Ermin membuka kedua matanya, Ermin mulai menarik nafasnya dalam-dalam. Tangan kanannya kembali membara dengan api, tangan kirinya berelemen tanah, dan kedua kakinya...
.
.
"Es dan air?" Kejut Yogan.
Kaki kanan Ermin berelemen es dan kaki kiri Ermin berelemen air.
"Baru kali ini aku memakai 4 elemen... atau.." pikir Ermin.
Ermin menundukkan kepalanya, tumbuhan mulai tumbuh di kepalanya,
"5 elemen.. baru kali ini." Pikir Ermin.
.
.
.
.
Rheinalth mendapatkan banyak kekuatan, ia mulai mendorong gunungan tanah keras yang hendak menghimpitnya.
Rheinalth tersenyum lembut.
Elemen tanah mulai berkumpul pada kedua pedangnya, lalu datanglah elemen tumbuhan dan api.
Karena tumbuhan melilit gunungan itu, dan elemen tanah dari pedang Rheinalth mendorongnya juga, gunungan tanah itu hancur sepenuhnya.
Dari leher Rheinalth, muncul sebuah gambar.
Begitu juga pada leher Ermin.
.
.
.
"Itu adalah logo..."
"Kannoya Academy!"
.
.
.
"Kannoya Love." Pikir Rheinalth dan Ermin, gambar itu bersinar terang.
.
.
Ermin dan Rheinalth menerjang ke arah musuh mereka masing-masing.
.
.
.
.
Yogan memerintahkan lavanya untuk menerjang ke arah Ermin. Ermin melompat dan menginjak lava milik Yogan, air itu membuat gas laze yang berbahaya, tetapi dengan cepat Ermin membekukan lava itu. Lava itu mulai bercampur dengan es. Es tersebut langsung menguap, tetapi uapnya diperangkap oleh lava, sehingga lava itu menggelembung. Ermin mengayunkan kaki kanannya dan melontarkan es yang banyak, sehingga lava itu membuat es itu menguap dan terperangkap oleh lava itu sendiri. Lava itu mulai mengeras.
.
.
.
.
Rheinalth menerjang ke arah lelaki itu, Rheinalth menebas semua gunungan-gunungan tanah dengan mudah, dan ia dapat merasakan pergerakan tanah dengan baik berkat sihir Ermin.
Rheinalth semakin dekat dengan lelaki itu, ia tahu ke mana lelaki itu akan melarikan diri. Rheinalth berhasil mengejarnya.
.
.
.
.
.
.
"Mengeras?" Kejut Yogan.
Ermin terus melakukan hal itu. Yogan memecahkan banyak lavanya itu dan lava itu menjadi bercabang-cabang.
Ermin tersenyum, Ermin mengeluarkan elemen air sehingga air membanjiri lava-lava milik Yogan, lalu Ermin membekukannya.
Yogan tidak dapat menggerakkan lavanya, Ermin sudah berada di depan atas Yogan.
Ermin menggenggam kepala Yogan dengan elemen tanahnya yang berada di dalam tangan kirinya.
Ermin melakukan lompatan dengan bertumpu pada kepala Yogan, Yogan terjatuh ke belakang.
Ermin mengubur sebagian tubuh Yogan dengan tanah, lalu Ermin melilit tanah itu dengan tumbuhan, lalu dilapisinya dengan air dan es.
"Berhasil..." kata Ermin.
.
.
.
.
.
Rheinalth sudah mengunci targetnya, Rheinalth segera meluncur dengan cepat. Rheinalth menebas-tebas lelaki itu agar tanah-tanah tidak menutupi dirinya.
"Haaaaargh!"
Rheinalth menancapkan pedangnya, tanah-tanah di sekitarnya terlilit oleh tumbuhan yang muncul dari pedang air Rheinalth. Rheinalth menancapkan pedang lainnya, yaitu pedang es yang bercampur dengan sihir tanah Ermin. Tanah itu terbekukan seluruhnya, sebelum terbekukan, tanah itu sudah mengeras.
"Hehe... bodoh, aku mengendalikan tanah." Kata lelaki itu.
Lelaki itu melarikan diri lagi, Rheinalth mengejarnya lagi.
.
.
"Terkunci!" Kata Rheinalth.
Gunungan-gunungan tanah membantu Rheinalth agar dapat mengejar lelaki itu. Gunungan-gunungan tanah muncul dan membantu Rheinalth sebagai tumpuan untuk melompat dengan cepat ke arah lelaki itu.
Rheinalth mengeluarkan ombak air untuk membanjiri tempat itu, lalu tumbuhan-tumbuhan muncul dan melilit lelaki itu dan mengeluarkannya dari tanah. Lalu Rheinalth membekukan tubuh lelaki itu seluruhnya, kecuali pada kepalanya.
Lalu Rheinalth melapisi es itu agar menjadi lebih tebal.
"Berhasil." Pikir Rheinalth.
.
.
.
.
.
"Kita berhasil, Rheinalth."
"Ya, Ermin."
Gambar pada leher mereka memudar, lalu Rheinalth terjatuh ke atas tanah, pakaiannya kembali pada pakaiannya semula.
Ermin juga terjatuh ke atas tanah, semua elemennya tidak aktif pada saat itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Junko menerjang ke arah Antares dengan cepat.
Junko mengayunkan cambuknya, dan cambuknya dilapisi oleh mesin teknologi milik Denzel dan Albern. Cambukan Junko menjadi 5 kali lebih cepat dan 3 kali lebih kuat.
Kecepatan gerak Junko juga dapat menyamai kecepatan gerak Antares.
.
.
"Apakah ada yang bisa kita bantu selain ini?" Tanya Albern.
"... mungkin ada." Kata Denzel.
.
.
"Ayo, Albern." Kata Denzel sambil memegang tangan kanan Albern dengan tangan kirinya.
"Eh? Ada apa?" Kejut Albern.
"Karena kita berdua tidak bisa bergerak di sini... kita bisa membantu sedikit.. hanya sedikit." Kata Denzel.
"Baiklah.." jawab Albern.
.
.
.
Junko berlari, lalu ia mengayunkan cambuknya. Cambuk itu bergerak dari atas ke bawah, tetapi Antares menghindarinya.
"Star rain." Kata Antares.
Bintang-bintang di langit-langit bercahaya, lalu menjatuhkan cahaya mereka ke bawah. Junko dapat menghindar dengan mudah.
Salah satu cahaya hampir mengenai Junko, untungnya Junko segera memutar tubuhnya ke samping kanan bawah, lalu ia berputar dan menerjang ke arah Antares.
Junko mengarahkan tangannya pada tubuh Antares. Antares tak dapat bergerak.
"Star." Kata Antares.
Bintang-bintang bercahaya lagi, lalu cahaya-cahaya mereka berkumpul pada satu tempat, lalu saat Junko sudah dekat pada Antares, cahaya-cahaya yang berkumpul segera menjatuhkan diri tepat di hadapan Junko. Junko terlempar ke belakang.
Junko terjatuh dalam posisi berlutut di atas tanah.
"Meskipun Junko berhentikan pergerakan Antares, Antares tetap bisa menyerang. Jika Junko tidak berhentikan pergerakan Antares, Antares juga bisa menyerang." Pikir Junko.
Junko memejamkan kedua matanya.
"Junko harus fokus, tadi Junko sempat tidak fokus, selalu tidak fokus." Pikir Junko.
Junko menerjang lagi.
"Star zodiac, Aquarius." Kata Antares.
Bintang-bintang di atas langit mulai membentuk rasi bintang zodiak Aquarius.
Cahaya bintang itu menjatuhkan diri ke atas tanah, lalu air mulai mengalir dengan derasnya. Junko melompat untuk menghindar dari arus besar itu.
Junko mengayunkan cambuknya pada Antares dari atas, tetapi secara tiba-tiba air deras itu menghantam tubuh Junko.
Air mulai berputar dalam satu titik.
"Junko tidak boleh tenggelam..." pikir Junko.
Junko berusaha untuk menggenggam apapun yang dapat menahan tubuhnya agar tidak tenggelam, tetapi tidak ada.
"Junko tidak bole--" pikir Junko.
Junko mulai tertelan oleh air.
.
.
.
Denzel dan Albern juga mulai terseret, tetapi mereka masih sedikit jauh dari titik pusaran air.
"Ayo, Albern. Sesuai rencana!" Kata Denzel.
.
.
Denzel mengarahkan tangan kirinya ke arah langit-langit. Tangan kiri Denzel masih menggenggam tangan kanan Albern.
"Technology!" Kata Denzel.
"Machine!" Kata Albern.
Sihir mereka saling menyatu. Tetapi air itu menyeret mereka, jadi mereka sedikit sulit untuk membidik.
Sebuah meriam tercipta pada kedua tangan mereka yang bersatu itu.
"Sudah terkunci, bidik!" Kata Denzel.
Meriam itu bersinar,
Tiba-tiba mereka terhantam ke atas oleh ombak, akibatnya meriam itu menembakkan isinya pada air.
"Astaga.." keluh Albern.
"Albern, bersiap!" Kata Denzel yang masih melayang di atas udara bersama dengan Albern. Mereka berdua berputar-putar dengan tidak menentu.
"2 putaran lagi, bidik!" Kata Denzel.
Albern dan Denzel bersiap.
1 putaran cepat terjadi, dan 1 putaran sudah terlewati, Denzel mengarahkan kedua kakinya ke bawah. Albern masih sedikit kebingungan.
"Bidik!" Kata Denzel.
Karena Albern belum siap, bidikannya meleset.
"Yah.." pikir Denzel.
Mereka berputar-putar lagi di udara.
"Kita seharusnya membidik rasi Aquarius itu... tetapi Albern belum siap." Pikir Denzel.
"Ayo lagi! Albern! 2 putaran lagi!" Kata Denzel.
Mereka berputar-putar lagi, 2 putaran sudah terjadi, Denzel mengarahkan kedua kakinya ke bawah.
.
.
"Aku harus cepat, jika tidak Junko.." pikir Denzel.
.
.
.
.
.
"..... Denzel.... Junko tenggelam.." pikir Junko.
Junko melihat ke atas dari dalam air.
"Denzel?" Kejut Junko di dalam pikirannya.
"Junko tidak boleh tenggelam, nanti Denzel..." pikir Junko.
.
.
"Nanti Junko...." pikir Denzel.
"Nanti Denzel...." pikir Junko.
.
.
.
.
Sebuah gambaran muncul pada telapak tangan kanan Junko, bentuknya berbunga-bunga dan berwarna merah muda, gambar bunga-bunga itu terlihat seperti dikelilingi oleh api yang ditinggalkan oleh rajawali api. Gambaran itu bercahaya.
.
.
Sebuah gambaran pada tangan tangan kanan Denzel muncullah sebuah gambar. Gambar itu berbentuk gambar logo sekolah Kannoya Academy, yang anehnya dikelilingi oleh bunga-bunga. Gambar itu bercahaya.
.
.
.
.
.
Albern sudah siap, begitu juga dengan Denzel.
"Bidik!" Kata Denzel.
Isi meriam itu lebih bersinar, lalu meriam itu menembakkan isinya. Denzel dan Albern terjatuh ke belakang.
"Apakah kena?" Tanya Denzel dalam hatinya.
Albern dan Denzel terjatuh ke dalam air.
Denzel melihat dari dalam air,
Isi meriam itu mengenai daerah samping rasi bintang itu dengan jarak 1 cm lagi. Langit-langit itu hanya retak sedikit.
"Tidak... hanya kurang 1 cm ke kiri..." pikir Denzel.
Denzel dan Albern mulai tenggelam. Albern berusaha untuk mengangkat Denzel dan berenang ke permukaan, tetapi air itu deras.
.
.
.
"Denzel... Denzel.." pikir Junko.
Gambar pada telapak tangan Junko bercahaya sangat terang.
"Blood." Kata Junko.
Dari seluruh tubuhnya, sebuah robekan kecil terbuat pada seluruh permukaan tubuh Junko. Darah-darah mengalir deras dan dengan segera mencemari air.
Air menjadi merah darah.
Junko merentangkan kedua tangannya. Lalu Junko melakukan gerakan memutar, semua arus air mengikuti gerakan tubuhnya.
.
.
"Apa yang terjadi? Air itu... bagaimana mungkin bisa dikendalikan olehnya?" Pikir Antares yang terkejut.
"Demi Denzel! Demi Denzel!" Pikir Junko.
.
.
Air itu dikuasai oleh Junko sepenuhnya.
Junko meletakkan dirinya dan Denzel dan Albern pada permukaan kering.
Junko menggerakkan kedua tangannya ke samping kanan, lalu ke samping kiri. Air itu bagaikan terpecah menjadi dua, mereka berdiri di samping dan belakang Junko. Lalu Junko mengarahkan tangannya ke arah Antares.
.
.
Semua air itu menerjang ke arah Antares.
"Star zodiac, close Aquarius." Kata Antares.
Rasi bintang Aquarius menghilang cahayanya. Tetapi air itu tetap ada.
"Jadi dia sudah mengambil kuasanya ya?" Pikir Antares.
"Baiklah..." kata Antares.
"Star zodiac, Virgo." Kata Antares.
Rasi bintang Virgo menyala pada langit-langit itu. Rasi itu bercahaya, lalu cahaya-cahayanya jatuh ke atas tanah.
Gunungan-gunungan tanah muncul dan mengubur sebagian air milik Junko.
Junko menarik kembali airnya.
.
.
"Blood wave." Kata Junko.
Dari tangan kanan Junko, lukanya membuka lebih lebar, darah Junko mulai bergabung pada ombak itu.
Air itu menjadi semakin merah. Junko menggerakkannya ke kanan dan ke kiri terlebih dahulu, mengambil beberapa sisa-sisa tetesan air.
.
.
Antares membuat gunungan tanah yang menerjang ke arah Junko.
Junko mengumpulkan semua airnya pada satu tempat, bersiap dengan gunungan itu.
.
.
Gunungan tanah itu mulai mendekat, Junko melemparkan air nan besar jumblahnya itu. Gunungan tanah milik Antares langsung hancur saat dihantam oleh air milik Junko. Bagaikan sebuah tsunami yang menghantam gedung-gedung, begitulah hancurnya gunungan-gunungan tanah milik Antares.
Antares terhantam juga oleh air Junko.
Junko menerjang ke arah Antares.
"Star zodiac, Taurus." Kata Antares.
Pada langit-langit, rasi bintang Taurus terbentuk. Cahaya-cahaya mulai berjatuhan dan membuat tanah berguncang, seperti ada seekor banteng besar yang menginjak tanah itu. Guncangan besar membuat Junko menjadi kesusahan.
Junko mulai mengumpulkan air lagi. Air itu mulai mengikuti cambuknya.
Junko mengayunkan cambuknya ke kanan dan ke kiri, air itu mengikutinya.
"Apa yang kamu lakukan, tanah itu akan menyerap airnya!" Kata Antares sambil tertawa.
.
.
Junko terlihat sedikit kebingungan.
"Dia kebingungan." Kata Albern.
"Tidak, dia hanya berpura-pura!" Kata Denzel.
Antares mendengar suara Denzel, Antares mulai waspada.
.
.
Air Junko sudah habis diserap oleh tanah.
Tanah masih berguncang.
Junko menutup kedua matanya, darah pada tangan kanannya masih menetes.
Tanah itu berhenti berguncang.
Junko mulai mengangkat tangan kirinya ke atas dan mengarahkan tangan kanannya ke depan. Junko meletakkan kaki kanannya ke depan dan mencondongkan tubuhnya sedikit ke belakang. Kaki kirinya menekuk dan menghadap ke belakang. Junko menatap Antares dengan tajam. Tanah mulai berguncang, lalu beberapa bagian tanah terangkat.
"Begitu..." pikir Albern.
"Dia mengenal gadis itu sangat dalam, pasti dia adalah pacarnya." Pikir Albern sambil melihat ke arah Denzel.
Junko bergerak, ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengarahkan kedua tangannya pada Antares. Bagian-bagian tanah yang melayang itu mulai menerjang ke arah Antares, disusuh dengan air yang sudah bercampur darah, tetapi volume airnya tidak sebesar yang sudah-sudah.
Antares berpikir,
"Jika aku menggunakan Leo, akan ada api, tetapi ia dapat memadamkannya... jadi... sepertinya ini sudah menjadi akhirnya. Aku sudah senang aku dapat mengabdi kepada Deadman, mungkin ia akan senang."
Antares menutup kedua matanya.
"Aku akan kembali bersama dengan teman-temanku dan keluargaku pada langit berbintang." Pikir Antares.
.
Tubuh Antares sudah terhantam oleh kekuatan Junko.
Junko menjadi sedikit lemas karena ia kehilangan banyak darah.
Junko terjatuh berlutut, ia berusaha untuk mencari sumber darah selain Denzel dan Albern.
Masih ada beberapa air yang belum terserap sepenuhnya, Junko mengendalikannya dan menyerap darahnya kembali.
Junko merasa lebih baik, tetapi ia masih merasa lemas. Ia melihat ke arah Denzel dan Albern yang rupanya mereka berdua baik-baik saja, hanya patah tulang. Junko melihat mereka, lalu terjatuh ke samping. Junko sudah tak sadar diri.
Gambar pada tangan Junko mulai memudar, begitu juga pada tangan Denzel.
"Junko..." kata Denzel perlahan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ayo, Osamu." Kata Lucianna yang penuh dengan kilat yang menyambar-nyambar.
Lucianna menerjang dengan sangat cepat pada manusia besi itu, manusia besi itu tersambar.
"Lightning!" Kata Osamu yang menyambarkan energi listrik juga pada manusia besi itu.
Lucianna mulai terkejut,
"Oh tidak.." kata Lucianna.
"Tidak apa-apa, Lucianna, ayo kita selesaikan dengan cepat." Kata Osamu.
Buku-buku Osamu mulai terbuka, lalu energi listrik mulai memancar pada buku-buku Osamu.
Lucianna berdiri di samping Osamu. Mereka berdua berpegangan tangan, energi listrik menjadi sangat kuat.
Lalu mereka menarik tangan mereka ke belakang sambil berpegangan, lalu memukulkannya ke arah manusia besi itu. Aliran listrik mulai mengalur. Manusia itu terkena energi listrik yang sangat kuat itu. Rupanya aliran listrik itu mengalur dengan kuat hingga membuat kompleks di sekitar tempat itu mengalami konslet.
Manusia listrik itu terlemparkan.
Osamu menghentikan sihirnya, begitu juga dengan Lucianna.
"Aku..." kata Lucianna sedih.
Osamu memegang kedua pundak Lucianna.
"Lucianna... tidak apa-apa.. sesekali cuaca perlu menjadi liar." Kata Osamu.
"Tetapi, jika begitu.." kata Lucianna khawatir.
"Jika begitu, para rakyat akan berusaha untuk bertahan dari badai itu dan menjadi lebih kuat. Lucianna, ambil positifnya saja." Kata Osamu.
Lucianna merasa lega, tetapi ia masih merasa sedih. Osamu mengelus-elus kepala Lucianna,
"Elus elus..." kata Osamu dengan suara pelan sambil mengelus-elus kepala Lucianna.
Lucianna tertawa sedikit.
"Apanya yang lucu?" Tanya Osamu.
"Tidak apa-apa." Kata Lucianna.