Yukina melihat pertarungan Time Ruiner dengan tiruan diri Night Hero.
"Aku ingin sekali membantu... tetapi.." pikir Yukina. Yukina mengingat saat-saat di mana ia membunuh banyak orang tanpa sengaja.
"Tidak... aku tidak akan membiarkan seseorang terbunuh lagi.." pikir Yukina.
Yukina bersiap, tetapi ia teringat sesuatu,
"..."
Ia mengingat di saat penyerangan Rei yang kedua kalinya beberapa bulan yang lalu.
"Banyak yang meninggal saat itu.. semuanya... untuk menyelamatkanku.... ini semua... karenaku... seharusnya aku yang menebus semuanya ini." Pikir Yukina.
Yukina bersiap lagi,
"Sandstorm!" Kata Yukina.
Baju zirah menutupi tubuhnya. Pedang pun muncul, Yukina mengambilnya.
.
.
"Jangan!"
"Huh?" Kejut Yukina.
Time Ruiner melihat ke arah Yukina.
"Jangan... jangan tunjukkan kekuatanmu... nanti.." kata Time Ruiner.
Perutnya tertebas oleh Night Hero, Time Ruiner memutar tangan kanannya, perutnya kembali pulih.
.
.
.
"Tapi--" kata Yukina.
"Sebaiknya kamu mendengarkan dia dengan baik."
Sebuah gelembung aneh menaungi Yukina.
"Apa ini?! Biarkan aku keluar!" Teriak Yukina di dalam. Yukina berusaha untuk menghancurkan gelembung itu, tetapi gelembung itu sangat elastis dan kuat.
.
.
"Ini hanya pertarunganku dengan pahlawan peringkat kedua sendiri."
.
.
.
.
.
.
.
"OOOOOH!" Kejut Kurosa.
"HYAAAAAAAAAA!" teriak Evania, Rippers, Sally, dan Ms. Love.
Viola melihat teman-temannya yang berteriak,
"Aaaaaaaaaaaah...." kata Viola lemas.
"Kenapa? Kalian kok takut sekali dengan kami?" Tanya Odelia.
"Oh... kita baru saja bertemu dengan pria aneh." Kata Sally gemetar.
"Aaah... pasti itu menjengkelkan." Kata Takusan.
"Apakah kalian tahu Yukina di mana?" Tanya Kurosa.
"Aku kurang tahu..." jawab Sally.
"Aku pernah sekelas dengannya... mungkin aku bisa mencarinya." Kata Evania.
"HEE BAGUS!" Kata Kurosa dengan penuh semangat.
Evania memejamkan kedua matanya. Tak lama ia membuka matanya.
"HOEEEEE?!" Kejut Kurosa.
"Ikut aku!" Kata Evania.
Mereka semua mengikuti Evania.
"Tetapi.. aku merasa bahwa Denzel, Albern, dan Junko berada dalam kondisi yang tidak baik. Maukah kita pergi kepada mereka?" Tanya Evania.
"Ok!" Jawab Sally.
"Boleh saja.." jawab Viola.
"Astaga.. bertemu dengan buaya mesin lagi..." keluh Odelia perlahan.
.
.
.
.
.
.
.
"Toshiko..." kata Ardolph.
"Eh? Y-Ya?" Tanya Toshiko gugup.
Ardolph diam sebentar.
"Eeeh? Dia mau bilang apa? Kenapa aku jadi semakin gugup begini?" Pikir Toshiko.
"Begini..." kata Ardolph.
"Heeeh? Apa ini? Apa ini?" Pikir Toshiko.
"Yukina... kita akan sampai kepada Yukina sebentar lagi. Bersiaplah." Kata Ardolph.
"Oh... ternyata." Pikir Toshiko.
"Baiklah.." jawab Toshiko.
.
.
.
.
Denzel melihat Junko yang sudah tak sadar diri. Denzel mengangkat tubuh Junko, lalu menidurkan tubuh Junko di atas pangkuannya.
"Junko.... maaf... kita sekarang tidak berdaya apapun." Kata Denzel perlahan.
"Tidakkah kita bisa melakukan sesuatu?" Tanya Albern.
"... sayangnya.. sepertinya tidak ada." Jawab Denzel.
Denzel melihat ke arah Junko, lalu ia tersenyum.
.
Denzel memalingkan mukanya pada Albern yang sedang menyeret tubuhnya menjauh dari Denzel.
"Lho? Albern? Mau ke mana?" Tanya Denzel.
"... habis... kalian berdua lagi bermesraan jadi aku memutuskan untuk per--" kata Albern.
"J! J! J! KITA TIDAK PACARAN!" Teriak Denzel.
"Kenapa tidak mulai saja sekarang?" Tanya Albern.
Muka Denzel memerah.
"W-WOI! TIDAK SEMUDAH ITU YA!" Teriak Denzel.
Albern tertawa.
.
"Ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem ehem!"
Denzel terkejut.
"Rupanya... rupanya.." kata Takusan dengan sangat puas.
"Woi! Apa sih?" Tanya Denzel.
"Denzel.... Denzel..." tangis Kurosa.
"Hah? Kenapa?" Tanya Denzel.
"Denzel... DENZEL MENGKHIANATI KU!" Tangis Kurosa.
"HAH?! APAAN SIH?!" Kejut Denzel.
"Denzel?! Tak mungkin...." kejut Albern.
"WOI! APA INI?! ADA APA INI?!" Kejut Denzel.
"HUWAAA DENZEL JAHAT!" Tangis Kurosa.
"Denzel... tak kusangka kamu adalah pria brengsek..." kata Albern.
"WOIIIIIIIIIIIIIIIIIIII ADA APAAA INIIIII?!" Teriak Denzel kebingungan.
.
"DENZEL SUDAH BERJANJI UNTUK MEMBERIKU MOCHI DAN DONAT! TETAPI KAMU SEKARANG MEMBERIKANNYA PADA JUNKOOOO! HUWEEEEE!" Tangis Kurosa.
"Oh.."
"Oh.."
"Astaga..." kata semuanya.
"Sepertinya Junko lemas, makanya aku memberikan mochi yang kusimpan di dalam jaketku." Kata Denzel.
"Tidak tersedak itu?" Tanya Odelia.
"Eh? O YA!" Kejut Denzel.
"HOEEEEE! DENZEL INGIN MEMBUNUH JUNKO?!" Kejut Kurosa.
"Denzel..." kata Albern.
Denzel melihat ke arah Albern.
"Tak kusangka.... kamu mengkhianati kekasihmu sendiri... kamu harus dibunuh!" Kata Albern dengan serius.
"HAAAAAH?!" Kejut Denzel.
"APAA?! JUNKO DAN DENZEL SUDAH MENJADI SEPASANG KEKASIH?! WAAAAH! AKHIRNYAAAA!" Teriak Takusan.
"HEEEEEEEEEEEH! MENGAPA SEKARANG SEMUANYA JADI ANEEEH!" Teriak Denzel.
.
.
.
.
.
.
Asuka terbangun,
"Apa ini? Aku di mana..." tanya Asuka.
Asuka melihat sekitarnya.
"Ermin?" Kejut Asuka saat melihat Ermin yang tergeletak di atas tanah.
Asuka segera turun dari gunungan yang dibuat oleh Ermin.
Asuka mengangkat tubuh Ermin.
"Ermin.." kata Asuka.
"Aku harus segera mencari teman-teman.." kata Asuka.
Asuka mengangkat tubuh Ermin. Tak lama ia berjalan ia bertemu dengan Rheinalth.
"Apa?! Rheinalth juga tak sadar diri?!" Kejut Asuka.
Asuka menggotong kedua temannya yang tak sadar diri itu.
"Berat...." pikir Asuka.
Asuka berjalan mencari yang lainnya.
.
.
.
.
.
"Ayo Lucianna... kita cari yang lain." Kata Osamu.
"Baik." Jawab Lucianna.
Mereka berdua berjalan bersama mencari yang lainnya.
.
.
"Oh!" Kejut Lucianna.
"Eh... halo.." kata Alexa.
"Eeeeh..." kejut Osamu saat melihat Shinaiaru.
"Yaah... selama ini dia mengikutiku.." kata Alexa.
"Bukan soal itu.... mengapa kalian bergandengan tangan?" Tanya Osamu.
"Dia yang meminta.." kata Alexa.
"Ibu.." kata Shinaiaru.
"Sudah kubilang aku bukan ibumu..." jawab Alexa.
"Sudah.. ayo kita cari Yukina." Kata Lucianna.
"Baik." Jawab Alexa dan Osamu.
.
.
.
.
.
.
"Eeeh.." kejut Nera.
"Kita keasikan bernyanyi." Kata Aerum.
"Ehee... tenang saja.. aku akan tunjukkan jalan kepada teman kalian." Kata gadis itu.
"Hah?" Kejut Aerum.
"Beneran ini?" Kejut Nera.
"Ehee... habisnya... kalian sudah mau mendengarkan lagu ini." Kata gadis itu.
"Begitu... aku yakin kamu bisa menjadi penyanyi hebat. Berlatihlah terus. Mungkin kamu bisa berlatih bernyanyi di taman agar menambah kepercayaan dirimu di depan orang lain." Kata Aerum.
"Benar juga, dan juga biasanya akan ada banyak orang yang berhenti untuk mendengarkan nyanyianmu lho!" Kata Nera.
"Begitu.... terimakasih.." kata gadis itu.
Gadis itu menuntun mereka ke sebuah jalan.
"Kalian tinggal lurus saja, lalu belok ke kanan. Setelah menemukan banyak jalan, pilihlah yang paling kanan. Lalu akan ada tangga naik, naiklah. Tangga itu tinggi dan sedikit jauh, jadi berhati-hatilah, jangan kecapekan. Kalian akan bertemu dengan teman kalian yang dikurung oleh tuan Deadman." Kata gadis itu.
"Baiklah, terimakasih banyak lho!" Kata Aerum.
"Tidak... aku yang berterima kasih!" Kata gadis itu.
Aerum dan Nera segera berlari ke jalan itu.
.
.
.
.
.
.
"Yukina... kita datang!"