Keesokan harinya lagi.
"Yukina di mana ya? Kemarin ia tidak berada di asrama." Kata Kurosa.
"Iya.... mungkin ia ke rumah sakit? Tetapi kakinya hanya perlu pemulihan kok..." kata Asuka.
.
.
.
"Duh, dasar... kemarin kamu sudah belajar. Ayo praktek!" Keluh Odelia.
"Diamlah, bodoh." Kata Albern.
"Tch... apa-apaan sih..." keluh Odelia.
Odelia pergi kepada ms. Sheva.
"Ms. Sheva! Lihat! Dia tidak ingin berlatih sejak kemarin! Kenapa aku menjadi partner dengannya? Kami sama sekali tidak akan cocok!" Keluh Odelia.
Ms. Sheva menjawab,
"Kamu.... pertama... janganlah mengeluh terus. Lalu, memang kami membuat partner sistem agar kalian bisa berlatih lebih efektif, baik cocok maupun tidak, karena jika kamu sudah menjadi pahlawan dan jika hanya ada Albern di sisimu... kamu harus tetap melawan penjahat itu, baik cocok maupun tidak. Jadi, berusahalah. Ajaklah dia bertarung, kamu boleh mulai duluan kok." Kata ms. Sheva.
"Duuh.. dasar..." keluh Odelia.
"Baik, pahlawan tidak mengeluh, ok?" Kata ms. Sheva.
Odelia semakin kesal.
.
.
.
"Woi, maniak buku, ayo berlatih!" Kata Odelia.
"Aaah... berisik! Aku lagi belajar tahu!" Kata Albern.
"Duuuh... sudah jelas ini tidak akan berhasil..." pikir Odelia.
Odelia diam saja dengan kesal.
.
.
Melihat itu Alexa datang kepadanya.
"Ooooh... Albern tidak mau berlatih?" Kejut Alexa.
Albern hanya diam saja.
"Bagaimana ini... mana bisa aku jadi lebih kuat jika seperti ini? Seharusnya sistem partner seperti ini tidak usah ada!" Keluh Odelia.
Alexa tersenyum.
"Hei, Albern... mengapa kamu tidak ingin berlatih? Padahal berlatih juga asik lho. Dengan berlatih, bukannya semua kalkulasi dan teorimu akan terbukti?" Bujuk Alexa dengan riang.
Albern mulai menutup bukunya.
"Begitu ya..." jawab Albern.
"Lho?! Kok bisa?!" Kejut Odelia.
"Hehehe... pada dasarnya orang tidak suka jika hobinya dijelek-jelekkan... begitu juga denganmu kan? Kamu sendiri baru saja merasakannya. Mulai dari sekarang... jangan menjelek-jelekkan orang lain ya." Kata Alexa. Lalu Alexa pergi kembali berlatih.
"Hm.. cobalah menjadi lembut sepertinya." Kata Albern.
"Apa sih?!" Keluh Odelia.
Lalu mereka berdua mulai berlatih.
"Engine." Kata Albern.
Mesin-mesin mulai melapisi tubuhnya.
.
.
"Hoo, kekuatan Albern mirip dengan Denzel." Kejut Asuka.
"Ya, tapi... dari auranya... sedikit berbeda." Kata Kurosa.
.
.
Albern menerjang ke arah Odelia dengan cepat.
Odelia dapat menghindari dengan cepat juga.
.
.
"Hoooo! Gerakannya mirip dengan anime itu ya! Yang membawa dua cutter!" Kejut Denzel.
"Hm.... anime ternyata bisa jadi inspirasi buat bertarung ya..." kata Osamu.
Muka Denzel langsung berbintang-bintang.
".... apa?" Tanya Osamu.
"Osamu... tontonlah anime! Aku ada 100+ rekomendasi!" Kata Denzel.
"Aaaa....." kata Osamu kebingungan.
.
.
Odelia dapat meluncur dengan cepat dan refleksnya sangat baik. Sementara itu Albern juga baik di dalam kecepatan.
.
.
"Sungguh segit..." pikir ms. Sheva.
.
.
Odelia melemparkan sebuah kabel pada Albern, tetapi dengan cepat Albern menghindar.
"Hehe.." pikir Odelia.
Ternyata jebakan kabel lain sudah disiapkan oleh Odelia. Albern terjebak.
"Ooh.. Albern... meskipun kamu cepat, tetapi kekuatanmu kurang ya..." kata Odelia.
"Duuuh..." keluh Albern.
Odelia melepaskannya.
"Sepertinya aku sudah mulai terbiasa..." kata Odelia.
"Sudah kan? Baiklah.." kata Albern yang lalu membaca bukunya lagi.
"Woi!" Kata Odelia.
"Kenapa? Kan sudah berlatih." Kata Albern.
"Masih ada banyak waktu! Kalau kamu tidak berlatih, kamu bisa jadi seperti Toshiko!" Kata Odelia.
"Berisik.." kata Albern.
" begitu ya..." kata Odelia.
Odelia mengambil buku Albern dengan kabelnya.
"W-Woi!" Kata Albern kesal.
"Mari kita lihat kecepatanmu! Kejar aku!" Kata Odelia.
"Woi! Dasar..." kata Albern sambil mengejar Odelia.
"Pakailah sihirmu, itu akan membantumu!" Kata Odelia.
"Dasar... Engine!" Kata Albern.
Lalu tubuhnya terlapisi oleh mesin-mesin. Albern mengejar-ngejar Odelia.
.
.
.
"Ternyata ini bedanya... Denzel lebih pada penyerangan dan penyabotasean.... sementara Albern lebih kepada kecepatan dan ke fleksibilitas dan juga menghindar nya sangat cepat..." pikir ms. Sheva.