Amiko pun berhasil sampai di bawah kota itu setelah 9 menit 58 detik.
Setelah dua detik, kota itu terjatuh secara kencang, padahal kota itu sudah terangkat setinggi 1 km di atas permukaan tanah.
Semua penduduk pun panik.
Amiko segera mengeluarkan sihirnya. Ia mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah kota itu. Kota itu pun terangkat lagi.
Amiko mencoba untuk menurunkannya secara perlahan-lahan, tetapi tidak sampai mengenai permukaan tanah.
Amiko mulai kehabisan stamina.
"Jika aku menahannya lebih lama.. aku bisa.." pikir Amiko.
*Amiko memiliki sebuah keunikan, seperti para penyihir esper lainnya. Jika stamina mereka habis, mereka tidak akan meninggal. Semua kekuatan fisik akan diubah menjadi stamina sihir tersebut. Jika beban yang diangkat melebihi kekuatan fisik, baru mereka akan meninggal. Itulah sebabnya para penyihir esper lebih mudah untuk terkena patah tulang.
"Berat.." pikir Amiko.
Ia pun mulai merasa bahwa salah satu tulang pergelangan tangannya retak.
"Kau disini rupanya. Tadi aku mencarimu."
"The dark sides?" Kata Amiko setelah melihat lelaki itu.
"Sekarang panggil aku Jaxon." Kata lelaki itu.
"Kau.. cepat sekali kemari?" Kata Amiko.
"Benar.. sihirku adalah portal." Kata Jaxon sambil menciptakan sebuah portal di atas Amiko. Dari portal itu, sebuah batu besar jatuh ke arahnya.
Amiko segera menghancurkan batu itu.
Tetapi, Amiko merasa bahwa tulangnya retak lebih besar.
"Jika kau terus begini, kau bisa mati." Kata Jaxon.
"Jika aku mati, biarlah! Setindaknya aku sudah berusaha!" Kata Amiko.
"Dasar.... pemikiran para calon penyihir muda yang ingin menjadi pahlawan selalu dangkal. Lebih baik jika kamu menyerah dan membiarkan kota ini hancur. Setelah itu, kami tidak akan mengganggu kalian. Justru itu lebih mudah." Kata Jaxon.
"Jika aku menyerah, untuk apa aku di sini?" Kata Amiko.
"Karena aku masih di sini, aku tidak akan menyerah!" Kata Amiko.
Jaxon hanya menghela nafasnya.
"Dasar..." kata Jaxon.