"Ah...." keluh Amiko.
Amiko terjatuh secara perlahan di suatu tempat yang ia tidak pernah ketahui sebelumnya.
"Tempat ini... sangat gelap.... dan juga.... aku merasa terlupakan... kesuraman.... itu yang kurasakan...." pikir Amiko.
Amiko akhirnya terjatuh di atas permukaan ruangan itu.
Amiko berdiri dan berusaha melihat sekeliling.
"Sepi sekali.." pikir Amiko.
Amiko berjalan-jalan sebentar.
Amiko melihat ada banyak bola kristal.
'Ini sihirku.. "kejut Amiko.
Amiko mengambil bola itu, lalu sihirnya didapatinya kembali.
"Ada banyak sekali, jika aku ambil semua, apakah aku akan mendapatkan sihir-sihir lainnya?" Pikir Amiko.
"Jangan Amiko, tidak baik itu..." pikirnya sambil menggelengkan kepalanya.
Amiko menaiki anak tangga yang ada, dan ia melihat ada banyak sekali orang berkerumun di dekan sebuah pohon besar.
Amiko memutuskan untuk pergi ke sana.
Orang-orang itu terlihat tertekan, depresi, ada yang menangis, ada yang sudah tidak peduli lagi.
"Amiko?"
"Huh?" Kejut Amiko sambil melihat ke belakangnya.
"Jax?" Tanya Amiko.
"Amiko... rambutmu...?" Kejut Jaxon.
"Ya... aku baru saja memotongnya... dan mataku ini keracunan jadi aku buta setengah." Kata Amiko.
.
.
"Sepertinya kita berdua telah ditelan di sini." Kata Jaxon.
"Pantas saja.... tadi aku melihat ketiga saudaramu, tetapi entah mengapa aku melupakanmu." Kata Amiko.
"Benar, sihir ini membuat segalanya seolah-olah tidak pernah ada." Kata Jaxon.
Amiko melihat kepada pohon itu.
"Lalu mengapa orang-orang berkerumun di sini? Padalah ada ruangan banyak." Kata Amiko.
"Benar.... aku sendiri sedang mencari tahu.." jawab Jaxon.
Mereka berdua berusaha untuk mendekati pohon itu, dan terlihatlah, bahwa ada seorang anak kecil berambut putih duduk dan memandang ke depan dengan tatapan kosong.
"Dia adalah yang menelanku, aku berhasil membuat dirinya tertelan rupanya..." kata Amiko.
"Tidak... ia sudah ada di sini sejak lama..." kata salah seorang yang terjebak di dunia itu.
"Apa? Lalu.... sebentar... ini aneh..." kata Amiko.
Amiko berdiri di depan anak berambut putih itu.
Anak itu melihat ke arah Amiko dengan tatapan yang sangat kosong.
"Jika kita menyerangnya, apa yang akan terjadi?" Tanya Amiko.
"Kita sudah pernah menyerangnya sekali.... dan lihatlah di sebelah sana." Kata salah seorang yang terjebak di sana. Orang itu menunjuk ke arah kanan depan.
Amiko melihatnya, dan ia sedikit terkejut, ada sebuah garis retakan besar yang mengeluarkan darah. Amiko melihat kepala anak itu, rupanya kepala anak itu berdarah.
"Jadi begitu.... jika ia kita lukai, dunia ini juga terlukai dan kita bisa mati di dalamnya... tanpa ada yang mengingat.... benar-benar mati...." kata Jaxon.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan agar terbebas dari dunia ini?" Tanya Amiko.
"Kita hanya bisa menunggu..... terkadang ada sebuah lubang tercipta, berarti anak yang diluar itu sedang membuka sebuah portal untuk mengeluarkan sesuatu, tetapi ia biasanya menutupnya dengan cepat-cepat." Kata orang itu.
"Begitu..." kata Jaxon sambil mengingat kejadian pada saat Forgotten mengeluarkan pedang dan sebuah mobil.
Amiko memutuskan untuk berjalan-jalan bersama dengan Jaxon.
"Dunia yang aneh dan unik, ada banyak tanah melayang berwarna keunguan.... aneh sekali... seperti di dunia fantasi..." kata Amiko.
Di antara tanah-tanah melayang itu, ada banyak sekali jembatan.
Amiko melihat dari kejauhan, ada sebuah gua, tetapi itu sangatlah jauh.
"Jauh sekali..." kata Jaxon.
"Tetapi itu membuatku cukup penasaran..." kata Amiko.
Amiko melihat ke bawah, ada lautan yang berwarna keunguan, semuanya di sana berwarna keunguan.
.
.
"Jaxon, pegang tanganku dengan kuat." Kata Amiko.
"Eh? Eh? S-Serius?" Kejut Jaxon yang sedikit tersipu-sipu.
Amiko memegang lengan Jaxon dengan kuat, muka Jaxon menjadi memerah.
Amiko memejamkan kedua matanya, Jaxon juga memejamkan kedua matanya.
Lalu, tiba-tiba tubuh Amiko melayang bersama dengan Jaxon. Amiko menggunakan sihirnya.
Jaxon membuka kedua matanya, dan ia sedikit terkejut bahwa ia sedang melayang.
Mereka berdua berusaha untuk mendatangi gua itu.