Pertempuran menjadi berat sebelah. Beberapa orang terkena sihir Controler, dan yang tidak terkena sihir itu harus mengatasi orang-orang sihir milik Summoner.
Asuka akhirnya bertemu dengan Alicia.
"Alicia, syukurlah kamu baik-baik saja!" Kata Asuka sambil memegang pundak Alicia.
Alicia tersenyum.
"Bahkan sepertinya kamu tidak terkena serangan apapun!" Kata Asuka.
"Yah... hehehe.." kata Alicia.
"Di mana Kurosa?" Tanya Alicia.
"Eh... dia masih di sekitar Kannoya Academy. Mengapa?" Tanya Asuka.
"Yah... biasanya dia menemanimu." Kata Alicia.
.
.
"Tidak bisa kita begini terus..." kata Asuka.
"Benar..." jawab Alicia.
Alicia melihat, bahwa Asuka sudah mulai kelelahan, karena sebelumnya ia sudah mengkuras tenaga dari latihan bersama dengan Amiko.
.
.
Alicia mendapatkan sebuah ide.
"Asuka..." kata Alicia.
Alicia mendorong Asuka jauh-jauh.
"Ada apa Alicia?" Kejut Asuka.
Alicia menancapkan pedangnya di atas tanah.
"Rose Olive Ice Light.... maximum size." Kata Alicia.
"Alicia?! Aoa yang akan kamu lakukan?! Bukannya kamu berkata bahwa orangtuamu melarang menggunakan sihir itu karena itu akan mengkuras 2.000.000 staminamu? Dan staminamu hanyalah 10.000!" Kata Asuka.
Asuka hendak menghentikan Alicia, tetapi Alicia menggerakkan sedikit pedangnya ke arah kiri. Kaki Asuka terjebak oleh es yang berwarna kuning dan rantai es yang berwarna biru.
Alicia menghela nafasnya.
"Aliciaa?!" Tanya Asuka.
"Maaf.... Asuka..." kata Alicia.
"Apa maksudmu, Alicia?" Tanya Asuka.
"Mungkin.... inilah yang terakhir... tidak.... ini bukanlah akhirnya." Kata Alicia.
"J-Jangan bilan--"
"Asuka..." kata Alicia.
"Asuka... maafkan jika aku pernah berbuat salah padamu... maaf jika aku tidak membantumu pada saat itu... maaf karena aku telah menjadi lemah..." kata Alicia.
"Tidak Alicia! Tidak! Kamu tidak lemah!" Kata Asuka.
"Aku sangat senang kamu menjadi sahabatku.... aku sangat bersyukur memiliki sahabat sepertimu..." kata Alicia.
"Tidak Alicia, jangan berkata begitu!" Kata Asuka.
Alicia tersenyum.
"Asuka.... sudah kubilang ini bukanlah akhirnya.... aku akan tetap bersamamu, selamanya.." kata Alicia.
"Iya, kita akan tetap bersama... tapi, jangan begini!" Tangis Asuka.
"Aku akan hidup kok... jika kamu mengingatku. Jika kamu melupakanku, aku tidak akan hidup lagi di dalam memorimu.." kata Alicia.
"Aku tidak ingin kamu hidup di dalam memoriku! AKU INGIN KAMU HIDUP BERSAMAKU DI DUNIA INI!" Tangis Asuka.
"Asuka.... ingatlah aku... itu saja, aku sudah bahagia bersamamu. Memang aku ingin menjadi pahlawan yang kuat.." kata Alicia.
"Kalau begitu, mari kita menjadi pahlawan bersama-sama!" Kata Asuka.
"Tidak bisa.... aku hanya bisa menjadi.... pahlawanmu." Kata Alicia.
"Tidak... aku tidak ingin kamu menjadi pahlawanku dan mengorbankan nyawamu! Alicia! Pasti ada cara lain!" Kata Asuka.
"Maaf Asuka, meskipun ada cara lain, nanti staminamu akan habis dan semuanya akan menderita." Kata Alicia.
"Tidak... jangan Alicia!" Kata Asuka sambil menangis.
"Maaf... Asuka..." kata Alicia.
Tubuh Alicia mulai bercahaya kekuningan dan kebiruan.
"Jangan Alicia!" Teriak Asuka.
Pedang Alicia mulai bercahaya juga.
"ALICIA! JANGAN! AKU AKAN KESEPIAN TAMPAMU!" Teriak Asuka.
"Asuka... aku akan selalu bersamamu kok.... jadi ingatlah aku.... aku sudah sangat bahagia bertemu denganmu..." kata Alicia.
"TIDAK! ALICIAAA!" Teriak Asuka.
Asuka berusaha menghancurkan es yang berada di kedua kakinya, tetapi es itu sangatlah keras.
.
.
"Froze them all..." kata Alicia.
.
.
.
Lingkaran sihir muncul di bawah Alicia dan pedangnya. Cahaya itu berwarna setengahnya kuning dan setengahnya biru muda. Alicia menutup kedua matanya. Ia menghembuskan nafas, dan nafas itu membeku.
"ALICIA! HENTIKAN!" Teriak Asuka.
Asuka berusaha untuk menghancurkan es yang menjebak kedua kakinya.
"Asuka..." kata Alicia lemah.
"TIDAK ALICIA! HENTIKAN!" Teriak Asuka.
"Aku senang.... aku bisa menyelamatkanmu dan orang-orang yang berada di dalam kota ini." Kata Alicia perlahan.
Udara perlahan mendingin. Langit tiba-tiba bercahaya sangat terang.
.
.
.
.
"Apa itu?" Kejut Kurosa.
"Mengapa semua orang aneh ini dibekukan?" Tanya Kurosa.
.
.
.
.
"Asuka, kulihat cahaya itu di dekatmu, apa itu?" Tanya Yukina dengan telepatinya sambil melawan Ardolph.
.
.
.
.
.
"ALICIA! JANGAN!" Teriak Asuka.
Es mulai membekukan tanah. Cahaya bersinar amat terang.
"As.... suka..... ingatlah.... aku..." kata Alicia.
Sebuah guncangan yang besar terjadi. Gunung-gunung es berwarna kekuningan muncul dan mulai merambat dan membekukan semua orang-orang sihir itu.
Alicia menggerakkan pedangnya sedikit ke kiri, cahaya di langit bersinar biru terang. Cahaya-cahaya itu menghilangkan langit gelap.
.
.
.
.
.
"Entah mengapa, Asuka. Ada apa? Entah mengapa stamina kita dipulihkan. Dan juga luka-luka kami hilang! " Kata Kurosa.
.
.
.
.
.
.
Alicia menggerakkan pedangnya ke kanan sedikit.
Cahaya kuning terang mencampuri cahaya biru itu. Langit itu membuat sebuah lingkaran sihir. Lingkaran sihir itu membuat orang-orang sihir yang tadinya terjebak, semakin terjebak.
"Alicia... kamu..." kata Asuka.
Alicia mendengarkan perkataan Asuka.
"Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku temui!" Kata Asuka.
Alicia tersenyum,
"Kamu juga." Kata Alicia.
.
.
Alicia menggerakkan pedangnya sedikit ke kanan. Ranting-ranting duri es melilit orang-orang sihir yang terjebak di dalam es dan cahaya.
Tetapi tubuh Alicia sedikit terlilit oleh sihirnya sendiri.
"Terakhir..." kata Alicia lemah.
.
.
Alicia mengangkat pedangnya, lalu menancapkannya lagi. Es merambat lagi dan membekukan semua orang sihir. Langit yang bersinar membuat sebuah gelombang cahaya di langit, sehingga sihir Summoner tidak aktif selama beberapa saat. Ranting-ranting duri es melilit lebih kuat.
.
.
.
.
.
.
.
"Apa ini?" Kejut Kurosa.
Semua orang aneh membeku dan tidak dapat bergerak.
"Bukannya ini justru akan membunuh orang-orang sihir ini?" Tanya Kurosa panik.
.
.
.
.
.
.
"Tidak, lihat... mereka tidak memerlukan udara untuk bernafas. Dan es ini tidak melukai mereka, hanya mengurung mereka, sehingga mereka tidak dapat bergerak." Kata Osamu.
.
.
.
.
.
.
.
"Akhirnya..... selesa---" kata Alicia.
Tetapi tubuhnya terlilit oleh ranting-ranting es itu. Sebagian tubuhnya mulai membeku. Tangan kanan Alicia bercahaya kekuningan, sementara tangan kiri Alicia bercahaya kebiruan.
"A-Alicia?" Tanya Asuka.
Tangannya mulai hancur dan menghilang.
"T-Tidak..." tangis Asuka.
"Asuka..." panggil Alicia.
Asuka melihat ke arah Alicia sambil menangis, karena pada saat tangan Alicia mulai lenyap, Asuka tidak ingin melihatnya.
"Kamu ingat semua.... perkataanku kan?" Tanya Alicia.
Asuka semakin pedih.
"Aku senang.... mempunyai sahabat... sepertimu." Kata Alicia.
Tubuhnya mulai menghilang.
"Alicia..." tangis Asuka.
Alicia menutup kedua matanya dan meneteskan satu air mata sebelum seluruh bagian tubuhnya menghilang.
.
.
Asuka menunduk.
.
.
.
.
"Asuka? Asuka? Kulihat statusmu hanya terjebak kakinya saja. Apakah yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" Tanya Kurosa dengan telepatinya.
.
.
.
Asuka tidak menjawab.
Asuka akhirnya bisa membebaskan kakinya dari sihir Alicia. Asuka mengambil pedang Alicia yang tertinggal.
Asuka memandang pedang itu.
"Alicia..." pikirnya dalam hati.
Asuka memeluk pedang itu, lalu menangis.
.
.
.
.
.
Asuka mulai mengingat masa-masa di mana ia pertama kali bertemu dengan Alicia, pada saat mereka masih menduduki kelas 1 SD.
"Dasar lemah!"
"Memiliki sihir kuat, tetapi jika tidak bisa memakainya, sama saja dia adalah orang bodoh!"
Alicia hanya duduk dan memegang pedangnya dengan erat.
"Memiliki sihir kuat, tetapi sekali serang saja sudah jatuh, apa-apaan itu! Bohong pasti!"
"Dasar aneh."
.
.
Gadis kecil berambut hitam dengan ujung rambut yang berwarna biru datang kepada Alicia.
"Asuka.." panggil salah satu temannya.
"Ada apa?" Tanya Asuka.
"Lihat ini! Dia sangat lemah lho! Bahkan melawan yang paling lemah di kelas kita, ia sudah tumbang!"
Asuka melihat ke arah Alicia.
"Anak-anak lemah tidak pantas bersekolah di sini kan?"
Asuka mendatangi Alicia.
"Dasar lemah! Kamu lemah!" Kata Asuka.
Alicia hanya diam saja.
"Kalau begitu..." kata Asuka.
Alicia meringkuk untuk melindungi diri.
Asuka memberikan tangannya,
"Mari kita menjadi kuat bersama-sama!" Kata Asuka.
Alicia melihat tangan Asuka dengan heran.
"Apa maksudnya ini, Asuka?"
"Yang benar saja, kamu ada di pihak si lemah ini?"
Asuka berpaling pada teman-temannya,
"Kamu sendiri yang berkata dia memiliki sihir yang kuat, hanya ia tidak bisa menggunakannya, kan? Berarti seharusnya kita membantunya. Jika kamu tidak mau, kamu boleh mengucilkan ku bersama dengan Alicia!" Kata Asuka dengan sangat berani.
Teman-teman Asuka akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.
Asuka melihat ke arah Alicia, Asuka tersenyum.
"Maaf ya... teman-teman memang begitu." Kata Asuka.
.
.
.
Akhirnya, sejak saat itu, mereka bersahabat. Sebenarnya orang tua mereka berdua juga sudah bersahabat, tetapi mereka tidak mengetahuinya.
"Alicia! Hebat sekali! Kamu bisa menyerang dengan jarak yang sangat jauh dan terjangan es mu itu sangatlah kencang!" Kata Asuka.
Alicia hanya tersenyum.
"Ajari dong!" Kata Asuka.
"Ehh.. aku sendiri tidak tahu..." kata Alicia.
"Duuuuh, bagaimana mungkin kamu tidak mengetahuinya?" Keluh Asuka.
.
.
.
Orang tua Alicia meninggal pada saat Alicia menduduki kelas 6 SD. Semenjak itu, Alicia dirawat oleh kakek neneknya. Asuka selali mampir ke rumah Alicia untuk menghilangkan rasa kesepiannya.
.
.
"Alicia, kamu ingin jadi apa?" Tanya Asuka.
"Aku..." jawab Alicia.
"Kok ragu-ragu sih? Hehehe!" Kata Asuka sambil tertawa.
"Habisnya... banyak sekali pilihan!" Kata Alicia.
Mereka berdua tertawa.
"Aku ingin jadi pahlawan... tapi sihirku sepertinya kurang cocok untuk itu." Kata Asuka.
"Benarkah? Sepertinya cocok sekali kok!" Kata Alicia.
"Begitu? Yaah... bagaimana denganmu?" Tanya Asuka.
"Aku ingin... jadi pahlawan juga!" Kata Alicia.
"Seperti kedua orangtua mu?" Tanya Asuka.
Tetapi Asuka lupa jika kedua orangtua Alicia sudah tiada.
"Ups.. maaf.." kejut Asuka.
"Tidak... tidak apa-apa... aku sudah tidak sedih. Ya, mungkin aku ingin seperti mereka." Kata Alicia dengan senyum yang lebar.
"Begitu... jika aku jadi kamu, saat ada yang berkata orangtua, pasti aku akan menangis deras. Kamu sungguh kuat, Alicia. " Kata Asuka.
"Ya... ini semua karenamu..." kata Alicia.
"Oh? Benarkah?" Kejut Asuka.
"Ya! Karenamu, aku tidak terus menerus bersedih. Kamu telah menolongku, Asuka." Kata Alicia.
Asuka tersenyum, lalu memeluk Alicia,
"Kamu sahabat terbaikku!" Kata Asuka.
Alicia memeluk kembali,
"Kamu juga." Kata Alicia.
Asuka melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua tangan Alicia.
"Mari kita menjadi pahlawan, bersama-sama!" Kata Asuka.
Alicia mengangguk.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Alicia.... kamu... sudah menjadi pahlawan...." kata Asuka dalam tangisannya.
"Bahkan di saat kamu tidak menyadarinya..." sambungnya.