MENGKHIANATIMU ITU! KARENA KAU JUGA MENGKHIANATI AKU! Apa yang merasukimu, Zuka!?"

Zuka hanya dapat terdiam sambil melihat kebawah merasa sangat bersalah.

Sara tidak senang dengan balasan diam dan ekspresi bersalah Zuka yang ia dapat.

"K-KKHH! JAWAB AKU, ZUKA! INI TIDAK SEPERTI DIRIMU! APA YANG MENUSUK HATI MU!? APA YANG MENGGANGGUMU!? APA YANG MEMBUATMU MENJADI SEPERTI INI!? KEMARIN KAU TIDAK SEPERTI INI! KAU KENAPA!?"

Setelah terdiam beberapa detik, Zuka membalas-

"...Maafkan aku"

Sara terkejut, namun tidak senang dengan balasan yang ia dapat.

Sara kemudian melepaskan genggaman kerahnya.

"Tch! Kau mengecewakanku.. Zuka" Sara merasa sangat Kecewa.

"...Maaf"

"Zuka. Mulai sekarang kau akan dicap sebagai pembully. Kehidupan sekolah mu dari awal memang sudah tidak bagus berkat tindakan-tindakan mu yang kasar dulu. Dan ini akan lebih memburukannya"

"REZUKI!? Kenapa kau selalu berkata tajam seperti itu?!" Tanya Himawari yang sangat khawatir kepada Zuka.

"Tidak. Rezuki benar, Himawari" Lanjut Azuna.

"Azu-chan?!"

"Dari dulu, kau memang sudah terkenal sebagai gadis yang mnegerikan dan kasar. Entah kau dicap sebagai seorang pembully atau tidak berkat tindakanmu yang dulu. Tapi.. Sekarang kau sudah menjadi salah satunya.. Secara resmi..-"

"-...Mau tidak mau, kau harus menjalani kehidupan sekolah mu yang buruk ini dengan cap sebagai seorang 'Pembully' di punggungmu"

"Ya. Aku tahu itu. Lagipula kemarin memang salah ku"

"Itu bukan salah Zuka! Zuka hanya berusaha untuk menyelamatkan gadis malang itu, bukan?" Balas Niko.

"Tidak. Itu semua adalah kesalahan besar. Salahku yang ingin menolong gadis lemah sepertinya dan mudah emosi dengan perkataan Anno yang benar"

"Z-Zuka..?"

Zuka kemudian naik ketangga selanjutnya yang menghubungkan dengan pintu masuk ke atap sekolah. Tempat itu selalu digunakan oleh Zuka untuk menenangkan dirinya.

Teman-temannya tahu kalau Zuka sedang berada disitu itu artinya Zuka butuh waktu untuk menenangkan diri dan pikirannya.

"...Sekarang.. Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Sara kepada yang lain dimana yang lain tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku akan ikut dengan Zuka" Lanjut Sara.

"Apa maksud mu?" Tanya Azuna.

"Aku akan ikut dengan Zuka menjalani kehidupan sekolahku dengan cap sebagai seorang 'Pembully'. Lagipula.. Itu semua sudah terlanjur, bukan. Kejadian di lorong tadi. Aku sudah dicap sebagai seorang 'Pembully' gadis lemah dan menyedihkan oleh orang-orang"

"S-Sara..."

"Aku tidak menyesalinya.. Lagipula.. Kakakku dulu juga.. Harus menjalani kehidupan sekolah yang sangat menyedihkan dan menyiksa. Aku.. Ingin merasakan sedikit apa yang kakakku rasakan pada masanya.." Lanjut Sara dengan wajah yang murung dan terlihat sangat pasrah.

"S-Sara... Kau.."

"YAK! Aku harap kejadianku tidak lebih buruk daripada Kakakku yang lemah itu!-"

"-..Mental dan jiwaku ini lebih kuat daripada Kakakku!~ Jadi aku tidak akan terjerumus kedunia yang salah dan Narkoba!~ Aku tidak akan terjerumus kedalam hal-hal itu dan tidak akan mengakhiri hidupku seperti kakak bodohku!~ Aha ha ha ha!~"

"...Sara.. Kau.."

"YOSH! Kalau begitu aku juga akan ikut denganmu!" Aoi memutuskan pilihannya.

"Eh? Aoi kau kan tidak ikut masalah Zuka dan Sara"

"Apa yang kau bicarakan? Aku ini teman Zuka dan Sara! Aku tidak ingin teman-temanku menjalani kehidupan menyedihkan mereka sendirian. Setidaknya ada yang menemani mereka dan ada untuk mereka saat dibutuhkan!~ Benar begitu, bukan?~"

"Aoi.. Hmph!~ Kalau begitu aku juga!~" Azuna juga ikut meloncat kedalam kehidupan yang menyedihkan.

"Aku juga!" Himawari juga begitu.

"Himawari kau tidak perlu! Kehidupan mu sudah sangat berwarna dan lebih baik-"

"TIDAK! Aku tidak ingin meninggalkan kalian! Aku takut kalian kenapa-napa! Aku tidak ingin merasakan kehidupan yang tenang sendirian jika tidak bersama kalian"

"Hmph!~ Kau selalu saja yang paling pengertian diantara kita, ya, Himawari~"

"N-Niko juga! N-Niko mungkin tidak kuat seperti kalian! T-Tapi Niko tidak ingin jauh dari kalian!"

"Kami juga tidak ingin meninggalkanmu, Niko~"

"Lalu.. Bagaimana denganmu, Rezuki? Kau bersama denganku dan Zuka kemarin, bukan, di kamar mandi"

"Hmph.. Padahal aku tidak ingin ikut-ikutan dengan kalian"

"OY!"

"Tapi apa boleh buat. Aku ikut. Dengan terpaksa"

"SEBENERNYA KAMU NIAT DAN PERHATIAN DENGAN KITA GAK SIH!? TERUTAMA ZUKA!?"

Di tempat Zuka, Zuka disana terlihat hanya dapat tersenyum. Wajahnya yang murung itu dihiasi dengan senyuman lega dan senang penuh dengan rasa syukur karena memiliki sahabat-sahabat seperti mereka. Dan dengan pelan tanpa diketahu oleh sahabat-sahabatnya.. Zuka hanya dapat mengucapkan-

"Semuanya... Terima kasih.."

............

"A.. Kelihatannya diluar sudah tidak ramai" Intip seorang gadis yang sangat cantik dari balik pintu ruang seni.

Setelah selesai mengintip, gadis itu menutup pintu itu dengan sangat rapat.

"Sensei..~ Kenapa sensei tidak membubarkan kerumunan itu?~ Sensei takut dengan ayah Anno, ya?~" Ledek gadis itu kepada seorang guru yang ada didalam bersamanya.

"Hmph!~ Diriku yang dulu tentunya dan pastinya tidak akan takut dengan ancaman siapapun dan bahkan Calon Wali kota~" Balas guru itu.

"Lalu?~"

"Tapi.. Kehidupanku sudah berbeda dengan yang dulu~ Aku sudah bukan diriku yang dulu lagi dan kini identitasku sudah bukan identitasku yang dulu~ Aku harus menjalani kehidupanku dengan identitasku yang baru ini~"

"Kesimpulannya?~"

"Hmph!~ Bilang saja kalau seluruh guru dan staff di sekolah ini memang sangat takut dengan Ayah Anno dan mereka semua sama sekali tidak ingin ikut campur dengan masalah Anno~ Bahkan tidak ada yang ingin menghentikan tindakan Anno jika Anno sudah berulah karena takut dengan masalah yang akan didapatkan jika Anno melaporkan mereka kepada Ayahnya~"

"Ahhh~ Begitu rupanya~ Kalian payah~"

"Hmph!~ Mau bagaimana lagi, bukan~"

"Kenapa Sensei tidak kembali ke jati diri sensei yang lama saja?~ Kenapa ingin menjadi seperti ini sekarang ini?~"

"Dasar bodoh~ Kehidupanku dulu yang lama itu tidak ada artinya dan sangat memberatkan mental dan pikiranku. Kehidupan yang sulit dan keras. Semua orang pintar tahu kalau lebih baik memilih dan mencari kehidupan yang lebih baik dan menguntungkan ketimbang yang menyedihkan dan susah~"

"Heeeee~"

"Hanya orang bodoh yang tidak tahu arah jalan hidup yang rela melompat ke jurang kehidupan yang sulit dan menyedihkan~ Sekalinya masuk, maka akan sangat sulit untuk keluar dari dalam situ"

"Tapi buktinya sensei berhasil~"

"Dengan penuh perjuangan, tentunya~"

"Kenapa sensei dari awal sudah dikehidupan yang seperti itu, lagipula?~"

"Entahlah~ Aku sudah terlahir di 'Tempat itu'. Sudah sejak dari aku lahir aku berada di 'Tempat itu' dan yang bisa kulakukan adalah berusaha untuk bertahan hidup di 'Tempat itu'. Jadinya seperti aku yang sekarang ini"

"Heeeee~ Sensei hebat, ya~"

"Sudahlah~ Tidak perlu membahas masalah itu. Cepat selesaikan lukisanmu, Yuna!~"

"Baik, Jin-sensei~"


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C39
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk