Keamanan yang terancam, tubuh-tubuh pasukan yang sudah tak bernyawa, darah yang mengalir di atas lantai, suasana yang sangat mencekik. Alat kontrol dibawa oleh seorang pembelot, Reflectia, dan sepertinya masih ada banyak pembelot lainnya di dalam gedung ini.
Kurosa tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan cermin itu.
"Aku dapat menerobosnya terakhir kali itu karena beruntung..." pikir Kurosa.
Kurosa benar-benar buntu, ia tidak dapat berpikir (meskipun biasanya ia tidak berpikir).
Shivering Hatred hanya menghembuskan nafasnya, lalu ia menggerakkan telapak kaki kirinya sedikit ke samping kiri. Dari arahan telapak kakinya, nafas yang tadi ia hembuskan sekarang membeku dan berubah menjadi sebuah gunungan yang pendek, tetapi memanjang ke arah cermin Reflectia. Saat gunungan itu sudah bersentuhan dengan dinding cermin milik Reflectia, gunungan es kecil itu merambat pada dinding cermin itu dengan cepat dan dengan lapisan yang sangat tebal. Tak lama, dinding cermin itu dihancurkan. Kurosa sempat panik, karena pikirnya jika begitu, maka mereka berdua akan menerima luka-luka yang lebih besar. Tapi, semuanya baik-baik saja.
"Sihirmu bagus, tapi kelemahan sihirmu juga banyak." Kata Shivering Hatred dengan cuek yang memberikannya kesan keren.
"A-A.... sihirku lemah?" Tangis Kurosa.
"Bukan kamu." Jawab Shivering Hatred dengan singkat jelas dan padat.
Kurosa berjalan di samping Shivering Hatred.
Shivering Hatred diam saja sambil melihat ke arah Reflectia.
"Bodoh.... waktu kalian habis." Kata Reflectia sambil menunjukkan alat kecil itu ke arah mereka.
"Aktif?!" Kejut Kurosa.
.
.
.
.
.
.
Lampu merah menyala secara berkedip-kedip.
"Ada apa?" Kejut pak gubernur.
"Tenaga cadangan kita... sepertinya diaktifkan, padahal tenaga utama sedang menyala dan kita sudah berkecukupan tenaga... ada apa ini?" Kejut pak wali kota.
"Belum lagi... lihatlah.." kata Magmo sambil melihat hologram tentang keadaan di luar gedung itu.
"Oh tidak, kenapa hal ini terjadi, padahal di sini biasanya damai-damai saja..." keluh pak gubernur.
"Entahlah... pasti ada yang menyulut amarah para pemuda-pemudi itu." Jawab Magmo.
"Dan lebih penting lagi, jika tidak dihentikan.... tenaga cadangan dan tenaga utama akan--" kata pak walikota.
Suara ledakan yang besar terdengar. Lampu di semua daerah dan ruangan pada gedung bawah air itu padam.
"Oh... tidak... bagaimana dengan kabar yang lainnya?" Tanya pak gubernur, ia adalah orang baik yang sangat mengkhawatirkan rakyatnya dan seluruh pendatang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ledakan besar terjadi, air laut segera masuk. Melihat itu Shivering Hatred memijakkan kaki kanannya ke depan dengan kuat. Ia membekukan gelombang air yang masuk dengan cepat, sehingga semuanya sudah aman saat ini, kecuali untuk penerangan.
"Light soul." Kata Kurosa.
Tubuhnya yang sebagian berwarna keunguan, sekarang berubah seluruhnya menjadi warna cahaya terang, menyinari seluruh ruangan itu.
"Rencana gagal... tapi tidak sepenuhnya gagal." Kata lelaki itu.
Lelaki itu membuka jaketnya, dan sekumpulan laba-laba berjalan-jalan di atas lantai.
"HOE? LABA-LABA?!" Kejut Kurosa.
Kurosa terlihat sangat terkejut, seolah-olah ia belum pernah bertemu dengan laba-laba. Kurosa melihat laba-laba yang mulai merambati kedua kakinya.
Shivering Hatred menggerakkan tangan kanannya,dari samping kiri ke samping kanan dengan anggun tetapi penuh dengan tenaga.semua laba-laba itu langsung dibekukan, kecuali laba-laba yang sudah merambat pada tubuh Kurosa dan Shivering Hatred.
"Rasakan.... racun mematikan laba-labaku." Kata lelaki itu dengan nada kejam.
"BAIK! SELAMAT MAKAN!" Kata Kurosa.
"Eh? Selamat.... makan?" Kejut lelaki itu.
Kurosa mengambil laba-laba itu, lalu memakannya.
"Hmmm!!! Rasanya kawya awkan memtega! Dam jumga ada sumtera sutemra nya! Enak!" Kata Kurosa.
Lelaki itu melihat kepada Kurosa dengan herannya.
Kurosa mengambil semua laba-laba itu.
"Hmm!!! Ini lebih enak! Ini lebih kriuk! Ini lebih... lebih..." kata Kurosa yang mulai lemas.
".... bodoh... mereka semua beracun tahu..." kata Shivering Hatred dengan cueknya tanpa memikirkan perasaan Kurosa.
"Bemracun? Pamtas sajma amda rama gumih gumih nya (pantas saja ada rasa gurih gurihnya)" kata Kurosa sambil melahap laba-laba itu. Setelah mendengar bahwa semua laba-laba itu beracun, Kurosa tidak berhenti memakannya, justru ia makin lahap memakannya.
Lelaki itu, pemilik laba-laba itu, justru merasa geli saat melihat Kurosa memakan laba-laba itu.
.
"Sepertinya keberadaanmu tidak menguntungkan saat ini, pergilah." Kata Reflectia pada lelaki itu.
"Baik." Jawab lelaki itu yang segera meneleportasikan dirinya.
.
"DIA LARI! AKU MAU LABA-LABA LAGI!" Kata Kurosa terkejut saat lelaki pembawa camilan (laba-laba) menghilang begitu saja.
"Baiklah, sepertinya keputusan kalian salah untuk melawanku... dan keputusan bocah ini salah untuk mempercayai sang pemfitnah di sana.." kata Reflectia.
Shivering Hatred hanya diam saja.
"Bodoh... kamu perlu makan lebih banyak laba-laba agar jadi pintar!" Kata Kurosa pada Reflectia.
"Bodoh? Tapi rupanya masih ada banyak orang yang masih bisa kubodohi... Terserahlah." Kata Reflectia.
Reflectia mengayunkan tangan kirinya dari bawah depan ke atas belakang. Gunungan-gunungan cermin banyak sisi muncul. Gunungan-gunungan itu berpencar-pencar dan menyelimuti ruangan itu. Bayangan Kurosa dan Shivering Hatred ada di mana-mana, begitu juga dengan pantulan cahaya dari sihir Kurosa.
"Gadis bodoh, jangan gunakan sihir terang, gelapkan ruangan ini." Kata Shivering Hatred.
"Tapi--" kata Kurosa.
"Lakukanlah, atau dia akan menang." Kata Shivering Hatred.
Kurosa menuruti perkataan Shivering Hatred. Kurosa menyelimuti tubuhnya dengan sihir gelap.
"Darkness arround us." Kata Kurosa perlahan.
Tak lama, ruang semakin gelap. Suasana mengerikan bagi yang takut dengan gelap. Semuanya sudah tidak terlihat sama sekali, bahkan jika menggunakan senter atau lampu kecil, cahayanya bagaikan tidak ada.
Shivering Hatred berlari ke arah Reflectia dan menerobos semua cermin yang ada. Shivering Hatred menapakkan tangan kanannya pada saat ia masih berlari. Sebuah gunungan es yang besar muncul. Dengan tumpuan tangan, Shivering Hatred menekankan tenaganya pada kaki kanannya dan kaki kirinya mulai ia angkat. Kedua kakinya menapak pada gunungan es yang besar itu, lalu Shivering Hatred mengangkat tubuhnya dan menyeimbangkan dirinya di atas gunungan es yang kasar itu.
Kurosa dapat melihat seluruhnya dengan jelas di dalam gelap. Kurosa menerjang ke arah Reflectia.
Kurosa dan Shivering Hatred dapat menerobos semua cermin yang ada tanpa ada masalah.
"Kelemahan pertama, dihancurkan dari dalam tubuh cermin itu sendiri. Kelemahan kedua, tidak ada bayangan yang dapat dipantulkan." Kata Shivering Hatred.
Shivering Hatred berlari, dan di ujung gunungan esnya, ia melompat.
"Saat gelap, cerminnya jadi sangat rapuh..." pikir Kurosa.
Kurosa menerobos cermin-cermin itu, dan akhirnya sampai di depan tubuh Reflectia. Reflectia terlihat kesusahan.
Kurosa mengepalkan tangannya, lalu energi gelap berkumpul pada kepalan tangannya.
Shivering Hatred yang berada tepat di atas tubuh Reflectia, sudah mendinginkan kedua kakinya.
Reflectia tertawa kecil,
"Kalian pikir dengan menggelapkan ruangan kalian akan menang?"
Tak lama, serpihan-serpihan cermin yang diterobos oleh Shivering Hatred dan Kurosa memancarkan cahaya yang sangat terang. Pantulan bayangan mereka terlihat lagi.
"Break!" Teriak Reflectia.
Serpihan-serpihan itu memecahkan dirinya. Shivering Hatred segera menudungi tubuhnya dengan es yang muncul dari kedua kakinya, sebagian serangannya sempat, sebagian lagi sudah tidak sempat. Shivering Hatred terluka.
Tubuh Kurosa dilukai lagi. Kurosa terjatuh ke atas tanah. Kepalanya tergeletak di atas tanah bersama dengan tubuhnya, ia melihat ke arah belakang, yaitu ke arah tubuhnya. Darah mengalir dari tubuhnya. Hampir seluruh pakaiannya menjadi merah sekarang. Kurosa menggerakkan tangannya dan meletakkannya di depan tatapan matanya, tangannya sudah sangat merah.
"G-Gila.." kata Kurosa.
"Shivering Hatred? Kamu benar-benar penjahat ya! Membiarkan gadis bodoh ini tergeletak tak berdaya!" Teriak Reflectia pada Shivering Hatred.
"Saos... stroberi!" Kejut Kurosa.
Kurosa mulai menjilati jemarinya yang penuh dengan darah, lalu memuntahkannya lagi,
"Hoek.. bukan saos stroberi.. juga bukan tomat.." keluh Kurosa.
.
.
.
Belum lama juga, lampu kembali menyala. Semuanya terlihat jelas sekarang.
Reflectia tersenyum dengan kejam, tahu bahwa ini adalah kesempatan yang besar untuknya.
"Shivering Hatred....." bisik Reflectia.