Unduh Aplikasi
68.51% Kannoya Academy / Chapter 308: Last strike

Bab 308: Last strike

Yukina berdiri di depan Rei.

Pedang Yukina bercahaya warna-warni, begitu juga dengan tubuh Yukina dan zirahnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"S-Sakit..." keluh Kurosa.

"Jadi inilah yang dirasakan Yukina...." kata Alvina sambil berusaha menahan sakitnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Teman-teman... akan aku selesaikan secepatnya.." pikir Yukina.

Yukina mengancang-ancang, lalu ia menerjang dengan sedikit lebih cepat dari biasanya.

Rei mengangkat tangannya sedikit, lalu muncullah sebuah bola sihir yang aneh. Rei membantingnya pada saat Yukina sudah berada di depan Rei. Saat bola sihir itu terjatuh, tanah itu diledakkan oleh sihir itu, Yukina juga terkena oleh ledakan itu.

Saat asap menutupi pandangan Yukina,

"Yukina, kamu tidak begitu memerlukan kejelasan penglihatan, kamu adalah penyihir angin yang bisa merasakan keberadaan seseorang di sekitarnya."

"Alexa..." pikir Yukina.

Pedang Yukina menjadi bercahaya warna-warni yang semakin terang, lalu pedang itu menyerap asap yang menghalangi Yukina. Saat asap itu menghilang, Rei sudah berada di depannya, menarik tangan kiri Yukina ke belakang Rei dan menahan tubuh Yukina.

Rei berusaha untuk mematahkan tangan kiri Yukina.

Yukina menendang Rei dari bawah dengan kaki kirinya. Yukina mundur sedikit karena ia kehilangan keseimbangan akibat kaki kanannya yang dipatahkan oleh Rei.

Yukina menerjang lagi.

"Blue Fire." Kata Rei.

Tubuh Rei membara oleh api biru yang sangat panas.

"Fire.." kata Yukina.

Cahaya pedang Yukina menjadi warna kemerahan.

"Yukina, kamu itu sangat hebat, bisa menahan semua rasa sakit ini seorang diri. Sekarang kamu tidak perlu khawatir... karena ada kami."

"Alvina.." pikir Yukina.

Yukina tersenyum.

Yukina mengarahkan pedangnya ke arah Rei, hendak menebasnya. Pedang Yukina ditahan oleh tangan kanan Rei dengan api birunya.

Api merah dan api biru saling beradu.

Tetapi rupanya Rei mengungguli Yukina, Yukina makin terdorong mundur.

"Semuanya memerlukan analisa. Yukina, sejak dari awal kamu masuk ke Kannoya Academy, kamu sangat sering menganalisa, pasti kamu bisa."

"Osamu..." pikir Yukina.

Dari pedang Yukina, muncullah banyak lingkaran sihir berwarna-warni.

Tetapi kekuatan itu belum cukup.

"Ketenangan... itu adalah yang terpenting... bagaikan hujan terjatuh ke atas tanah dengan tenang, kamu juga harus menjadi tenang... kalau tidak, badai akan menerpa dan badai itu adalah dirimu sendiri.... singkatnya... ketakutan dan kekhawatiranmu itu yang membuat badai hidupmu.... jalani semuanya dengan tenang... Yukina... setauku penyihir angin memiliki ketenangan yang kurang, tetapi ketenanganmu sungguh luar biasa."

"Lucianna..." pikir Yukina.

Yukina menjadi sedikit lebih tenang. Pedang Yukina mulai menunjukkan cahaya berwarna-warni yang didominasi dengan merah dan biru.

Yukina mulai berhasil mendorong dan melawan Rei, kekuatan mereka menjadi seimbang.

Rei sedikit emosi, ia menambahkan sihir yang banyak pada tangan kanannya. Yukina semakin terdorong mundur, hingga pedangnya sempat memotong sedikit dari lehernya.

"Cahaya akan selalu ada di manapun itu.... di setiap masalah... pasti akan ada penyelesaiannya.... jangan lari Yukina... kamu pasti bisa hidup tanpa membunuh siapapun lagi."

"Aerum..." pikir Yukina.

Pedang Yukina bercahaya makin terang.

"Semua orang itu berbeda, seperti bunga-bunga di taman.... tetapi jika semuanya sama... apakah akan terlihat indah? Yukina... memang kamu bunga yang berbeda, tetapi kita juga. Kannoya Academy bagaikan sebuah taman yang mempersatukan kita dan membuat kita terawat dan kuat.... Yukina... karena kamu berbeda... tidak ada yang dapat menggantikanmu. Jadi, jangan anggap dirimu tak berguna dan berusaha untuk membunuh dirimu sendiri... kamu pasti bisa, Yukina. Kami di sini."

"Nera..." pikir Yukina.

Cahaya mulai terdominasi oleh warna kehijauan. Dari pedang Yukina, muncullah ranting-ranting tumbuhan yang merambat pada tangan Rei dan memberi tekanan yang lumayan kuat.

"Peringkat, kedudukan, kekuatan, kekayaan, kepopuleran... itu semua tidak berguna. Yang berguna adalah.... hidupmu sudah berguna bagi orang lain atau belum. Kebaikan adalah kuncinya. Untuk apa kaya jika dinikmati sendiri? Untuk apa kedudukan tinggi jika yang lainnya menderita? Untuk apa kekuatan jika itu memusnahkan orang lain? Untuk apa kepopuleran jika kita tidak bisa memberikan kehangatan pada teman-teman kita? Yukina, kamu tidak pernah berpikir untuk memiliki kedudukan yang tinggi, peringkat yang tinggi, kekuatan yang hebat, kekayaan yang melimpah, dan kepopuleran... tetapi kamu hanya berpikir tentang teman-temanmu yang menerima kamu dan membantumu... itu adalah hal yang sangat kecil, tetapi aku melihatnya sebagai sesuatu yang mulia. Aku mulai belajar darimu... jadi.. biarkanlah aku belajar lagi dan jangan mati... jika kamu menyerah... kamu akan mati."

"Ermin... aku tidak menyerah kok." Pikir Yukina.

6 bola sihir muncul dari pedang Yukina. Ke-6 bola sihir itu menerjang ke arah Rei dan meledakkan tangan kanan Rei sehingga Rei melepaskan pedang Yukina.

Yukina menebas-tebas tubuh Rei, tetapi anehnya, justru Rei bertambah kuat.

Rei tertawa.

"Karena serangan-serangan mu.... lihat.. aku bisa menggerakkan kaki kiriku, hanya tanganku saja yang belum pulih." Kata Rei.

"Dia menyerap sihir kita?" Pikir Yukina.

"Benar... kau pintar." Kata Rei.

Yukina menerjang ke arah Rei. Rei menghindarinya dengan mudah sekali. Yukina menebas, tetapi Rei menghindar lagi dan lagi. Rei memukul punggung Yukina, dan Yukina merasakan sakit.

"Berpikir cepat dan bertindak cepat, tetapi jangan terburu-buru. Tetaplah tenang, tetapi cepat."

"Alfred.." pikir Yukina.

Tubuh Yukina bercahaya lebih terang. Yukina menerjang dan menyerang dengan lebih cepat.

Rei sempat mundur berkali-kali. Rei menginjak tanah yang ada di depannya, sehingga gunungan tanah yang besar muncul dan hampir menghantam Yukina. Yukina justru menggunakan tanah itu sebagai pijakan terjangannya. Yukina berhasil melewati Rei.

Rambut Rei pada sebelah kiri terpotong, dan tubuh Yukina menjadi penuh darah.

"Aaargh...." keluh Yukina perlahan.

Yukina berbalik lagi dan menerjang lagi dengan cepat.

"Kecepatan itu penting, tetapi jarak serang juga. Jangan lupa kalkulasikan hal itu."

"Asuka..." pikir Yukina.

Tubuh Yukina mengeluarkan hawa dingin, tetapi lajunya semakin cepat, meskipun ia hanya berlari dengan kaki kirinya.

Ranting-ranting tumbuhan melilit kaki kanan Yukina, sehingga setindaknya kakinya dapat ia gerakan lagi.

Laju Yukina semakin cepat. Yukina menebas-tebas Rei dengan cepat, tetapi dari antara banyak tidak ada yang mengenai tubuh Rei.

"Jarak.." pikir Yukina.

Saat Yukina meleset, Yukina membiarkan dirinya terjatuh ke depan. Saat Yukina hampir terjatuh, Yukina menancapkan pedangnya di atas tanah tepat di belakang Rei. Tanah itu membeku dengan cepat dan gunungan es besar yang muncul menghantam tubuh Rei. Tetapi Rei masih bisa berdiri.

Yukina melompat dan menggunakan pedangnya sebagai tumpuannya untuk melompat. Saat kedua kakinya mendarat di tanah, Yukina mencabut pedangnya dan bersiap untuk menerjang ke arah Rei.

Rei dan Yukina saling menerjang.

"Kalkulasikan, analisalah, pelajarilah...."

"Denzel..." pikir Yukina.

Yukina melihat, bahwa Rei sedikit lemah terhadap cara penyerangannya. Ia sering terhanyut di dalam emosinya dan emosinya membuat dirinya susah untuk berpikir.

Yukina tersenyum.

Saat Rei sudah berada di depan Yukina, Rei hendak menyerang kepala Yukina. Yukina menghindar dengan membuat tubuhnya menghadap ke arah kirinya sambil menebas ke arah Rei. Yukina melompat mundur dan menerjang lagi. Rei melihat, lehernya terlukai sedikit.

Rei menghindari serangan Yukina.

"Ehehe.... Yukina... lihatlah... teman-teman menunggumu."

"Kurosa...." pikir Yukina.

"Benar sekali. Aku suka saat melihat caramu bertarung dan kamu membuatku untuk lebih berani."

"Megan..." pikir Yukina.

"Hehehe, Darling.... kamu masih ingat kan.. berkat kamu aku bisa bertemu dengan Sweetheart manis ini.... dan juga.... kamu mengesankan saat kamu bertarung denganku."

"C-Chaku?" Pikir Yukina bingung.

Pedang Yukina mulai bercahaya aneh, warnanya bening.

"Baiklah... aku coba." Pikir Yukina.

Yukina menebas Rei. Rei menahan pedang Yukina dengan tangan kosong lagi. Pedang Yukina berubah menjadi gas untuk sementara. Dan setelah melewati tangan Rei, pedang itu kembali menjadi padat. Rei melompat mundur, perutnya terluka.

Yukina mengarahkan pedangnya ke arah Rei dari jauh. Sebuah gumpalan lem panas meluncur ke arah Rei.

Rei mengubah lem itu menjadi beku. Yukina menerjang lagi dan menempelkan pedangnya pada tangan kiri Rei, lalu Yukina melemparkan Rei dengan pedangnya yang sudah dilapisi oleh lem milik Yuto (Chaku). Rei terjatuh ke atas tanah. Yukina melompat, hendak menusuk kakinya atau tangannya, tetapi Rei menghindar. Tusukan Yukina meleset. Rei menggenggam leher Yukina dan melemparkannya ke samping. Pedang Yukina yang tertancap mengikuti Yukina.

Yukina menyentuh lehernya, rupanya banyak sekali darah.

"Pantas sakit sekali..." pikir Yukina.

"Hehehe Yukina.... sihirku adalah extra, tetapi dirimu lebih EXTRA dari itu!"

"Takusan..." pikir Yukina.

"Saat melawanmu pada hari pertama, aku yakin kamu adalah orang yang sangat tangguh, bahkan kekuatanmu setara dengan Ermin. Jika kamu menyerah... itu bukan tangguh lagi. Aku suka ketangguhanmu."

"Amber..." pikir Yukina.

"Makanlah sayur mayur yang banyak! Dengan begitu kamu akan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Yukina, pasti kamu setiap hari makan sayur mayur kan? Karena kekuatanmu luar biasa!"

"..... siapa ya? Tapi ia mengenalku... aku panggil saja.... manusia sayur." Pikir Yukina.

"Bunga berbau harum, semua bunga memiliki keharumannya sendiri..... Yukina, keharumanmu sungguh unik. Aku yakin kamu bisa..."

"Eeh.... manusia bunga? Aku tidak paham hubungan bau harum dengan perang ini tetapi baiklah..." pikir Yukina.

Pedang Yukina mulai mengeluarkan bau menyengat. Yukina menerjang ke arah Rei lagi, lalu memukulkan pedangnya ke tanah. Dari tanah, es, perak, dan baru amber merambat ke arah Rei. Ketiga gunungan itu menghantam Rei.

Yukina menggunakan ketiga gunung itu sebagai pijakan.

"Aku tidak bisa berpikir dengan lebih jelas... tetapi... untuk apa berpikir.." pikir Rei.

Yukina berada di atas Rei, hendak menebasnya dengan pedangnya. Tetapi pada saat pedang Yukina hampir sampai pada tubuh Rei, Rei memegang bilah pedang Yukina dan mengayunkannya ke samping kiri bawah. Yukina terlemparkan ke tanah. Rei melemparkan pedang itu kepada Yukina. Yukina segera menghindar, karena jika tidak, pedang itu akan tertancap tepat di jantungnya. Yukina berdiri lagi dan mengambil pedangnya.

Yukina menerjang kembali,

"Kakak... kakak berjanji akan pulang kan?"

Yukina menutup kedua matanya,

"Tentu saja... Name.... Nomu...." pikir Yukina.

"Yukina! Latihan kita berjalan lancar setiap hari, jadi aku yakin kamu dapat melakukan ini. Ayo kalahkan dia, bersama-sama!"

Muka Yukina sedikit memerah,

"Ardolph..." pikir Yukina senang.

"Yukina... kamu bisa.... kami para pahlawan berjanji tidak akan tinggal diam... meskipun kami sudah terkubur."

"Sun Hero... Night Hero...." pikir Yukina.

"Alexa adalah sahabat terbaik yang pernah aku temui. Aku ingin kalian tetap hidup. Agar bisa seperti itu, kamu harus menang!"

"Pollyaana...." pikir Yukina.

"Yukina, terimakasih karena telah membantuku menyelamatkan kakakku... sekarang aku harus berhutang budi padamu."

"Katsumi.." pikir Yukina.

Cahaya pada pedang Yukina sekarang didominasi oleh warna putih dan bening.

"Fire explotion." Kata Rei tenang.

Di atas tanah, muncullah api-api biru yang panas, lalu semua api itu meledakkan diri.

"Control!" Kata Yukina.

Semua api yang meledak, justru terserap dan mengikuti pedang Yukina.

"Hmm.." kata Rei berusaha untuk menenangkan diri.

Yukina membanting pedangnya di depan Rei, karena saat ia hendak menebas Rei dari atas, Rei menghindar. Saat pedang itu mengenai tanah, ledakan api biru yang kuat terjadi. Gunungan-gunungan tanah juga tercipta. Gunungan-gunungan tanah itu menjebak Rei.

Yukina menebas gunungan-gunungan itu, sehingga gunungan-gunungan itu hancur.

Rei mulai terjatuh ke bawah, Yukina meluncur dari atas.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Teman-teman.. bertahanlah sebentar lagi..." kata Kurosa yang sudah berkeringat banyak.

"KANNOYA UNITY!" Teriak Kurosa.

.

.

.

.

.

.

.

"Kannoya... Unity..." kata Yukina.

Tubuh Yukina semakin bercahaya. Pedang Yukina berubah bentuk menjadi lebih kokoh oleh karena sihir teman-temannya itu.

Pedang itu berhasil mengenai bahu kiri Rei. Pedang Yukina tertahan.

"Kau pikir kamu bisa menang, dasar anak naif..." kata Rei.

"Aku tidak akan bisa menang.... yang menang adalah...." kata Yukina.

Pedang Yukina semakin bercahaya.

"TEMAN-TEMANKU!" Teriak Yukina.

Pedang Yukina segera meluncur dengan cepat, menebas bahu Rei dan tubuh bagian depan Rei.

"Naif..." kata Rei.

Rei mundur sedikit. Rei mengulurkan tangannya ke arah belakang, sihir-sihir berkumpul.

Yukina mengancang-ancang.

Lalu mereka berdua menerjang.

Rei melemparkan sihir itu. Yukina menahannya dengan pedangnya.

"Tebas dan lampauilah semuanya..."

"... siapa kamu?" Pikir Yukina.

"Harapan bisa terjadi... aku akan terus berharap yang baik bagimu... kamu juga Yukina, jangan berharap sesuatu yang buruk."

"Kak Hope..." pikir Yukina.

"Semuanya ini bukan tentang kekuatan... tetapi ini semua tentang perasaan... Rei penuh dengan kebencian."

"Kak Amiko, kak Aink, kak Tenji..." pikir Yukina.

"Baiklah... aku akan hancurkan semua kebencian itu..." pikir Yukina.

Yukina mendorong pedangnya.

"Control..." kata Yukina.

Tanah-tanah yang berada di sekitarnya itu membantu Yukina untuk menahan sihir Rei. Angin-angin deras mendorong sihir Rei.

"Haaaaaaaaaaaaaaaarrrgghhhh!" Teriak Yukina.

.

.

.

.

.

.

..

"SEDIKIT LAGI!" Teriak Kurosa.

.

.

.

.

.

.

"Teman-teman...." pikir Yukina.

Ia mulai membayangkan kenangan-kenangannya dengan teman-temannya.

"Hangat...." kata Yukina sambil memejamkan kedua matanya.

.

.

Cahaya warna-warni berkumpul lagi.

"Aku bantu..."

.

.

Cahaya kuning melapisi semua cahaya warna-warni itu.

Yukina dapat melesat dan menebas semua sihir Rei bagaikan menebas angin belaka.

Yukina sampai di depan Rei. Yukina menusuk perut Rei sedikit

"Sudah selesai.... Rei." Kata Yukina.

.

.

Cahaya di langit mulai bercahaya warna-warni.

Lalu satu cahaya kecil masuk ke dalam tubuh Rei. Cahaya-cahaya warna-warni itu lalu menembakkan berbagai macam sihir ke arah Rei.

Dan yang terakhir...

3 cahaya muncul dengan sangat terang, lalu menjatuhkan diri mereka pada Rei, sehingga muncullah ledakan-ledakan yang sangat besar.

Yukina terdorong mundur oleh ledakan itu.

Yukina terjatuh di atas tanah.

"Sudah... selesai..." pikir Yukina.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C308
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk