Unduh Aplikasi
88.88% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 40: Sosok Gadis Kecil

Bab 40: Sosok Gadis Kecil

Tanpa disadari sendiri, bibir Yuta melengkung tipis, membuat sebuah senyuman di wajahnya. Bukan tanpa alasan tentunya, melainkan karena melihat Youngjoo yang tengah berjalan masuk gerbang sekolah.

Yuta mempercepat langkah, menyusul Youngjoo. Gadis itu tampak malas-malasan berjalan, seperti tidak ada niatan untuk sekolah. Mungkin karena Yunsoul. Tidak ada Yunsoul yang selalu bersamanya, tapi memang walaupun ada Yunsoul, Youngjoo tetap seperti itu.

Seorang murid laki-laki terburu-buru masuk gerbang, bahkan setengah berlari. Youngjoo yang tidak tahu itu tetap berjalan di posisinya hingga murid laki-laki itu tidak sengaja menyenggol Youngjoo. Ponsel yang sedang dipegangnya lepas dan jatuh.

"Maaf," ujar murid laki-laki itu dan kembali meneruskan langkahnya.

Youngjoo mendesis pelan. Ia sedikit kesal pada murid laki-laki tadi. Sedikit membungkuk, tangan Youngjoo hendak meraih ponselnya yang jatuh. Akan tetapi, seseorang lebih dulu mengambil benda tersebut.

Menolehkan kepala ke sebelah kanan, Youngjoo melihat Yuta dan sedikit terkejut melihatnya. Yuta menyerahkan ponsel yang telah diambilnya pada Youngjoo.

"Terima kasih."

"Kau tidak apa-apa?"

"Huh? Ah... aku baik-baik saja." Youngjoo merasa sedikit canggung. "Kenapa kau sendirian? Tidak bersama teman-temanmu?"

"Hanya ingin saja," ujar Yuta, kemudian mengajak Youngjoo untuk kembali berjalan. "Ayo."

Hampir sampai ke kelas mereka, murid-murid lain tergesa-gesa menuju sebuah tempat. Youngjoo dan Yuta tidak mengerti kenapa sampai mereka bertanya pada seorang murid yang juga tampak terburu-buru.

"Ada apa?" tanya Youngjoo.

"Ada mayat di toilet perempuan," jawab murid itu.

Kedua mata Youngjoo melebar ketika mendengar jawaban tersebut. "Apa?"

Setelah sekilas saling berpandangan dengan Yuta, Youngjoo pun memutuskan untuk ikut melihat. Dia seperti murid-murid lain yang juga penasaran. Yuta mengikuti di belakang Youngjoo.

Di depan toilet perempuan penuh dengan para murid yang ingin melihat. Youngjoo sepertinya tidak akan bisa dengan mudah masuk ke toilet itu, tapi Youngjoo sangat ingin tahu –siapa yang bunuh diri.

Youngjoo menerobos kerumunan. Dengan berupaya merangsek kumpulan murid-murid, walaupun sangat sulit. Tubuh Youngjoo bahkan tersengol-sengol, begitu juga Yuta yang berada di belakangnya.

Setelah berhasil masuk, Youngjoo dan Yuta melangkah mendekati bilik toilet yang terbuka pintunya, yang sedang disaksikan oleh beberapa murid. Lantai dalam bilik toilet itu banyak tercecer darah. Terlihat sebuah tangan yang disayat di bagian pergelangan serta seragam yang dikenakan murid perempuan yang bunuh diri itu terkotori darah juga. Tidak jelas wajah mayat tersebut karena tertutupi oleh helaian rambut.

Namun, ekspresi Youngjoo berubah sangat terkejut ketika membaca papan nama dari seragam yang dikenakan. 'Han Sojin.'

Tangan Youngjoo sedikit bergetar. Ia memundurkan langkahnya. Kedua mata Youngjoo bahkan tidak berkedip, masih terpaku melihat teman kelasnya yang kini sudah jadi mayat. Youngjoo masih tidak bisa mempercayai atas apa yang dilihatnya.

Saat ia memundurkan langkahnya kembali, punggung Youngjoo terbentur tubuh seseorang yang lebih tinggi darinya. Youngjoo menoleh pada orang itu. Ia melihat Yuta sedang memejamkan keduanya matanya, seperti tidak mau menyaksikan secara langsung tubuh Sojin yang terkulai duduk di dalam bilik toilet –atau Yuta tidak mau memperlihatkan manik matanya yang berubah saat melihat darah Sojin.

"Kenapa? Kau tidak apa-apa?" Youngjoo kini beralih pada Yuta.

Menggeleng, Yuta lantas menjawab sambil tetap menutup mata, "Aku tidak apa-apa."

Youngjoo memegang lengan Yuta yang berbalut seragam sekolah. Refleks Yuta membuka matanya dan melihat ke arah Youngjoo. Yuta merasakan matanya langsung berubah normal kembali saat Youngjoo memegangnya.

"Seperti kau tidak baik-baik saja? Apa kau tidak bisa melihat darah?" Youngjoo tampak khawatir. "Sebaiknya kita keluar," ajaknya sembari menarik Yuta.

***

"Aku suka tempat ini."

Yunsoul membiarkan angin terus menerpa hingga menerbang helaian rambutnya. Dengan memejamkan kedua matanya, Yunsoul bisa menemukan kedamaian. Senyum terukir juga di wajahnya. Yunsoul saat ini merasa bahagia.

Ya setidaknya, tidak apa kan jika alasan Yunsoul ke Busan untuk sekedar berlibur sedikit. Rasanya sayang kalau melewatkan pergi ke pantai ketika sedang berada di sini, kota yang memiliki pantai terpanjang di negeri ini.

Kembali pemandangan indah terlihat –laut yang membentang luas–, tatkala Yunsoul membuka kedua matanya. Yunsoul belum menjauh dari bibir pantai yang sejak beberapa lama sudah menjadi tempatnya berdiri. Seolah ingin terus menikmati keindahan alam ini, Mahakarya Tuhan yang menakjubkan.

Detik demi detik Yunsoul hanya memandang lurus ke depan. Setelah itu, terdengar percakapan yang membuatnya menoleh.

"Bagaimana? Kau merasa senang?" tanya seorang Ibu pada anak perempuannya yang masih kecil.

Anak itu mengangguk. "Aku senang sekali, Eomma."

Ibu tersebut tersenyum melihat anaknya bermain-main dengan air laut. Ia membiarkan gadis kecilnya itu sedikit basah. Kemudian ibu tersebut melihat anaknya datang mendekati.

"Eomma. Nanti kalau kita ke sini lagi. Aku ingin ajak Appa dan juga Oppa," tutur gadis kecil itu.

Ibunya mengiyakan. "Tentu saja."

Entah kenapa semilir angin pantai kini membuat sesak dada Yunsoul. Air matanya tidak dapat terbendung. Ia merasakan sesuatu mengalir di pipi kanannya. Yunsoul menyentuh bagian wajah itu dengan telapak tangannya, memastikan bahwa pipinya benar-benar terbasahi oleh air matanya sendiri.

Tapi mengapa? Yunsoul tidak mengerti, kenapa ia tiba-tiba menangis.

Ketika ia melihat kembali dua orang yang berada di sebelahnya –ibu dan gadis kecil itu, Yunsoul melihat kedua sosok itu perlahan menghilang. Menyadarkan Yunsoul bahwa mereka hanyalah angannya, tidak nyata.

"Siapa gadis kecil itu? Kenapa sama dengan yang ada di mimpiku?"

***

Meninggalkan pantai. Yunsoul sekarang sedang berjalan di trotoar. Matanya memperhatikan bangunan-bangunan di tepi jalan tersebut. Yunsoul kemudian mengeluarkan ponsel. Melihat daftar tempat yang sudah dia kunjungi di kota ini.

"Harusnya aku ke Busan Tower agar aku jelas melihat seluruh kota ini. Aku juga bisa melihat keindahan Kota Busan." Yunsoul bicara pada dirinya sendiri. "Tapi, tunggu. Di sini aku bukan untuk wisata. Kim Yunsoul sadarlah."

Saat sedang asyik berjalan, Yunsoul menyadari kalau tali sepatunya lepas. Ia pun berhenti untuk membetulkan. Setelah selesai, Yunsoul pun kembali berdiri. Pandanganya secara tidak sengaja –saat ia menoleh ke seberang jalan, ia melihat seseorang yang pernah ditemuinya.

Yunsoul langsung menggosok matanya, memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. Memang benar. Orang itu pernah ditemuinya, sosok yang Yunsoul anggap misterius.

Karena orang itu semakin jauh berjalan, Yunsoul berinsiatif segera menyeberang. Tanpa melihat keadaan jalan dan tidak memikirkan keselamatannya.

Tiiin...

Suara klakson berbunyi tepat ketika dua langkah kaki Yunsoul berada di jalan beraspal. Hampir saja ia tertabrak kalau saja seseorang dari belakang tidak menariknya. Jantung berdetak kencang, terkejut dengan keadaan tiba-tiba ini.

Yunsoul merasa tubuhnya berbenturan pada tubuh orang lain. Dan sekarang Yunsoul berada dalam dekapan orang itu. Mendongkak dan menatap wajah yang telah menyelamatkanya, Yunsoul kembali terkejut setelah mengetahuinya.

"Taeil..."

***


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C40
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk