*flashback
Kensel termenung di atap sekolah setelah mendengar kabar kalau Maggiana diculik. Kensel merutuk dirinya sendiri.
"Kenapa aku tidak bisa menjaga Giana?!"
Kensel memandang langit cerah dengan tatapan suram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada dipikirannya hanya rasa khawatir akan keselamatan Maggiana. Kensel tahu, meskipun Maggiana kuat dalam hal fisik, tetapi dalam hal mental Maggiana juga sama seperti perempuan pada umumnya.
Maggiana pasti ketakutan. Maggiana pasti trauma. Yang lebih penting, apa Maggiana masih hidup?
"Seharusnya, aku lebih sering memberinya kabar," batin Kensel yang sudah dua hari tidak chat dengan Maggiana karena sibuk di klub Sepak Bola.
Lalu, seorang lelaki dari kelasnya menghampiri Kensel. Orang itu menepuk pundaknya.
"Yo!"
Kensel menoleh. "Tinggalkan aku sendirian."
"Jangan sering galau. Kau masih muda." Lev memberi saran.
Kensel tidak menggubris.
"Teman sekelas mencarimu, lho. Ayo kita turun."
Kensel tetap acuh.