Yukina menerjang ke arah Rei, memang jauh lebih lamban terjangannya daripada Spring Wind Samurai milik Yukina.
"Kamu jadi lamban sekali.." kata Rei sambil tertawa.
"Wind Chaos!" Kata Yukina.
Yukina mengayunkan pedangnya ke udara di depan Rei. Rei menggangkat kepalanya ke atas untuk menghindari tebasan Yukina.
"Besar... kuat..." pikir Rei.
Yukina menerjang lagi dan berusaha menebas Rei dengan kuat. Tetapi karena gerakan Yukina lebih lamban, Rei lebih mudah untuk menghindarinya.
"Fire." Kata Rei.
Tangan kanan Rei membara dan menahan pedang Yukina. Pedang Yukina sedikit retak, Rei tersenyum.
"Ayolah..." pikir Yukina.
Yukina memberi tekanan pada pedangnya. Pedangnya semakin retak sedikit, Rei semakin senang. Yukina menarik pedangnya dan segera menebas lengan Rei, tetapi lengan Rei cukup kuat. Yukina mencabut pedangnya dari lengan Rei.
Rei tertawa,
"Terkuat? Tetapi hanya begini?"
Tetapi Rei melihat telapak tangan kanannya, rupanya terlukai secara dalam, dan ia melihat lengan kanannya dan ternyata juga sudah terlukai secara mendalam.
"Begitu..." kata Rei.
Pedang Yukina kembali seperti semula, tidak retak lagi.
"Begitu..." pikir Yukina.
.
.
Yukina berdiri jauh dari Rei, Yukina mengayunkan pedangnya di udara. Tebasan angin yang kuat menerjang ke arah Rei. Rei diam saja karena tebasan itu terasa lemah. Tetapi dari pundak kiri Rei hingga pinggul kanan Rei berdarah.
"Hm... sangat menjebak..." pikir Rei.
.
.
Yukina menerjang ke arah Rei. Yukina berusaha untuk menebas Rei, Rei menghindarinya dengan mudah. Rei berhasil memegang pedang Yukina.
"Blue Fire!" Kata Rei.
Rei berhasil membuat retakan besar pada pedangnya, tetapi telapak tangan Rei semakin terluka.
Karena Rei sibuk, Yukina segera menendang kepala Rei dengan kaki kanannya. Rei segera melepaskan pedang Yukina, tetapi Rei berhasil menangkap kaki Yukina yang menendang kepala Rei.
Rei tersenyum.
Rei membanting Yukina ke tanah dan posisi kaki kanannya sangat salah, sehingga kakinya terkilir parah.
Rei menekukkan kaki Yukina, sehingga kaki Yukina mengalami kepatahan tulang.
"Bagaimana? Bagaimana? Enak kan?" Tanya Rei sambil tertawa.
Yukina mendorong dirinya dari tanah dan bertopang kepada kaki kirinya. Yukina menebas udara lagi, karena Rei berhasil menghindar dari tebasan Yukina. Angin itu segera mendorong dari segala arah hingga Rei terdorong mundur sedikit.
Yukina berlutut di atas tanah sebentar.
Yukina segera menerjang ke arah Rei dengan cepat.
Yukina menebas udara dengan kuat dan cepat.
"Kamu makin lamban..." tawa Rei.
"Stone crush." Kata Rei.
Gunungan tanah keras tiba-tiba muncul dan menghantam pedang Yukina. Pedang Yukina terlemparkan jauh.
Gunungan tanah keras lain muncul dan menghantam Yukina hingga mengenai atap kubah yang dibuat oleh Rei (dinding sihir itu berbentuk kubah). Yukina terjatuh ke tanah dengan keras. Rei mengambil pedang Yukina dan menancapkannya di atas lengan kanan Yukina.
"Aaaaaaarghh...." keluh Yukina.
Rei menggerakkan pedangnya.
"Bagaimana? Mengapa perkembanganmu sedikit saja?" Tanya Rei.
Rei tersenyum.
"Sepertinya kamu sedikit kebal terhadap rasa sakit kan?" Tanya Rei.
"Extra.." kata Rei.
Tubuh Yukina bercahaya. Yukina merasakan sakit 20 kali lipat dari sebelumnya.
"Benar... benar... aku melemahkan daya tahan tubuhmu.... sehingga merasakan sentuhan jari saja seperti tusukan tombak.." kata Rei sambil menempelkan jarinya pada dahi Yukina. Yukina berteriak kesakitan.
"Zirahmu memberik ketahanan yang luar biasa ya... buktinya... saat aku mematahkan kakimu, kamu masih bisa menerjang..." kata Rei.
.
.
Tubuh Yukina mulai bercahaya. Kesakitan Yukina tidak begitu terasa lagi.
"Rasa ini..." pikir Yukina.
Yukina mengambil pedangnya dari tangan Rei. Rei berjalan mundur sedikit, membiarkan Yukina berdiri dan bertarung lagi.
Tubuh Yukina bercahaya berwarna-warni.
"Hangat..." pikir Yukina sambil tersenyum dan memejamkan kedua matanya.
Yukina melihat ke arah Rei.
"Ini Kannoya Unity..." pikir Yukina.
"Kannoya Unity? Aku belum pernah dengar.." kata Rei.
.
.
.
.
.
.
"Yukina, kamu adalah orang hebat!"
"Yukina, aku yakin kamu pasti bisa."
"Yukina, jika kamu kalah, aku tidak akan percaya."
"Yukina, ayo, bangkit lagi."
"Yukina, ayo kita lakukan lagi."
"Kakak, kamu pasti bisa."
"Yukina, kita percaya padamu."
.
.
"Yukina.... kamu adalah cahaya kami."
.
.
.
.
Yukina membuka kedua matanya lagi.
"Terimakasih... teman-teman." Kata Yukina.