Unduh Aplikasi
50% The Succubi / Chapter 1: 000 - Awal
The Succubi The Succubi original

The Succubi

Penulis: Exicore

© WebNovel

Bab 1: 000 - Awal

Kegelapan terasa seperti selamanya, sunyi seakan berusaha menghina sepinya. Namun semua yang bisa dia lakukan adalah menunggu keajaiban menemukannya.

Semua yang mengisi pikirannya dan menghentikan kegilaan mengambil alih semua kenangannya adalah keinginan kuatnya untuk memperbaiki segala kesalahannya.

Disana, dia terdiam beberapa lama sebelum tarikan luar biasa kuat merespons keinginan hatinya. Tak bisa melawan, dirinya tertarik menuju cahaya.

Kemudian, kegelapan sekali lagi menjadi jawabannya. Dia diam dalam bingungnya, tak bisa bersuara.

Semua usahanya untuk bergerak berhasil namun sia-sia.

Telinganya menangkap suara-suara di sekitarnya. Namun hal yang paling sering ditangkap oleh telinganya adalah suara perbincangan seorang pria dan wanita ditempat dimana hanya ada mereka bertiga.

Hal ini berlangsung selama beberapa lama hingga akhirnya semua yang dia dengar hanyalah suara sang wanita saja.

Menyanyikan padanya lagu-lagu indah yang membuat semuanya seakan menjadi lebih mudah, menjadikan hangat disekitarnya lebih hangat lagi daripada sebelumnya.

Saat sang wanita tak berbincang padanya atau membuat suara apapun juga, semua yang bisa dia dengar adalah detak jantung yang terasa begitu dekat dengannya, namun tidak bisa dia lihat dengan kegelapan yang mengelilinginya.

Kemudian tiba saat paling ribut dalam hidupnya. Dia mendengar desahan penuh rasa sakit suara akrab sang wanita yang terus menemaninya bicara begitu lama. Dia sangat ingin menolongnya, bergerak liar berusaha menggapai wanita lain yang sudah berjasa dalam hidupnya.

Tak akan pernah dia membiarkan wanita lain yang sudah berjasa dalam hidupnya hilang lagi tanpa dia melakukan apa-apa.

Lalu entah bagaimana, dia melakukannya. Desahan wanita itu berhenti dan apa yang tersisa adalah nafas berat sang wanita yang sudah lega.

Dia merasa dirinya tersenyum sekarang, seandainya saja dia bisa melihat sekelilingnya lebih jelas atau wajahnya mungkin dia bisa memastikan bahwa dia memang tersenyum.

Namun bukan itu masalah paling utama sekarang, rasa dingin di sekujur tubuhnya menggigit seperti saat dia berada di pegunungan berusaha membunuhnya, hal yang pasti akan terjadi seandainya saja kehangatan tidak kembali mengitarinya.

"Anna?" -- suara lembut yang halus dari wanita yang terus menyanyi untuknya itu terdengar di telinganya. Begitu sedih dan kehilangan membuatnya ingin bertindak lagi seandainya tubuhnya tidak begitu lemah untuk keluar dari apapun yang menahannya.

Segala percobaan sia-sia itu hanya membuktikan bahwa seluruh tubuhnya berada dalam dekapan sesuatu yang lebih besar darinya.

Kesedihan sang wanita yang sudah membantunya menjaga kewarasannya terasa begitu dekat namun dia masih tetap tak bisa melihat sang wanita, tak bisa pula dia membantu wanita itu.

Semua yang bisa dia lakukan pada orang asing baik hati itu adalah menangis untuknya. Maka itulah yang dilakukannya, menangis sekuat tenaga seakan berusaha menghilangkan semua suara lainnya termasuk tangisan sang wanita dari dunia.

Seakan mengasihani tangisannya, menjawab doanya; kesedihan sang wanita pergi sudah. Apa yang dia rasakan sekarang adalah rasa bahagia yang ikut menenangkan dirinya.

Tangisannya berhenti sudah, merasa bahwa dia sudah membantu sang wanita entah bagaimana.

Kemudian hangat di sekitarnya menjadi semakin hangat dan suara paling jelas pertama masuk ke telinganya, "Selamat datang ke dunia, Anna."

Sambutan pertama itu memberi tahunya hampir segalanya. Namun tentu saja dirinya tidak tahu lebih banyak lagi, inderamya yang menangkap rangsangan hanya pengecap, peraba, perasa dan pendengarannya. Cukup, tapi tidak cukup untuk merasakan semuanya dan menangkap segala informasi si sekitarnya.

Dibatasi oleh kelemahan tubuh kecilnya itu, dia membuang waktu tidak melakukan apapun juga, untuk beberapa lama dirinya hanya belajar untuk menangis saat lapar dan kotor saja kemudian membuang sisa waktunya memasukkan segala ingatannya ke dalam kepala kecilnya.

Setiap pecahan kecil masuk bersama waktu yang menumbuhkan tubuh mungilnya hingga pada akhirnya dia bisa melihat dunia.

Indera yang paling ditunggunya itu datang bersama gigi bayi pertamanya. Rasa sakit kecil itu tidak dia pedulikan karena dirinya sibuk menggunakan indera barunya.

Tidak pernah lagi dia tidur kecuali benar-benar lelah, semua waktunya dia buang menatap dunia di sekitarnya untuk mengetahui dimana dia berada.

Suatu kali sang wanita yang dia asumsikan sebagai ibunya itu menangkap matanya menatap penuh penasaran keluar jendela, dan tak pernah lagi dia ditinggal sendiri di kamar sana.

Ya, setiap kesempatan setelah itu dirinya ditinggal sendiri di jendela lantai dua rumah mereka sementara ibunya pergi entah kemana. Atau semua selain itu adalah sang ibu menceritakan legenda atau masa lalu sang ibu sendiri.

Dibalik jendela itu, dia melihat dunia luas yang sedikit dibatasi oleh dahan pepohonan yang tepat menutupi jendela.

Tapi baginya, apa yang dia lihat cukup sudah. Melihat binatang-binatang kecil di pepohonan hingga orang-orang dewasa yang tampak kecil karena dirinya berada di lantai dua sudah cukup memuaskan untuk dirinya yang hanya ingin infirnasi saja.

Dan saat semua itu tidak dia lakukan, sang wanita yang merupakan ibunya itu akan membawanya pergi dalam urusannya. Tapi kebanyakan urusan dimana dia dibawa adalah saat sang wanita hanya akan berjalan-jalan saja ke suatu tempat untuk bertemu wanita lainnya dan membahas masalah yang jarang didengarnya karena lebih penasaran pada dunia sekitarnya.

Lalu waktu terus berjalan, dengan rutinitasnya berulang dan membosankan. Semua itu dia lakukan sembari mengumpulkan informasi sejauh yang bisa dia lakukan.

Memang butuh beberapa lama untuk mendapatkan semua informasi yang dibutuhkannya, namun dia pada akhirnya merasa bahwa dirinya sudah mengerti semuanya.

Dirinya tinggal bersama ibunya di rumah bangsawan besar berlantai dua yang penuh dengan pelayan yang siap memenuhi kebutuhan mereka berdua.

Dia sendiri adalah Annabelle Vermount, putri tunggal Caitlynn Vermount yang mewarisi harta dan jabatan ayahnya sebagai penyihir kerajaan.

Satu-satunya hal yang tidak dia ketahui adalah ayahnya. Namun itu adalah masalah yang tidak relevan melihat ayahnya tak pernah ada di sekitar mereka.

Maka hanya ada satu hal yang perlu dijawab olehnya sekarang.

Mengapa ibunya menatap wujudnya dengan mata penuh kesedihan sekali atau dua kali setiap harinya?

Setiap kali dia menemukan mata sang ibu menatapnya seperti itu dengan matanya, sang ibu akan tersenyum berusaha menyembunyikan kesedihannya dan kemudian bergerak ke arahnya untuk sekali lagi bercerita tentang apa saja.

Dan waktu terus berlanjut seterusnya, berjalan begitu lambat untuknya yang tidak lagi mendapatkan informasi baru apa-apa.

Perlahan, ulang tahun pertamanya semakin dekat kepada mereka, tak pernah terasa baginya bahwa dia sudah melewati musim dingin menuju musim semi, menembus musim panas lalu mencapai musim gugur.

Tentu saja, sangat jarang dirinya berada diluar rumah mewah keluarga mereka, semua yang bisa dia lakukan adalah merangkak sejauh dan seaman yang dia bisa.

Hari ulang tahunnya tiba tanpa masalah. Dirinya membuka mata lebih awal dari biasanya karena angin musim dingin yang mengetuk ke jendela kamar mereka.

Melihat sekelilingnya, dia menatap ibunya yang tertidur pulas disampingnya dengan senyum tenang di wajah.

Langit-langit tempat tidur mereka adalah kayu keras yang entah apa gunanya. Namun matanya menatap keluar pada angin dingin yang terus menggerakkan dahan pepohonan mengetuk jendela kamar mereka.

Dan semua yang bisa dipikirkannya adalah pertanyaan tentang sang ayah. Dia sudah merasa sangat tahu terhadap situasinya. Namun situasi yang bisa dijelaskannya sekarang masih belum cukup.

Dia memiliki tebakannya sendiri, sesuatu yang dia asumsikan sejak awal pengetahuannya terhadap nama ibunya beserta namanya. Namun hal tersebut adalah kemungkinan terburuk di kepalanya, sesuatu yang dia harapkan tak pernah terjadi.

Namun tentu saja, harapan seperti itu di belakang kepalanya membuktikan poinnya sendiri, bahwa itu mungkin saja terjadi.

Dia tak masalah menjadi wanita di masa lalu ini, apa yang dia inginkan hanyalah kemampuan untuk menyelamatkan sang kekasih, dia tak perlu cinta yang sudah dia dapatkan itu lagi.

Semua yang akan dia lakukan disini adalah memperbaiki segala kesalahannya, mendatangkan kebenaran pada dunia dan tinggal di garis waktu ini selamanya.

"Selamat pagi, Anna," tapi kereta pikirannya dipotong oleh sang ibunda yang tersenyum lebar kepadanya.

Mata itu menyala hangat penuh kasih sayang untuknya. Kemudian sang wanita kembali berbicara, "Apakah kamu tahu hari ini hari apa, putri kecilku?"

Dirinya sudah bisa berbicara sangat jelas, namun mengurungkan niatnya. Paham betul bahwa pertabyaan ibunya hanyalah retorika belaka.

"Penasaran? Penasaran?" -- sang ibu berbicara sekali lagi seakan berusaha menggodanya, namun dirinya paham betul bahwa ini bukanlah saatnya untuk mengejutkan wanita yang begitu menyayanginya ini.

"Sebentar lagi ibu akan memberitahukannya, oke sayang? Untuk sementara tetaplah disana dan biarkan ibu bersiap-siap."

Dia tertawa dalam hatinya pada cara sang wanita berbicara kepadanya seakan dia sudah dewasa dan mengerti semua perkataan sang wanita.

Sangat mustahil ada yang mengetahui itu, dia tak pernah membuat banyak suara sepanjang tahun.

Maka satu-satunya cara untuk memastikan bahwa kecerdasannya berada diatas rata-rata adalah dengan melihat fluktuasi energi sihir yang bergerak dengan teratur mengeliling tubuhnya.

Tentu saja seharusnya tak ada energi sihir yang mengitari tubuhnya, semua penyihir ahli tahu betul itu adalah tindakan yang membuang-buang energi yang dimaksud. Namun dia tak bisa melakukan apa-apa tentang itu, belum bisa tepatnya.

Tubuhnya masih terlalu kecil untuk menyimpan semua energi sihirnya secara sekaligus, maka yang terbaik yang bisa dia lakukan adalah melepas semua energi sihir yang tak bisa dia simpan itu ke ruang sekitarnya dan kemudian mengontrol fluktuasi energi tersebut agar tidak merusak apapun juga hingga semua energi sihir tersebut hilang dengan sendirinya.

"Ta-da!" -- kereta pikirannya sekali lagi dipotong singkat oleh sang ibunda yang sudah kembali dari persiapannya.

Dan sang wanita tak tampak begitu berbeda. Semua yang bisa dia ketahui berbeda adalah bau tubuh sang wanita dan pakaian yang dikenakannya.

"Apakah ibu membuatmu menunggu lama, hm? Maaf, ya. Sekarang! Kita akan menyiapkanmu, oke?"

Kemudian prosesi harian paling dibencinya sekali lagi tiba. Tentu saja dia tak menyampaikan ketidaksukaannya pada tindakan memandikan dan membalutnya pada pakaian karena dia tetap punya etika dari masa lalunya untuk menampilkan wujud terbaiknya, tapi itu juga berarti dia punya rasa malu dalam ketidakberdayaannya untuk mengurus dirinya sendiri.

Waktu dirinya dimandikan, dibalut pakaian dan diberi sarapan beruntungnya berlangsung lebih cepat dari yang dia kira. Dan beruntung pula dia sudah makan makanan sendiri sejak beberapa lama, akan lebih memalukan lagi baginya untuk menyusui dari buah dada sang wanita.

Setelah semua hal memalukan itu terjadi padanya, dia didudukkan di kasur mereka dan ibunya menghilang entah kemana.

Saat sang ibu kembali, dua pelayan ikut di belakang si wanita. Dirinya diangkat dari kasur oleh ibunya yang berbisik di telinganya, "Setiap untuk melihat dunia, Anna sayang?"

Ibunya tidak menunggu jawabannya, segera membawnya melewati koridor, menuruni tangga dan menuju pintu depan rumah mereka meninggalkan kedua pelayan itu disana entah untuk apa.

Apa yang matanya tangkap adalah hal yang tidak pernah sebelumnya dia lihat dia kehidupan barunya.

Segera, tepat di depan rumah mereka; banyak warna terang tertangkap matanya. Melihat sekeliling, keramaian itu tersebar kemanapun matanya mengarah.

'Sebuah festival…?' -- dia bertanya dalam hatinya, yakin bahwa jawaban dari pertanyaan itu adalah iya.

Mereka berdua berjalan bersama, dengan sang ibu menggendongnya dekat sembari menjelaskan semua hal yang dilihat matanya; persis seperti sebelum-sebelumnya.

Tapi kali ini mereka berjalan tenang melewati perumahan-perumahan yang sama atau bahkan jauh lebih mewah daripada rumah keluarga mereka.

Keduanya mendapatkan banyak sapaan dari orang-orang yang berpas-pasan dengan keduanya di jalan, mereka selalu tinggal untuk bercakap sebentar sebelum keduanya diizinkan untuk kembali berjalan.

Mereka singgah di beberapa tempat, dengan sang ibu membelikannya barang-barang yang menarik perhatiannya lebih dari sepuluh detik.

Sesuatu yang hanya dirinya sadari saat dia dan ibunya sudah kembali ke kamar mereka sebelum malam tiba.

Disamping kasur mereka, adalah barang-barang unik yang menarik perhatiannya. Mulai dari mainan kecil berwarna-warni hingga sebuah pedang dengan sarung yang diukir bersih oleh sebuah motif yang tidak begitu dia kenali.

Meski begitu, semua hal itu tidak mengejutkannya saat sang ibu membisikkan satu kalimat penuh haru dan bahagia ke telinganya.

"Selamat ulang tahun, Anna," lembut kalimat sang wanita membuatnya ragu dalam menyebutkan nama yang sudah tinggal dipikirannya sejak setengah tahun lalu.

Tapi dia sudah meyakinkan dirinya. Sihirnya mengalir ke tenggorokan, mulutnya terbuka dan suara keluar dari sana, "George Mayn."

Sebuah nama yang tertulis di buku sejarah sebagai orang gila yang memimpin grup prajurit bayaran paling berpengalaman di seluruh benua.

Titan, banyak orang menyebutnya. Dan itu bukanlah sebutan yang salah mengingat nama grup sang pria yang ditakuti hampir semua itu adalah Empyrian.

Namun dirinya tidak mengenali pria itu dari buku sejarah yang selalu menampilkannya sebagai antagonis tak terkalahkan yang menghalangi banyak pahlawan memenuhi takdir mereka.

Tidak, dia mengenali nama sang pria dari sang kekasih yang selalu memuji pria tersebut untuk kekuatan dan kebaikan hati sang Titan. Sesuatu yang tidak begitu dipercaya dirinya, tapi tetap saja dia tidak bisa mengatakan bahwa kekasihnya salah karena sang pria yang dimaksud sudah lama tak ada di dunia.

Maka pertanyaan ini adalah untuk memastikan bahwa dia tidak berada dalam situasi terburuk di bayangannya.

Namun wajah ibunya hanya membantu dirinya memastikan curiganya akan apa yang sudah terjadi padanya.

Wajah ketakutan dan terkejut itu dihias mata yang seakan sudsh kehilangan jiwanya. Dan kemudian sang wanita melemah lalu melepaskannya.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C1
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk