"Baiklah, agar lebih tenang, aku akan membuat sebuah arena untuk kita saja." Kata Diamond Crush.
Lalu Diamond Crush mengangkat tangannya ke langit, tanah di bawah mereka berdua naik.
"Terimakasih, Diamond Crush." Kata Butterfly lembut.
"Jangan panggil aku Diamond Crush lagi, namaku adalah Diama." Kata Diamond Crush.
.
"Baiklah, Diama." Jawab Butterfly.
Lalu Butterfly mengarahkan tangannya pada air laut yang naik dan tangan lainnya pada tanah di bawah mereka.
Salah satu sayap Butterfly berubah warna menjadi warna kecoklatan, yang satu berubah warna menjadi warna biru laut. Begitu juga dengan rambutnya dan warna matanya.
"Jarak kita lumayan dekat dengan lautan... ini sebuah keuntungan. Tapi, jika ini gagal.... semuanya akan berakhir." Pikir Butterfly. Ia memejamkan kedua matanya. Tak lama, ia membukanya lagi.
"Hm.. begitu." Kata Diama.
.
"Kekuatannya..... besar sekali." Pikir Butterfly.
.
Diama mengeluarkan tongkat kristalnya.
"Ayo kita bertarung." Kata Diama.
.
.
.
Diama mengangkat tongkatnya ke atas langit, badai mulai terbentuk. Petir mulai menyambar-nyambar. Sebuah topan terbentuk juga.
Lalu, Diama mengarahkan tongkat itu pada kota.
"Astaga.... dia.." keluh Butterfly.
Semua badai yang berkumpul dan petir-petir yang ada langsung mengarah kepada tempat para penduduk mengungsi.
Melihat itu, Butterfly tak tinggal diam. Ia mengarahkan tanah di sekitar tempat penduduk dan membuat sebuah benteng yang sangat besar. Butterfly menggerakkan semua kayu-kayu dan benda-benda penghambat listrik pada benteng besar itu. Saat ia melakukan itu, tangan kirinya yang menggunakan magic-eater pada tanah mulai hancur. Darah mencucur dan kulit mengelupas, telapak tangannya terlepas dan menjadi tanah.
Badai dan petir itu tertahan oleh benteng buatan Butterfly. Seluruh penduduk selamat, tetapi nyawa Butterfly terancam.
Lalu rupanya Diama sudah mengumpulkan petir lagi untuk menyambar para penduduk. Saat petir itu diluncurkan, Butterfly memerintahkan sebuah gumpalan besar air untuk menangkap petir itu. Para penduduk selamat lagi, tetapi tangan kanan Butterfly mulai berubah menjadi air.
"Sekarang kamu tidak akan memiliki tangan sama sekali, Butterfly. Kamu bodoh! Lemah! Sekarang kamu apa? Aku bisa mengalahkanmu dengan satu dorongan kecil saja." Kata Diama dengan sombongnya.
Butterfly merasa kesal, tetapi lengan kirinya sudah sepenuhnya menjadi tanah dan terjatuh, tangan kanannya juga sudah mulai mencapai lengannya.
Lalu Diama mendorong tubuh Butterfly dengan ringan, Butterfly terjatuh dari tempat yang dibuat oleh Diama. Butterfly terjatuh ke dalam lautan yang mengganas itu.
Diama tersenyum dan tertawa,
"Dasar pahlawan... selalu sombong." Katanya.
.
.
.
.
.
.
Kurosa melihat dari jauh, rupanya keadaan memburuk, air sudah naik hingga 1000 meter.
"Meskipun para penduduk sudah berada di tempat yang aman.... melihat ini..... jika musuh itu memberikan tekanan pada air yang diluncurkan... maka gunung pun bisa terlepas dan beranjak dari tempatnya..." kata Kurosa khawatir.
.
.
.
.
.
.
.
"Cuaca sangat buruk." Kata Lucianna.
"Apakah ini juga sihir I Made Arnawa?" Tanya Osamu.
"Bukan. Ini sihir yang diambil dari orang lainnya." Jawab Lucianna.
"Benar sekali.... jika kau ingin mengalahkan tuan, lawanlah aku dahulu.." kata Reflectia.
Lalu, dengan segera, Flamenco Fan mengambil sebuah kipas besar.
"Apa itu.." kejut Reflectia.
"Cobalah. Kamu serang dulu." Kata Flamenco Fan.
"Huh? Sombong sekali." Kata Reflectia dengan nada mengejek.
Reflectia menciptakan banyak cermin yang tajam.
"Baiklah, hancurkan!" Kata Reflectia.
Reflectia melemparkan semua cermin itu, tetapi dengan anggun Flamenco Fan berhasil menghindari semuanya.
"Cih, padahal gerakannya lamban." Pikir Reflectia.
Reflectia menciptakan banyak cermin tajam lagi dan meluncurkannya dengan cepat. Lalu Reflectia membuat sebuah tembok cermin.
Flamenco Fan berhasil untuk menghindarinya semua.
"Kenapa?" Pikir Reflectia.
"Awas." Kata Flamenco Fan secara tiba-tiba.
"Awas?" Pikir Reflectia kebingungan.
Tiba-tiba, di belakangnya, Tapper sudah berdiri, lalu menginjak Reflectia tepat pada punggungnya. Reflectia merasakan sebuah tekanan yang sangat besar, sehingga ia terjatuh ke atas tanah.
"Menyerahlah, Reflectia!" Kata Lucianna dari jauh.
Reflectia tersenyum.
"Mana mungkin." Jawabnya.
Lalu, dari telapak tangannya, sebuah dinding cermin bagaikan pisau dari bawah tanah meluncur ke arah Flamenco Fan. Flamenco Fan berhasil menghindar dengan anggun lagi. Reflectia membuat banyak cermin lagi, Flamenco Fan menghindar lagi dan lagi.
"Tch, dia cepat!" Keluh Reflectia.
Tapper menginjak punggungnya, rasanya seperti terinjak gajah, bahkan lebih berat lagi.
"Sudahlah, Reflectia... kamu kalah." Kata Tapper.
"... hoo? Benarkah?" Tanya Reflectia.
Tapper sedikit terkejut mendengar itu.
Lucianna dan Osamu baru ingat,
"Awas cerminnya!" Kejut Lucianna.
Dengan segera Lucianna berkata,
"Winter."
Dan Osamu berkata,
"Frost!"
Mereka berdua tepat waktu dalam membekukan semua cerminnya.
Tetapi, Reflectia tersenyum.
"Destroy." Kata Reflectia.
Semua cermin itu menghancurkan dirinya hingga menjadi kepingan-kepingan besar. Kepingan-kepingan itu meluncur ke segala arah.
Dengan cepat, Flamenco Fan mengeluarkan kipas lainnya dan berdiri di depan Osamu dan Lucianna yang berada pada posisi terancam. Semua bilah cermin itu menusuk kipas Flamenco Fan dan banyak yang menembus kipas kuatnya itu, sehingga Flamenco Fan terluka. Tapper terkejut, ia segera berlari ke arah Flamenco Fan, tunangannya itu. Setelah Tapper melepaskan kakinya dari tubuh Reflectia, Reflectia mengeluarkan kartu andalannya lagi.
"Hancurkan hingga berkeping-keping!" Kata Reflectia.
Semua bilah cermin, baik yang tertancap maupun yang tersisa, mengeluarkan duri-duri besar. Tubuh Lucianna dan Osamu yang tertusuk oleh sedikit bilah, mulai terluka dan merasakan sakit, apalagi tubuh Flamenco Fan, banyak duri yang menembus hingga melewati lengannya dan punggungnya.
Melihat itu, Lucianna, Osamu, dan Tapper sangat terkejut.
"Flamenco Fan!" Kejut mereka bertiga.
Tubuh Flamenco Fan terjatuh, sehingga ia tertusuk lebih banyak lagi.
Tapper dan Lucianna dan Osamu segera menghampiri Flamenco Fan.
"Heal... ayolah!" Kata Osamu yang berusaha untuk memulihkan keadaan Flamenco Fan.
".... sayang...." kata Flamenco Fan.
"Ya?" Jawab Tapper.
"Maaf.... tolong selamatkan semuanya..." kata Flamenco Fan.
"Tidak... mengapa kamu berkata seperti itu? Ini belum berakhir!" Tangis Tapper.
"Memang.... memang belum berakhir.... oleh karena itu.... berjuanglah ya.... meskipun tanpaku.... tidak... aku akan selalu ada." Kata Flamenco Fan.
"Ayolaah! Kenapaa!" Keluh Osamu yang tidak bisa memulihkan keadaan Flamenco Fan.
"Kristal sihir yang tertancap pada tubuhku menyerap semuanya yang baik seperti sihir pemulihmu dan juga staminaku..... dan ia menyalurkan sihir yang buruk yang ia terima.... karena itu.... jika kamu memulihkan keadaanku, dia juga akan pulih." Kata Flamenco Fan dengan lembut.
"Tapi!" Jawab Osamu sambil bersedih.
"... tidak apa-apa.... ini bukan salah kalian." Kata Flamenco Fan sambil tersenyum.
Flamenco Fan melihat ke arah Tapper, tunangannya itu,
"Sayang.... berjanjilah agar selalu bahagia... meskipun bukan bersamaku nanti." Kata Flamenco Fan.
"Sayang.... jangan berkata begitu! Pasti aku akan menyelamatkanmu!" Kata Tapper sambil menangis.
.
"Cih, belum saja ia lenyap. Romansa ini membuatku mual." Kata Reflectia dengan kejam. Lalu ia mengepalkan tangan kanannya. Seluruh duri itu membesar dan menusuk lebih dalam.
"Belum selesai lho!" Kata Reflectia sambil tertawa. Lalu seluruh duri kristal itu meledakkan diri di dalam tubuh Flamenco Fan dan sebagian pada tubuh Osamu dan Lucianna.
Tapper, Osamu, dan Lucianna sangat terkejut dan terdiam. Mereka tidak mengatakan apapun.
"He? Sekarang kamu mau membalas dendam? Silahkan! Aku memang tidak suka romansa jadi aku menyingkirkannya." Kata Reflectia.
Tapper, Lucianna, dan Osamu segera memalingkan mukanya kepada Reflectia,
"KAMUUUU!" Teriak mereka bertiga dengan amarah yang besar.