Rei membuat lebih banyak bola api lagi. Muka Yukina sedikit terbakar.
"Kau pilih lawan yang salah." Kata Rei.
Rei melontarkan bola-bola api itu secara sangat cepat.
Yukina berusaha menghindar sekuat tenaga. Tetapi beberapa bola api sudah mulai membakar tubuhnya.
"Kau kalah, Yukina. Dimana para pahlawan yang seharusnya melindungi kalian?" Tanya Rei.
"... entah.. yang penting aku akan berusaha." Kata Yukina.
"Usaha? Kau hanya memperlihatkan 1% kekuatanmu. Huuh.. yang serius dong." Kata Rei.
"1%?" Tanya Yukina.
"Jangan-jangan itu ya?" Pikir Yukina.
"Ya, itu!" Kata Rei menjawab pertanyaan Yukina.
Rei tersenyum
"Masalahnya, Yukina hanya memiliki 25% kekuatannya saat ini.." pikir Rei.
"Baiklah.." kata Yukina.
"Weapon elemental, wind sword. The sandstorm." Kata Yukina.
Tubuhnya mulai bersinar.
Pakaiannya berubah menjadi pakaian yang bernuansa Mesir.
"E-eeeh?!" Kejut Yukina.
Rei berusaha menahan tawanya melihat reaksi Yukina.
Yukina terkejut dengan pakaiannya.
"M-mengapa pakaiannya seperti ini?" Keluh Yukina dengan mukanya yang mulai memerah.
Akhirnya Rei tertawa terbahak-bahak.
"Ahahahhaa.. bagus.. ayo.. haha.. Yukina.. hahaha.. lawan aku dengan itu." Kata Rei.
"Baiklah.." kata Yukina.
Yukina mulai menerjang ke arah Rei.
"Wind Chaos!" Kata Yukina.
Angin mulai berhembus dari segala arah. Tetapi, anehnya, wind chaos milik Yukina menjadi lebih besar.
"Kok lebih besar? Coba lagi.. Wind Slasher!" Kata Yukina.
Sebuah tebasan pedang menebas Rei. Seharusnya tebasan itu hanya bisa menebas 2 orang maksimal, tetapi ukuran tebasannya sekarang bisa menebas 6 orang sekaligus. Ukurannya 3 kali lebih besar.
"Hah?" Kejut Yukina.
"Bagus, bagus!" Kata Rei.
Rei mengangkat salah satu tangannya ke atas, sebuah kumpulan bola-bola berwarna gelap mengumpul di tangannya.
"Dark magic." Pikir Yukina.
Rei mengarahkan tangannya ke arah Yukina. Semua kumpulan bola berwarna gelap itu meluncur ke arah Yukina.
"Wind Dancer!" Kata Yukina.
Yukina mulai menari-nari dengan pedangnya itu. Ia berputar, berputar, sesekali mengganti arah putarannya itu, sihir anginnya mengikutinya. Dengan tariannya, Yukina berhasil menghancurkan semua bola gelap itu.
Yukina sudah berada tepat di depan Rei. Yukina hendak menebasnya. Seharusnya tebasan itu mengenai tubuh Rei, tetapi Rei menghindar sehingga tangannya yang terkena tebasan Yukina. Tangannya terlepas dari tubuhnya.
"Hanya 25% seperti ini?" Pikir Rei.
"Berhasil?" Tanya Yukina.
Rei melihat tangannya yang terpotong.
"Sayang sekali.." kata Rei yang mulai menumbuhkan tangannya yang sudah terpotong itu.
"Kamu terlalu lemah untuk ini, Yukina." Kata Rei.
Yukina terkejut. "Ia memiliki sihir penyembuhan?"
"Oh, Yukina, sayang, aku bisa menggunakan semua sihir kok, jadi tidak usah khawatir." Kata Rei yang melihat reaksi Yukina.
"S-semua.." pikir Yukina.
"Bagaimana ini?" Pikir Yukina.
"Teman-teman.. maaf.." kata Yukina.
"Maafkan aku jika aku tidak kembali lagi ke asrama kita."
"Maafkan aku jika aku tidak bisa bersama kalian lagi... maafkan aku karena aku selalu merasa aku lebih baik tidak ada di dunia ini.. maafkan aku... semuanya... aku sepertinya akan berakhir di sini.." kata Yukina sedikit sedih.
Ia mulai mengayunkan pedangnya lagi, menangkis semua serangan Rei.
Yukina meluncur ke arah Rei.
"Maafkan aku teman-teman... Name.. Nomu.. Ardolph.. Kurosa.. Karen.. Rheinalth.. Ermin... Nera.. Junko.. Denzel... semuanya.." kata Yukina.
"Maafkan aku jika aku tidak kembali dan kalah melawan Rei.. maafkan aku.. kenangan kita akan selalu kuingat." Kata Yukina.
Rei tertawa terbahak-bahak.
"Buat apa kamu memikirkan teman-temanmu itu? Mereka semua tidak pernah memikirkanmu!" Kata Rei. "Bahkan membencimu!" Tambahnya lagi.
"Jika mereka memang seperti itu, anehnya aku tidak merasa seperti itu." Kata Yukina.
"Aku merasa sesuatu yang berbeda dari semua omonganmu itu." Kata Yukina sambil berusaha menebas Rei.
"Memangnya teman-temanmu itu apa untukmu?" Tanya Rei sambil melontarkan 1000 bola api.
"Teman-temanku adalah keluarga bagiku. Keluarga tidak harus dari hubungan darah kok." Kata Yukina sambil menangkis semua bola api itu.
"Tch.. dasar naif.. bodoh sekali kau!" Kata Rei.
Yukina terus berlari ke arah Rei.
"Teman-temanku yang membuatku tak bisa menyerah." Kata Yukina.
"Lalu, jika kau mati? Bagaimana?" Tanya Rei.
"Aku tak keberatan jika itu bagi keluargaku dan teman-temanku, tetapi sepertinya mereka yang keberatan." Kata Yukina. Ia sudah dekat dengan Rei. Rei terus mundur dari Yukina.
Akhirnya, Yukina berhasil menebas tubuh Rei. Rei mulai terjatuh.
"Huh.. dasar.." kata Rei.
Tiba-tiba perhatian Yukina beralih ke arah sebuah bola di atas meja. Ia melihat ada Junko di sana.
"Apa ini?" Tanya Yukina.
"Bola komunikasi dan pengamatan." Kata Rei yang berusaha untuk berdiri.
Yukina segera menghancurkan bola itu.
Dan ia mulai melihat ke arah beberapa berlian yang terpajang di tembok. Yukina bertanya lagi, "Apa ini?"
"Kristal penyimpan ingatan orang lain." Kata Rei. Rei hampir pulih. Tetapi Yukina tidak begitu peduli, ia menghancurkan kristal-kristal itu.
"Bodoh sekali kau, Yukina! Padahal aku bisa kamu kalahkan tadi! Sekarang aku kembali!" Kata Rei.
Yukina hanya tersenyum.
Rei bingung mengapa Yukina tersenyum.
"Yang penting teman-temanku selamat." Pikir Yukina.
Sementara itu, Alvina masih melawan Takana. Tiba-tiba Takana berhenti menyerang Alvina. Ia melihat ke atas langit dengan pandangan yang kosong.
"Eh?" Kejut Alvina.
Semua sihir Takana dihilangkan oleh Takana sendiri.
Takana mulai memegang mukanya sendiri, air mata mengalir dari matanya.
"Ibu... ayah.." kata Takana.
Alvina kebingungan saat melihat reaksi Takana.
"..."
"..."
"R-Reiiiii!" Kata Takana mulai marah.
Alvina masih bingung.
Takana justru meninggalkan mereka semua dan pergi.
"Eh, tunggu!" Kata Alvina.
Tetapi Takana tetap pergi.
Yukina berdiri tegak. Ia mengayunkan pedangnya lagi.
"Wind Storm!" Kata Yukina.
Sebuah badai angin mulai memenuhi ruangan itu. Rei tidak bisa melihat Yukina dimanapun, badai angin yang dibuat Yukina membingungkannya.
Yukina terus menerjang ke arah Rei. Rei tidak menyadari pergerakan Yukina. Saat Rei melihat ke arah kanannya, Yukina sudah berada tepat di sebelah kanannya. Yukina menebas Rei. Rei terjatuh. Yukina tidak menebasnya hingga meninggal.
Rei masih bisa berdiri. Ia berdiri di depan Yukina, tetapi Yukina memukulnya dengan pedangnya. Rei terjatuh lagi.
"Sebaiknya kamu jangan bergerak lagi." Kata Yukina.
"Kalau begitu.. bunuh aku.." kata Rei.