Unduh Aplikasi
61.86% Kannoya Academy / Chapter 278: Heartbreak

Bab 278: Heartbreak

Kurosa berlari ke sana kemari, ia berusaha untuk mencari teman-temannya. Teknologi Denzel untuk sementara terblokir karena Denzel terkontrol oleh Controler.

"Aduh... di mana teman-teman.... Yasumi." Kata Kurosa.

Burung hantu itu hinggap pada tangan kanan Kurosa.

"Coba cari teman-teman." Kata Kurosa.

"Hooo." Kata Yasumi.

Yasumi segera terbang ke langit. Yasumi mengeluarkan aura gelap.

Kurosa menutup kedua matanya.

"Hm.... aku memang hanya bisa merasakan aura, tetapi teman-teman sangat jauh dari tempat dimana aku berada." Pikir Kurosa.

Yasumi hinggap pada kepala Kurosa.

Kurosa membuka kedua matanya.

"Tetapi ada satu tempat yang memiliki aura yang sedikit kuat, mungkin aku akan ke sana." Kata Kurosa.

Kurosa berlari ke tempat itu, dan didapatinya seorang wanita dengan penutup mata.

"Oh.. orang buta.." pikir Kurosa.

"Aku tidak buta." Kata wanita itu.

"Eh? Dia bisa membaca pikiranku?" Pikir Kurosa sambil terkejut.

"Hehehe... anak bodoh. Kita semua bisa membaca pikiran, hanya kita sedikit malas untuk melakukannya karena itu membuat kepala menjadi sedikit pusing." Kata wanita itu.

"Eeh... kalau begitu. Jika kamu tidak buta, ini angka berapa?" Tanya Kurosa sambil menunjukkan jari yang menyimbolkan angka 4.

"4." Jawab wanita itu.

"Kalau ini..." kata Kurosa sambil menunjukkan jari yang menyimbolkan angka 7.

"7." Kata wanita itu.

"Aaah... benar-benar tidak buta ya... kalau ini?" Tanya Kurosa sambil menunjukkan jari yang menyimbolkan angka 3.

"Sudahlah main-mainnya... mengapa kamu ada di sini?" Tanya wanita itu.

"Oooh anda tidak bisa melihat jari ini... saya mengerti.. hanya beberapa saat saja anda bisa melihat rupanya.." kata Kurosa.

"Dasar bocah! Aku bisa melihat semuanya dengan jelas!" Kata wanita itu.

"Oh? Baiklah, kalau ini?" Tanya Kurosa sambil menunjukkan jari yang menyimbolkan angka 6.

"Berisik! Sudahlah! Katakan mengapa kamu ke sini?!" Kata wanita itu dengan kesal.

"Eeh.... anda malu ya karena tidak bisa melihatnya? Hohoho! Ini adalah angka 7! Jelas sekali 7!" Kata Kurosa.

"Justru kamu yang buta! Bodoh! Itu angka 6!" Kata wanita itu kesal.

"Oh? Benarkah? Tetapi anda yang memakai tutup mata, jadi aku yang benar." Kata Kurosa.

"Hhhhrgghhh.... dasar bocah... terserah deh." Kata wanita itu kesal.

"Mengapa anda memakai penutup mata?" Tanya Kurosa.

"Itu rahasia, aku tidak ingin membukanya sekarang." Kata wanita itu.

"Eeeh... kok begitu?" Tanya Kurosa.

"Sudahlah diam!" Kata wanita itu kesal.

"Oh, baiklah. Lalu, apakah kamu melihat seorang perempuan dengan rambut hitam panjang dengan tepi-tepi rambutnya yang berwarna biru dan rambutnya halus lurus panjang hingga di bawah bahu dan juga wangi rasa es krim dan juga berambut dengan poni segitiga di tengah kepala dan juga poninya pendek hanya sampai 15 cm di atas hidung dan juga rambutnya sedikit menutupi kiri kanan wajahnya dan juga sebagian besar rambutnya menutupi punggungnya?" Tanya Kurosa.

"Aku tidak paham penjelasanmu, tetapi saat membaca pikiranmu, kamu mencari Asuka." Kata wanita itu.

"Oooh! Benar! Anda melihatnya?" Tanya Kurosa.

"Dia tidak disini, dia sedang bertarung dengan Gravi Boy, Summoner sudah terbunuh sehingga orang-orang sihirnya menghilang bersama dengannya." Kata wanita itu.

Wanita itu mengambil sebuah kipas, lalu ia mengipasi dirinya secara perlahan-lahan.

"Kipas? Apakah disini panas?" Tanya Kurosa.

"Terserah deh." Kata wanita itu kesal.

"Kamu sedang apa?" Tanya Kurosa.

"Aku sedang mengipasi diriku. Kamu tidak tahu?" Tanya wanita itu.

"Bukan, maksudnya sedang apa kamu di sini?" Tanya Kurosa.

"Aku membantu tuan saya." Kata wanita itu singkat.

"Eh? Tuan anda di mana?" Tanya Kurosa.

"Tuanku sedang melawan para sampah." Kata wanita itu.

"Waaaah! Sungguh pekerjaan yang sangat mulia! Ia bahkan rela bertarung dengan para sampah yang berhamburan di jalanan! Dan juga, ia rela menumpahkan darah demi kota bersih!" Kata Kurosa.

"Eh? Serius dia berpikir bahwa tuanku bertarung dengan sampah?" Pikir wanita itu kebingungan.

"Nama tuan anda siapa?" Tanya Kurosa.

"Seharusnya kamu tahu, dia terkenal." Kata wanita itu.

"Eeh... aku tidak pernah mendengar ada orang yang bertarung dengan sampah." Kata Kurosa.

"ADUH KAMU GIMANA SIH? SAMPAH YANG KUMAKSUD TENTUNYA BUKAN SAMPAH BENERAN!" Kata wanita itu kesal.

"Eh? Lalu apa?" Tanya Kurosa.

"Sampah-sampah itu adalah pahlawan yang mengotori rakyat." Kata wanita itu.

"Eh.. berarti.." kejut Kurosa.

"Ya. Benar. Tugasku adalah membasmi semua pahlawan pengganggu itu dan mewujudkan mimpi tuanku, Rei, dimana tidak ada lagi pahlawan omong kosong seperti mereka ini." Kata wanita itu sambil tersenyum.

"Tidak... mereka tidak berkata omong kosong... Night Hero dan Sun Hero tidak begitu... dan masih ada banyak pahlawan yang tidak mengatakan omong kosong." Kata Kurosa.

"Benarkah? Setahuku... mereka hanya mementingkan peringkat mereka, meskipun harus membuang anaknya yang tidak bersalah dan justru teman-temannya yang menfitnah dia." Kata wanita itu.

"Siapa yang melakukan itu? Tidak mungkin para pahlawan seperti itu!" Kata Kurosa dengan yakin.

"Hm... anak kecil sepertimu tahu apa tentang para pahlawan? Mereka sengaja membuang anaknya dan menuntut mereka untuk menjadi pahlawan seperti mereka, jika tidak demikian, mereka akan membuang anak itu." Kata wanita itu.

"Tidak! Itu tidak seperti itu!" Kata Kurosa.

"Sudahlah, anak kecil sepertimu tidak perlu ikut campur dengan urusan kita." Kata wanita itu.

Lalu wanita itu hendak melewati Kurosa begitu saja, tetapi,

"Dark magic!" Kata Kurosa.

Di bawah wanita itu, terbentuklah sebuah lingkaran hitam yang menjebak kaki wanita itu.

"Mau melawanku?" Tanya wanita itu.

Wanita itu mengangkat tangannya. Wanita itu tersenyum.

"Perkenalkan aku Heartbreaker. Dan ini adalah ayahmu." Katanya.

Lalu ayah Kurosa muncul.

"A-Ayah?" Kejut Kurosa.

Ayah Kurosa hanya diam saja.

"Habisi bocah itu.." bisik Heartbreaker.

Ayah Kurosa menerjang ke arah Kurosa dengan cepat. Kurosa masih tidak percaya bahwa itu adalah ayahnya yang telah meninggal karena ketidakadilan.

Kurosa menghindar dengan cepat.

"Ayah? Itu kamu?" Tanya Kurosa.

Ayahnya tidak menjawab.

"Dark magic." Katanya.

Sihir gelap mengumpul di dalam tangan ayahnya itu.

Ayahnya melemparkannya kepada Kurosa.

Meskipun berbentuk kecil, tetapi itu berhasil menghancurkan tanah yang dipijak Kurosa dan juga beberapa gedung di sekitar Kurosa.

Dari balik asap, Kurosa bersinar terang.

"Light soul." Kata Kurosa.

Rambut Kurosa berubah yang sebelumnya berwarna hitam menjadi pirang putih.

Mata Kurosa bersinar terang bagaikan bintang pada malah hari.

"Ayah..." bisik Kurosa.

Ayahnya hanya diam saja.

Heartbreaker tertawa.

"Percuma kamu memanggilnya, bahkan hingga 100 kali kau memanggilnya, tetap saja ia tidak akan mengingatmu." Kata Heartbreaker.

Kurosa merasa sakit saat mendengar hal itu.

"Kurosa, tidak apa-apa..."

Seseorang memegang pundak Kurosa. Kurosa melihat ke arah belakang. Seorang gadis berambut hitam dengan tepi-tepinya yang berwarna keunguan berdiri di sampingnya.

"Itu hanya sihir. Dia tidak melupakanmu kok. Dia selalu menaruh namamu pada hatinya."

"Shinoka..." kata Kurosa.

Shinoka tersenyum. Kurosa menyadari bahwa ia mengalami hal yang sama pada kedua orangtuanya.

"Hm... bodoh." Kata Heartbreaker.

Laku muncullah kedua orangtua Shinoka.

"Tenang, Kurosa, itu hanyalah sihir ilusi yang mengambil bentuk orangtua kita yang telah tiada. Tetapi ilusi ini memang terasa sangat asli, bahkan sihirnya pun nyata." Kata Shinoka.

"Tetapi... akan sulit untuk melawan ayahku sendiri..." kata Kurosa sambil menunduk.

"Kalau begitu..." kata Shinoka sambil menepuk-nepuk punggung Kurosa.

"Aku yang akan menghadapi ayahmu dan kamu yang akan menghadapi kedua orangtuaku." Kata Shinoka.

"Susah juga untuk menghadapi kedua orangtuamu.." keluh Kurosa.

"Yaaah.. bagaimana ya... ia hanya bisa mengambil ilusi orang yang sudah meninggal.... berarti..." pikir Shinoka.

"Jangan melamun.." kata ibu Shinoka.

Shinoka melihat sekeliling, kedua kaki Kurosa dan Shinoka sudah dililit oleh sihir kegelapan dari ayah Kurosa.

"Aah..." keluh Shinoka.

Karena terlilit, dan lilitannya sangatlah kuat, tanpa disadari sihir "light soul" milik Kurosa padam sendirinya.

Kurosa terjatuh ke atas tanah.

"Kuat.... sekali... lilitannya..." keluh Kurosa.

"Iya.... sepertinya.... kakiku patah..." kata Shinoka.

"Dia juga menghisap stamina kalian, kasihan sekali..." tawa Heartbreaker.

.

.

Tiba-tiba Heartbreaker terkejut sendirinya, lalu menggerakkan kepalanya ke kanan. Sebuah pedang menyusul dan tertancap tepat di sebelah kiri kepala Heartbreaker.

"Apa ini?" Tanya Heartbreaker.

Lalu ilusi kedua orangtua Shinoka menghilang.

"Apa?" Kejut Heartbreaker.

"Kakak!"

Seorang anak lelaki berlari mendatangi Shinoka.

"Kakak? Aku tidak punya adik..." kata Shinoka.

Anak lelaki itu mengangkat tangan kanannya dan mengarahkannya kepada Heartbreaker. Pedang yang tadi tertancap di samping kiri kepala Heartbreaker segera meluncur mendatangi tangan anak lelaki itu.

"Tidak, kakak. Aku adalah adikmu." Kata anak lelaki itu.

"Eh? Apakah ini ilusi? Mungkin Heartbreaker juga bisa membuat ilusi..." kata Shinoka sambil mencubit pipi anak lelaki itu.

"Eeeeeh kawkak... hewtiwan!" Kata anak lelaki itu.

"Ya, Shinoka, itu adalah adikmu."

Shinoka terkejut saat mendengar suara itu,

"Ayah?" Kejut Shinoka.

Shinoka melayangkan pandangannya, dan benar, itu adalah ayahnya.

"Bagaimana mungkin? Ayah kan sudah terbunuh oleh Rei bangsat itu." Kata Shinoka.

"Shinoka! Jaga mulutmu!" Kata ayahnya saat mendengar perkataan Shinoka.

"Oh.. maaf.." kata Shinoka.

"Aaah Shinoka... kakimu baik-baik saja kan?"

"Ibu?" Kejut Shinoka.

"Hehehe... maaf kami tidak mendatangimu secepatnya.. dan kami juga tidak memberitahumu tentang kepergian kami." Kata ibu Shinoka.

"Tidak mungkin... mungkin ini adalah sihir ilusi.... ayah dan ibu jelas-jelas terbunuh di hadapanku.... di depan kedua mataku... darah mengalir di setiap ruangan rumah... dan juga.... aku diculik oleh Rei..." kata Shinoka.

"Oh, kamu belum mengetahui bahwa diri kita yang berada di rumah adalah ilusi tingkat tinggi yang dibuat oleh ibumu?" Tanya ayah Shinoka.

"Ilusi tingkat tinggi?" Tanya Shinoka.

"Ya, itu adalah ilusi yang menyerupai manusia asli. Jika mereka terserang, tidak seperti ilusi lainnya yang segera lenyap, tetapi ilusi ini akan mengeluarkan darah seperti manusia pada umumnya. Mereka juga bisa disentuh. Itulah ilusi tingkat tinggi." Kata ayah Shinoka.

"Lalu... mengapa kalian membuat ilusi itu? Apakah kalian sudah mengetahui jika Rei akan datang?" Tanya Shinoka.

"Jika demikian, kita akan tetap tinggal di rumah. Pada saat itu ayah dan ibu mendapat misi jangka panjang secara mendadak di kota yang jauh. Karena jika membawa Shinoka kecil akan sangat berbahaya bagi keselamatannya, kita memutuskan untuk membuat ilusi tingkat tinggi agar Shinoka kecil tidak kesepian." Kata ibu Shinoka.

"Jadi begitu..." kata Shinoka.

"Dan anehnya, sepertinya kita melupakanmu karena suatu sihir yang diberikan kepada kami..." kata ayah Shinoka.

"Itu adalah sihir pelupa level sedang yang diberikan pada kakak, jadi tidak ada yang ingat pada kakak." Kata adik Shinoka.

"Begitu..." kata Shinoka yang belum percaya.

Mengetahui anaknya belum percaya akan keberadaan mereka, ibu Shinoka mulai bernyanyi,

"Shinoka Shinoka.... kupu-kupu nan indah yang hinggap pada sebuah bunga yang cantik.... tidak ada yang bisa menandingi kecantikan mereka, lihatlah... Tetapi bagi ibumu, Shinoka bisa menandingi kecantikan mereka berdua~"

"Ibu.... itu benar-benar kamu..." kata Shinoka.

.

.

.

.

"Tch! Apa-apaan ini?!" Teriak Heartbreaker. Heartbreaker melemparkan kipasnya dan kipas itu mengenai tubuh ibu Shinoka. Tubuh ibu Shinoka terjatuh ke atas tanah.

"Ibu?" Kejut Shinoka.

"Ahahaa.... tidak apa-apa."

Tiba-tiba ibu Shinoka muncul di depan Heartbreaker. Ibu Shinoka menendang kepala Heartbreaker dari bawah.

"Kurang ajar!" Kata Heartbreaker yang lalu mengayunkan kipasnya pada ibu Shinoka. Kepala ibu Shinoka tertancap oleh kipas itu.

"Kipas tajam?" Pikir Kurosa.

.

.

Ibu Shinoka memegang leher bagian belakang Heartbreaker.

"Sayang." Kata ibu Shinoka.

Ayah Shinoka mendekat dan berdiri di depan Heartbreaker.

"Apa? Kau pikir dengan mengacaukan pikiranku, aku tidak bisa bertarung?" Tanya Heartbreaker.

"Serang mereka semua..." bisik Heartbreaker.

Ayah Kurosa mengeluarkan sihir dan memukul ibu dan ayah Shinoka mundur.

"Ibu, ayah!" Teriak adik Shinoka. Adik Shinoka segera berlari ke arah ibu dan ayahnya. Tetapi Shinoka memegang salah satu kakinya, sehingga adiknya terjatuh.

"Kaka--"

Sebuah kipas melayang di atas kepala mereka berdua.

"Hati-hati.... kipas itu sangat berbahaya, tetapi sihirnya lebih berbahaya." Kata Shinoka.

Adiknya tersenyum.

"Terimakasih, kakak." Katanya.

Adiknya menebas lilitan sihir gelap itu dari kaki Shinoka dan Kurosa.

"Ayo, Kurosa!" Kata Shinoka.

"Dark Light soul!" Kata Kurosa.

Setengah dari tubuhnya bersinar kekuningan, setengahnya lagi bersinar keunguan.

"Dark soul." Kata ayah Kurosa.

Tubuh ayah Kurosa bersinar hitam.

"Hitam? Tingkat tinggi?" Pikir Shinoka.

Ayah Kurosa mengarahkan tangannya kepada Kurosa. Kurosa merasakan sesuatu.

"Aaah..."

Kurosa merasakan kesakitan yang sangat luar biasa.

"Kurosa! Ada apa?" Tanya Shinoka.

"Ayahnya sedang menyerap sihirnya, tetapi ia memberikan rasa sakit yang luar biasa." Kata adik Shinoka.

Adik Shinoka berlari ke arah ayah Kurosa. Ayah Kurosa menyadarinya dengan sangat cepat. Hanya dengan melirik saja, tetapi tubuh adik Shinoka terjatuh dengan keras.

Shinoka muncul di belakang tubuh ayah Kurosa.

"Kamu tertusuk lho... hihihi...." kata Shinoka.

Punggung ayah Kurosa berdarah-darah, tetapi ayah Kurosa mengabaikannya. Ayah Kurosa melirik ke arah Shinoka, dan ilusi Shinoka menghilang.

Saat ilusinya menghilang, Shinoka sudah berada di depan ayah Kurosa, pisaunya hanya 5 cm lagi untuk mengenai tubuh ayah Kurosa. Tetapi ayah Kurosa menahan pisau itu dengan tangan kosong, sehingga tangannya berdarah.

"Aduh..." pikir Shinoka.

Ayah Kurosa menahan dengan sangat kuat.

Akhirnya Shinoka terpukul mundur.

"Hehehe.... bodoh kalian semua. Dari mayat hidup ini, memang sihirnya sama, tetapi kekuatannya tidak sama. Bahkan pikirannya tidak sama." Kata Heartbreaker.

"Terlihat!" Kata adik Shinoka.

Adik Shinoka menebas udara di antara Kurosa dan ayahnya. Kurosa berhenti merasa kesakitan. Ayah Kurosa terkejut karena adik lelaki Shinoka telah memutus penyerapan sihir antara ayah Kurosa dan Kurosa.

Kurosa menjejakkan kakinya dengan kuat,

"Ayah... maaf..." kata Kurosa.

Ayahnya hanya diam saja.

Tanah di sekeliling mereka mulai hancur. Sihir gelap yang menyerupai bola muncul dari kedua tangan Kurosa dan ayahnya, mereka melontarkannya dan bola sihir itu saling beradu.

Bola sihir Kurosa ada element terang, jadi itu sedikit menghalangi sihir gelap Kurosa.

Kurosa mengarahkan kedua tangannya pada ayahnya.

"Ayah.... andai kita bisa bermain dan bercerita lebih lama." Pikir Kurosa sambil meneteskan satu air mata.

Sepertinya sihir ayahnya mengungguli sihir Kurosa. Sihir Kurosa mulai mundur.

"Ayah..." pikir Kurosa.

Akhirnya sihir Kurosa lenyap, dan Kurosa terserang oleh sihir hebat ayahnya.

Kurosa terjatuh ke atas tanah.

"Kurosa!" Teriak Shinoka sambil berlari ke arahnya. Shinoka menopang Kurosa.

Saat sudah berhasil berdiri, ayah Kurosa menyerang mereka berdua dengan sihir gelap yang berbentuk bola yang pada saat sampai kepada mereka, bola itu akan meledak. Shinoka dan Kurosa terjatuh.

Shinoka berdiri lagi.

"Tidak akan jatuh aku!" Kata Shinoka.

Ayah Kurosa menyerangnya lagi. Shinoka terjatuh lagi,

"Aku terlalu lemah... satu serangan saja jatuh.." pikir Shinoka.

Shinoka berdiri lagi. Dengan tangan kirinya yang menopang Kurosa, ia melemparkan pisaunya dengan tangan kanannya. Tetapi ayah Kurosa hanya berjalan sedikit ke kiri, dan pisau itu meleset.

"Ahh..." keluh Shinoka.

Ibu dan ayah Shinoka berdiri dan membantu Shinoka untuk menopang Kurosa.

"Ayah, ibu..." kata Shinoka.

Ibunya mengambil sesuatu dari bajunya.

"Ini, Shinoka." Kata ibunya.

Shinoka menerimanya.

"Memang biasanya kamu memakai pisau, tapi cobalah." Kata ayahnya.

"Baik..." jawab Shinoka.

Shinoka melepaskan sarung pedang itu, lalu maju kepada ayah Kurosa.

"Ini...." pikir Shinoka.

Ayah dan ibu Shinoka mengikutinya dari belakang sambil menopang Kurosa.

Shinoka memejamkan kedua matanya, ia tersenyum.

"Terimakasih, ayah... ibu.." pikir Shinoka.

Pedang itu bercahaya putih keunguan. Bilah pedang itu bergerak-gerak dengan fleksibel atas perintah Shinoka.

"Dengan begini, aku bisa." Pikir Shinoka.

Heartbreaker tertawa,

"Sihir kalian tidak bisa mengalahkan dia." Pikir Heartbreaker.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C278
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk