1Bulan sebelum Murni Koma.
Selama Murni sakit setelah melahirkan, otomatis Murni tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti ia sebelum hamil. Ketika ia hamil pun kegiatannya di bantu asisten rumah tangga, perawat dan bidan yang membantu kehamilannya, pengasuh untuk anaknya dan saudara dekat yang sedia membantunya. Ketika setelah melahirkan dan mengalami kelumpuhan kegiatan di rumah dan mengasuh anak-anaknya ia di bantu bantak orang. Karena mengosumsi banyak obat bayinta tidak bisa disusui, akhirnya ia memberi ASI dari ibu pengganti. Bayinya di susui secara ikhlas oleh ustadzah Fatimah istri ustadz Abdullah pengasuh pondok pesantren milik Richman di Anggana. Fatimah kehilangan bayi yang baru dilahirkannya, sementara air susunya melimpah tanpa ada yang mengisapnya, akhirnya ia menawarkan diri menyusui dan merawat Zaid putra Murni selama ia sakit dan membawanya ke pesantren. Murni merelakan putranya di rawat orang lain demi kesehatan dan keselamatan bayinya.
Tetapi entah mengapa Murni bukan semakin membaik kesehatannya malahan makin memburuk, sehingga ia mengambil keputusan yang menjebaknya dalam kehidupan yang pahit sesudahnya.
Semenrara Maulana di asuh oleh Hasnah.
Hasnah ikut tinggal di Samarinda untuk mengurus keperluan Maulana. Maulana dekat kembali dengan Hasnah setelah Miss D alias Radiah bersekolah di Bandung.
***
10 hari sebelum Murni koma. Di ruang perawatan khusus Rumah Sakit Samarinda.
Murni menenggelamkan dirinya semalam suntuk untuk berfikir dengan berzikir. Mengingat dan menetapkan hatinya bahwa apa yang ingin dilakukannya bukan karena paksaan atau tekanan di bawah kesadarannya. Tetapi hal ini memang berasal dari hati nuraninya dan keimanan yang mendalam, dia akan membagi cinta dan kasih sayang suaminya untuk kebahagiaannya.
Murni menutup ibadah malamnya di tempat tidur. Sekarang ia bukan hanya lumpuh kakinya tetapi kehilangan kekuatannya. Tubuh moleknya hanya tersisa kulit membalut tulang. Wajah cantiknya perlahan menghilang. Kulitnya yang bersih sekarang keriput dan menghitam. Rambutnya hitamnya yang hitam bagai tinta rontok dan memutih. Sunggih derita yang dia hadapi membuat orang takut dan menangis. Tapi tidak demikian dengan Murni.Tidak sedikitpun air mata yang tumpah, dan tidak ada erangan sedikitpun di bibirnya. Hatinya kuat.
Sebaliknya dengan Richman ia yang sangat terluka dan menderita. Dia menderita karena tak bisa menggantikan Murni. Inginnya dirinyalah yang jatuh sakit begitu. Harusnya dia saja yang sakit bukan Murni.
Richman belum datang dari Kotabangun. Maulana diantar ke sekolah dengan supir. Hasnah membantu Murni mandi.
"Hasnah", Suara Murni pelan dan berat. Ia mengerahkan tenaga untuk berbicara. Hasnah mendekat. "Ya kak" Hasnah mendekat ke tepi ranjang. Menutup rambut Murni dengan kerudung putih.
Murni tersentuh dengan kebaikan Hasnah yang merawatnya dengan tulus dan sabar. Hasnah mengorbankan selama beberapa bulan merawat dirinya dan mengurus Maulana. Setiap pagi dan malam Hasnah menjaga Murni. Di siang dan malam Mbo Minah, om Aji dan Richman menjaganya secara bergantian.
"Nah...Maukah kamu menikahi Richman?" "Kak...apa maksudmu....jangan begitu...hik", Hasnah menangis terduduk di lantai, kepalanya ditepi ranjang mencium tangan Murni, airmatanya tumpah dan membasahi seprai putih.
"Tolong...jangan menolak...demi aku..Maulana dan Richman...tolong jaga dia...!" Murni betusaha keras untuk bicara.
Di depan pintu kamar perawatan, Richman yang baru tiba terkejut mendengar, dia segera mendekati murni. Mencium keningnya matanya panas menahan airmata.
"Rich...tolong jangan menolak...", Richman menangis terisak. Permintaan Murni ini tak sanggup ia lakukan. Ia tak bisa menikahi Hasnah. Tapi menolak Murni? Adakah yang lebih ia lakukan selain ini? Tapi apa? Ia tak tau harus bagaimana. Murni menunjukkan ketabahan luarbiasa. Hatinya indah seperti berlian.
Sore itu pernikahan Richman dan Hasnah dilaksanakan di ruang perawatan hanya disaksikan para keluarga. Paman Sahril sendiri yang menikahkan.
Usai acara pernikahan, Murni batuk-batuk. Batuknya sangat keras dan mengeluarkam darah. Darah hitam. Richman berlari mendekati istrinya. Tapi Murni sudah kehilangan kesadaran.
***
Semua orang yang hadir dalam pernikahan Richman dan Hasnah beranggapan pernikahan ini sangat memilukan dan jauh dari kebahagiaan, bagaimanapun bagi Richman pernikahan ini adalah pemaksaan yang harus ia jalani karena amanah Murni. Murni memikirkan kebahagiaannya. Tapi ia sungguh tidak bahagia. Hasnah hanya adik baginya. Tak ada rasa. Apalagi cinta. Sekalipun Murni memberikan pengganti dirinya. Tapi tetap tidak sama. Richman menangis pilu di tikar sembahyang. Diujung doanya terdengar suara memanggilnya. Suara tak asing lagi baginya. Suara yang sudah dilupakannya. Suara dirindukannya. Mamak Ping memanggilnya.
Richman bangkit dari sholatnya. Besok pagi ia harus melakukan banyak tindakan. Di atas ranjang Murni terbaring tanpa suara. Ia seperti tidur saja. Richman keluar kamar kamar perawatan, di ruang tunggu keluarga di lihatnya Hasnah yang baru saja dinikahinya tertidur di depan TV, di samping Maulana, diatas kasur tipis di lantai yang dingin tanpa selimut. Ia kemudian mengambil selimut, Hasnah rupanya tertidur lelap. pahanya sedikit terbuka. Richman menyelimutinya. Tak ada rasa. Hatinya dingin.
Maulana tidak suka berselimut, meski di ruangan yang dingin.
Richman bergerak keluar ruangan perawatan. Menuju ruang dokter jaga.
Hasnah meneteskan airmata. Ia hanya berpura-pura tidur saja rupanya. Bagaimanapun dia canggung bagaimana harus bersikap sekarang. Tetapi jauh di lubuk hatinya dan jauh dari penglihatan semua orang, dialah orang yang paling berbahagia atas pernikahan itu. Ketika ia merasa Richman sudah jauh pergi ia membuka HP nya dan membaca pesan-pesan WA dari Rita. "Selamat ya adikku sayang, cintamu tidak sia-sia". emoji love, peluk, tertawa. Hasnah menghapus pesan WA tersebut dan kembali berbaring menutup wajahnya yang tersenyum dalam selimut. Richman datang. Masuk ke ruang Murni.
Rita sudah tahu lama bahwa Hasnah sangat mencintai Richman, dia mendambakan suami kakak sepupunya itu. Itulah sebabnya mengapa selalu menolak lamaran semua pria. Hasnah mengorbankan dirinya merawat Murni dan mengasuh Maulana. Dia ingin semua orang menilai dan memutuskan dia lah yang pantas menjadi istri Richman setelah Murni tak ada. Dia ingin sendiri Murni memilihnya karena kasih sayang ditunjukkannya merawat Murni selama satun ini. Mengasuh dan mengurus Maulana. Dan akhirnya Murni bisa melihat semua yang dilakukannya.
Dini hari Hasnah terbangun, beberapa perawat masuk ke ruangan dan mendorong ranjang Murni membawabya keluar ruangan, Hasnah termangu. Ada apa ini? Kemana mereka membawa Murni. Hasnah berlari mengikuti para perawat. Mereka berhenti di depan ruang ICU. Mereka menghalangi Hasnah ikut masuk. Menutup pintu. Hasnah terdiam. Kembali ke ruangan. Maulana menangis dan berlari memeluknya. " Bundaku kenapa Tante? kemana perginya?" Hasnah membelai rambutnya. " Bunda tak apa-apa. Dia mau dikasih obat saja dengan dokter".Hasnah menenangkanya. "Kamu mau bundamu sembuh,kan?. Maulana mengangguk. "Lana belajar yang pinter ya, supaya bundanya bangga. Yuk kita siap-siap sekolah, ya...biar bundanya g sedih!" Maulana menurut. Richman yang sedari tadi duduk di kursi berdiam diri.
"Pulanglah ke rumah,Maulana aku yang urus?" Richman menggendong Maulana dan menyerahkan kunci Villa Murni kepadanya.
Pagi itu juga Hasnah diantar supir ke Kotabangun. Hatinya tersenyum riang. Secepat itu keberuntangan datang.