"Seperti itu ya?" Kata Nera.
"Ya..." kata Masashi.
"Sebenarnya kamu salah masuk organisasi, itu yang membuatmu menjadi orang jahat. Tetapi, itu bukanlah sepenuh nya kesalahanmu. Sebagian besar ini adalah kesalahan hubungan sosialmu di keluarga dan di sekolah. Kamu merasa ditolak, sehingga kamu mencari-cari seseorang yang mau menerimamu." Kata Nera.
"Hal itu sebenarnya wajar, karena kamu saat itu masih kecil dan tidak tahu apa-apa." Lanjut Nera.
"Tapi.. kalau sudah seperti ini... ya sudahlah.. aku sudah tidak bisa apa-apa." Kata Masashi.
"Tidak, kamu masih bisa melakukan sesuatu. Kamu sudah tahu bahwa kamu salah, sekarang kamu bisa memperbaikinya. Jika kamu memperbaiki kesalahanmu, maka kamu telah melakukan hal yang benar." Kata Nera.
"Sebenarnya ini sudah terlambat." Kata Masashi.
"Belum, kamu masih ada kesempatan. Mungkin sekolah lain tidak akan menerimamu karena catatan kriminalitas mu, tetapi.. Kannoya Academy akan selalu menerima siapapun bagi yang mau memperbaiki kesalahannya.
Kamu juga memiliki pengalaman yang mungkin menyakitkan bagimu, jangan khawatir, karena kita juga mengalami hal yang sama. Kita disini juga adalah keluarga. Kita selalu memahami perasaan yang lainnya, dan tentu juga akan mendukung setiap saat. Kamu.. masih bisa berubah. " kata Nera.
"B-benarkah?" Kata Masashi.
"Keluarga di sekolah?" Pikir Masashi kebingungan.
"Ya." Jawab Nera sambil memberikan sebuah senyuman hangat pada Masashi.
"Bisa-bisanya, aku sudah melukaimu, tetapi kamu masih bisa memberikan senyuman hangat padaku? Dan juga terlebih dari itu kamu membantuku?" Kata Masashi heran.
Nera pun berjalan ke arah Masashi, lalu Nera membantu Masashi untuk berdiri.
"Kamu sudah berjuang keras dari dulu. Mari kita berjuang lagi, jika kamu mau." Kata Nera sambil pergi meninggalkan Masashi sendiri.
Masashi memandangi Nera dari belakang dengan kagum.
"Keluarga.. di sekolah?" Pikir Masashi.
"Dia.. sungguh baik." Pikir Masashi sambil tersenyum.
"Denzel! Beraninya kamu lari daripadaku?!" Teriak Junko sambil mengejar-ngejar Denzel.
"Tolong aku!" Kata Denzel.
"Denzel, kemari!" Kata seseorang di depannya sambil mengulurkan tangan kepadanya
"Hah? Rheinalth? Aku selamat!" Kata Denzel sambil memegang tangan Rheinalth.
"Haaa! Tertangkap!" Tiba-tiba Rheinalth telah berubah menjadi Junko.
"Haaah! Junko?!" Kejut Denzel.
"Ya!" Kata Junko dengan senang.
"Junko?" Kejut Denzel lagi.
"Ya!" Kata Junko.
"JUNKO?" Kejut Denzel.
"Ya!" Jawab Junko.
"Sekarang, kita akan selalu bersama!" Kata Junko.
"TIDAAAAAAAAAK!" Teriak Denzel.
"Apa? Kamu menolakku?" Tanya Junko.
"Hieueu... a-aku belum siap." Kata Denzel.
"Oh begitu, baiklah, bagaimana kalau ini?" Tanya Junko.
Dia pun segera berubah bentuk menjadi seoarng Junko versi anak kecil.
"Hah? Anak kecil?" Tanya Denzel.
"Bagaimana? Kamu lebih suka kan?" Tanya Junko.
"Ehm.. tidak.. aku bukan pedofilia." Kata Denzel.
"Bagaimana kalau begini?" Tanya Junko.
Saat Denzel melihat ke arah Junko, ia pun terkejut.
"Hah? Seorang wanita?" Kejut Denzel.
"Mungkin kamu lebih suka sosok yang lebih dewasa? Benar kah?" Tanya Junko.
'Ehm.. tidak juga, aku lebih suka yang seumuran." Kata Denzel.
"Baiklah. Berarti kamu lebih suka aku yang biasa ya?" Kata Junko sambil kembali ke wujud yang biasanya.
"Y-ya..?" Kata Denzel.
"Waaah baguslah!" Kata Junko sambil memeluk Denzel erat.
"Ahiahiahia! Lepaskan! Tolong!" Kata Denzel.
Tiba-tiba Yukina pun berjalan di sebelah Denzel dan Junko. Yukina terkejut melihat mereka berdua.
"Syukurlah Yukina! Tolong aku!" Kata Denzel.
"Begitu ya.." kata Yukina.
"Selamat aku!" Kata Denzel tenang.
"Denzel, selama ini, kamu punya pacar?" Tanya Yukina.
"Hah! Sebentar! Jangan salah paham! Aku ini-" kata Denzel.
"Begitu ya. Aku telah mengganggu kalian. Baiklah, aku pamit dulu." Kata Yukina.
"Yukina! Tidak! Tunggu! Kamu salah paham! Dia in-" kata Denzel.
"Senangnya..." kata Junko. Mukanya terlihat tersipu-sipu.
"K-kenapa?" Tanya Denzel.
"Aku sudah dianggap pacar!" Kata Junko senang.
"Tidaaaaaak!" Kata Denzel.