Jakun Vero bergerak naik turun. Ada yang berkecamuk dalam dadanya yang membuat dirinya merasa terbakar. Potongan memori tentang yang terjadi selama ini membuat otaknya penuh. "Angel" hanya sebagian kecil dari memori-memori itu. Dirinya yang berteriak, mengamuk, telanjang, diikat, dan menyerang orang. Ada lebih banyak yang diingat Vero kemudian tentang makhluk-makhluk mengerikan yang hanya bisa dilihat Vero. Vero tertawa dengan hebat, seolah-olah yang ia alami sangat pantas untuk ditertawakan. Namun, perlahan tawa itu memelan, berganti dengan butiran air yang bening. Hening kembali tercipta, terselip di antara perasaan Vero yang benar-benar buruk.
...
Langkah Amira tertahan di mulut pintu kamar Vero. Ia dibuat terkejut dengan Vero yang sudah bebas dari lilitan kain hitam. Vero saat itu sedang berdiri sambil bersidekap di hadapan pintu kaca balkon besar, menatap penuh pada ombak yang menggulung di luar.
"Ayo, minum obat dulu," pelan Amira menghampiri Vero.