"Kenapa kak?" Tanya Kurosa.
"Sudah kubilang jangan panggil aku kakak. Lagian aku ini, secara fisik adalah saudaramu." Kata Maiko.
"Ada apa kak?" Tanya Kurosa.
"Sebenarnya, maaf.. tapi kamu ini memalukan nama keluarga kita, the dark wizard family. Keluarga yang dikenal dengan sihir dark yang hebat. Tapi, ayahmu, dengan beraninya menikahi ibumu, yang merupakan keluarga dari light wizard family, yang dikenal dengan sihir light yang hebat. Dan kamu, apa jadinya kamu ini? Pernikahan ayahmu dengan ibumu saja sudah membuat keluarga ini malu tahu!" Kata Maiko.
"Memangnya kenapa? Menurutku itu baik-baik saja." Kata Kurosa.
"Baik apanya? Coba pikirkan. Sekarang, karena ibumu dan keluarganya, ayahmu dipenjarakan dan dieksekusi!" Kata Maiko.
Kurosa pun terkejut.
"T-tak mungkin!" Kata Kurosa.
"Tapi itulah kenyataannya." Kata Maiko.
Kurosa pun terdiam.
"Tapi..." kata Kurosa.
"Aku tak akan percaya jika ibuku menyerahkan ayahku begitu saja." Kata Kurosa.
"Hah?" Tanggap Maiko enteng.
"Ibuku... menyayangi ayahku.. dan juga sebaliknya. Aku melihatnya sendiri dengan mataku sendiri di rumahku, dan aku pun juga merasakannya sendiri." Kata Kurosa.
"Huh! Dasar! Kamu ini naif!" Kata Maiko. Maiko segera mengeluarkan sihirnya untuk menyerang Kurosa. Ia melemparkan Kurosa ke angkasa dengan sihir bayangannya itu.
"Sudah kuduga. Penyihir yang lahir dari dua orang yang memiliki sihir yang berlawanan akan lemah dan rapuh." Kata Maiko enteng.
Kurosa pun terjatuh dari angkasa, tak sadar diri.
"Sudah kuduga, menerima seranganku yang ringan akan membuatmu tak sadar diri. Dasar lemah!" Kata Maiko.
"Aku sudah bosan. Sekarang, biarkanlah aku menghabisi teman-temanmu saja!" Kata Maiko sambil pergi meninggalkan Kurosa.
"T-tidak boleh!" Kata Kurosa.
Maiko pun segera menoleh ke belakang. Kurosa sudah berdiri, dengan beberapa luka di tangannya karena serangan Maiko.
"Bagaimanapun juga, tidak boleh!" Kata Kurosa sambil sedikit membentak.
"Huh?! Memang kamu bisa melawan?!" Kata Maiko sedikit menyindir.
Kurosa melihat ke arah Maiko dengan berapi-api.
"Tatapan macam apa itu yang kau tunjukan kepadaku?!" Tanya Maiko mengejek.
"Seperti yang kukatakan, bagaimanapun juga, kamu tidak boleh menyakiti temanku, bahkan jika hanya melukai ujung jarinya saja!" Kata Kurosa dengan penuh semangat.
"Jadi, kamu mau melawan?" Tanya Maiko.
" Aku juga akan menyerahkan nyawaku.. jika diperlukan.. demi mereka!" Kata Kurosa.
"Dasar naif!" Kata Maiko sambil menyerang Kurosa dengan sihirnya.
Kurosa segera menyilangkan lengannya, sihir itu mengenai lengan Kurosa. Tetapi Kurosa belum terjatuh.
"Akan ku tunjukkan bahwa penyihir yang lahir secara murni lebih kuat daripada penyihir yang lahir dari kedua elemen yang berlawanan!" Kata Maiko sambil menyerang Kurosa secara berturut-turut.
Kurosa hanya menahan serangan yang diberikan oleh Maiko.
"Aku tidak bisa menahan terus." Pikir Kurosa.
Kurosa pun melancarkan sebuah serangan balik pada Maiko, sebuah ledakan bayangan pun mengenai Maiko.
"Hanya ini saja?" Tanya Maiko.
Maiko pun menyerang Kurosa secara berturut-turut lagi.
Kurosa hanya menahan serangab tersebut.
Kurosa pun menyerang balik, sebuah bayangan keluar dari tangan Kurosa yang mengarah ke arah Maiko, bayangan itu menghantam Maiko.
"Keras kepala!" Kata Maiko.
"Sudah kubilang, sihirku lebih kuat daripada milikmu!" Kata Maiko.
Kurosa hanya diam dan tetap menyerang.
Maiko mengangkat jarinya, lalu bayangan dari bawah tanah pun keluar dan melemparkan Kurosa.
Tetapi Kurosa menerjang ke arah Maiko dari atas sambil menggenggam tangan kanannya yang penuh dengan energi bayangan.
Kurosa memukulkannya kepada Maiko. Ledakan bayangan yang besar pun terjadi.
Kurosa pun menghela napasnya beberapa kali.
"Sudah kubilang.." kata Maiko masih terdengar jelas.
"Sihirku lebih kuat daripada milikmu!" Kata Maiko.
"Dia kuat sekali..." pikir Kurosa.
"Cukup main-mainnya, aku akan segera menghabisimu!" Kata Maiko.
"Aku harus bagaimana?" Pikir Kurosa.
"Aku harus bagaimana..?" Pikir Kurosa yang mulai lemas.
Kurosa pun akhirnya mengingat sesuatu.
"Untuk menjadi kuat, kamu harus mengetahui apa alasanmu untuk menjadi kuat."
"Ah... itu adalah perkataan ayah... saat aku masih kecil dan lemah.. " pikir Kurosa.
*flashback
"Alasanku untuk menjadi kuat?" Tanya Kurosa pada ayahnya itu.
"Ya benar." Kata ayahnya sambil tersenyum hangat.
"Alasanku.... hoa, ayah, aku tidak tahu!" Kata Kurosa sedikit kesal.
Ayahnya pun tertawa.
"Ayah bisa kuat.. karena alasan ayah? Apa alasan ayah?" Tanya Kurosa.
"Yah.. kalau itu.. untuk melindungimu dan ibu." Kata ayahnya itu.
"Apakah itu sebabnya ayah menjadi kuat?" Tanya Kurosa.
"Ya.. tentu saja.. tapi ayah tidak langsung kuat." Kata ayahnya lembut.
"Haah?" Tanya Kurosa kebingungan.
"Menjadi kuat itu memerlukan tahapan yang lama." Kata ayahnya itu.
"Oooh.. jadi itu sebabnya para pahlawan menjadi kuat! Aku juga mau!" Kata Kurosa penuh semangat.
"Semangat Kurosa, kamu pasti bisa." Kata ayahnya.
"Alasan.. aku perlu alasan.." pikir Kurosa.
Maiko sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerang Kurosa, sepertinya serangan ini akan lebih hebat daripada sebelumnya.
"Alasannya... untuk mengalahkan kak Maiko? Bukan! Bukan! Itu bukan alasan utamaku!" Pikir Kurosa dengan keras.
"Bersiaplah Kurosa! Selamat tinggal!" Kata Maiko.
"Alasanku..." pikir Kurosa.
Beribu-ribu ledakan bayangan yang besar telah mengenai Kurosa secara langsung. Setelah itu Maiko mengarahkan tangannya ke arah Kurosa, beribu-ribu peluru bayangan pun keluar dari tangan Maiko, semua peluru itu mengenai Kurosa.
"Sudah tamat kau, Kurosa!" Kata Maiko sambil mengarahkan tangannya ke arah Kurosa sekali lagi.
Bola bayangan pun muncul dari tangan Maiko, bola besar itu mengenai Kurosa dan bola itu menciptakan ledakan yang lebih besar lagi.