Seul Gi dengan lahapnya memakan sarapannya karena sebentar lagi ia harus berangkat ke sekolah.
"Kenapa kau selalu pulang malam belakangan ini? Apa kau sudah mendapatkan full time untuk menari di club?", Tanya Eomma saat ia duduk dihadapan Seul Gi dan ikut makan bersama sehabis mengantar adik-adiknya ke sekolah.
Seul Gi sedikit gugup dan bingung harus menjawab apa. Ia menjejal makanan kedalam mulutnya dan hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan ibunya.
"Makanlah pelan-pelan. Kau tidak akan terlambat".
Handphone Seul Gi berdering dan menunjukkan nomor tidak dikenal.
"yeobseo".
"kenapa kau lama sekali? aku menunggumu didepan rumah. Aku merasa tidak enak jika harus masuk dan ikut sarapan bersama ibumu lagi. Ayo cepat", suara Park Ji Min memenuhi telfon dan ia langsuny memutuskan telfon sebelum Seul Gi menjawabnya.
Seul Gi menghabiskan nasinya dengan cepat dan langsung meraih tas sekolahnya. Ia berpamitan dengan kilat. Eomma hanya menghela nafas melihat tingkah Seul Gi.
Sebuah mobil sudah bertengger didepan rumahnya. Seul Gi pun masuk ke dalam mobil itu dan Jimin menyapanya.
"mengapa kau menjemputku?".
"karena hari ini kita akan membolos".
"ha? bagaimana bisa kau merencanakan ini tanpa mengajakku terlebih dulu? Aku belum tentu menerima ajakanmu bukan?", Seul Gi menatap Jimin, "Park Ji Min. Sudah berapa kali harus ku katakkan? kita belum lama bertemu? apa sih yang kau lihat dariku?".
Jimin menahan dirinya untuk tidak tertawa. Lagi-lagi Seul Gi bertingkah seakan-akan ia sedang dikejar-kejar. Jimin mengusap kepala Seul Gi dan mengacak ujung kepalanya. Seul Gi menggemaskan untuk ukuran perempuan bodoh.
"Jangan banyak bicara. Kau harus menemaniku".
Jimin menyalakan mesin mobilnya yang melaju perlahan-lahan. Ia membuat Seul Gi semakin bertanya-tanya mengapa Jimin begitu kekeuh untuk berada disampingnya. Seul Gi tidak dapat mengira-ngira karena respon Jimin yang berubah-ubah.
Seul Gi jatuh tertidur selama perjalanan. Ia tidak sering menaiki mobil pribadi dan itu membuat dirinya menjadi pusing. Jimin membangunkannya karena mereka sudah sampai ditempat tujuan Jimin.
"minumlah. Kita sudah sampai", Jimin menyodorkan sebotol air mineral.
Mereka sampai disebuah pusat perbelanjaan khusus untuk peralatan-peralatan. Jimin mengeluarkan handphonenya untuk melihat catatan.
"mengapa kita kesini?", tanya Seul Gi yang agak bingung apakah ini tempat yang pas untuk membolos atau lebih tepatnya ia berfikir mereka berdua akan berkencan seperti anak muda sepantarannya yang membolos untuk berkencan.
"aku mau memesan kaca untuk ruangan dance nanti dan mungkin ada beberapa barang yang harusku beli".
Seul Gi terdiam dan ber-oh saja. Ia malu pada dirinya sendiri sudah salah sangka. Berapa kali ia salah sangka terhadap Jimin.
Jimin menyadari wajah Seul Gi memerah. Dengan reflek ia mengecek kening Seul Gi yang langsung menghindar, "apa kau masih pusing?", tanya Jimin khawatir.
Seul Gi tidak menjawab dan hanya mengangguk.
"kau boleh tunggu dimobil kalau begitu".
Seul Gi menuruti perkataan Jimin dan ia berbalik. Ia tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Mengapa ia harus merasa semalu ini padahal Jimin tidak menyadari juga mengapa wajahnya memerah.
30 menit kemudian, Jimin kembali masuk kedalam mobil namun sebelumnya ia menaruh beberapa barang yang ia beli dibagian belakang mobil.
"ini untukmu", Jimin membelikan makanan dan juga obat untuk Seul Gi yang baru saja bangun dari posisi tidurnya.
"thanks".
Seul Gi membagi sandwich bagian Jimin dan mereka makan dengan tenang.
"jadi apa rencanamu setelah ini?", tanya Seul Gi.
"tidak tahu. Aku hanya akan menari dan menari diruangan itu", jawab Jimin sembari mengunyah sandwichnya.
"sebenarnya aku sudah tidak bekerja di club".
Jimin terkejut dan menoleh ke arah Seul Gi yang tersenyum hambar, "baguslah. Kau tidak akan ada didunia malam lagi dengan begitu".
Seul Gi mengangguk namun ia merasa hatinya menolak gerakan kepalanya, "tapi... ada hal yang kurasa tidak tepat disini".
"bergabunglah denganku", ujar Jimin sembari menatap Seul Gi dengan penuh harap.
"Aku menari hanya untuk bekerja. Aku hanya terlalu sensitif".
Jimin mengusap kepala Seul Gi, "kita coba saja. Tidak perlu terlalu membebanimu".
"apa sih yang kau inginkan dari menari?".
Jimin berfikir sejenak, "aku ingin menjadi idol namun sekarang semuanya menjauh karena ayahku menjauhkanku dari itu semua".
"kenapa?".
"kau akan kuberitahu kalau kau bergabung denganku", Jimin mengedipkan sebelah matanya dan menyalakan mesin mobilnya.
Seul Gi mengalihkan pandangannya. Ia tidak boleh salah sangka lagi dengan Jimin.
❤❤❤
Seul Gi telah selesai mengerjakan tugasnya dikelasnya. Setelah ia tidak bekerja di club ia memiliki banyak waktu senggang karena bekerja ditoko, tidak selalu ramai sehingga ia menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas yang selama ini ia abaikan.
Seul Gi sejujurnya merasa bosan. Dan ia sudah membohongi ibunya lumayan lama. Tapi ia tidak tahu bagaimana cara memberitahukan ibunya bahwa ia bekerja dimini market.
Gong Yoo Ahjussi baru saja datang. Ia mengambil dua botol cola dan menenggaknya dengan cepat. Seul Gi menatapnya tidak percaya. Gong Yoo benar-benar tidak merasa sakit karena soda yang cukup kuat itu.
"apa kau baik-baik saja?", tanya Seul Gi sedikit khawatir, wajah Gong Yoo tidak seperti biasanya. Ia terlihat marah.
Gong Yoo Ahjussi menunduk dan mendangak lagi mengambil nafas panjang, "Sepertinya aku ditipu temanku sendiri".
"APA?! Bagaimana bisa?".
"jika kuceritakan, kau pun tidak akan mengerti".
Seul Gi setuju akan hal itu, "baiklah".
"Sudahlah. Bagaimana hari ini?".
"ya beginilah. Tidak terlalu banyak yang datang".
Gong Yoo tersenyum kecut dan ia pergi meninggalkan meja kasir. Seul Gi merasa kasihan pada bosnya. Ia seorang pebisnis yang gigih dan selalu baik pada karyawannya. Walaupun Seul Gi tidak tahu apa yang terjadi tapi dari wajahnya terlihat bahwa lelaki itu sangatlah kuat.
Suara handphone Seul Gi berbunyi dan itu adalah pesan masuk dari eonnie Jin Shim.
(apa kau akan mengabaikanku?)
Seul Gi tersenyum. Semenjak hari itu memang mereka tidak saling mengirim pesan. Seul Gi mengakui bahwa ia memang menghindarinya.
(maaf eonnie. Bagaimana kabarmu?).
(jangan basa-basi. ayo kita keluar, aku akan meminta izin pada bosmu)
(tidak eonnie. Dia dalam suasana tidak baik dan aku tidak bisa meninggalkannya sendiri untuk menjaga toko)
(apa kau lebih menyayangi bosmu ketimbang aku sekarang?).
Seul Gi tertawa, ia tahu bagaimana wajah imut Eonnie nya ini. Jin Shim dan Sunny memiliki karakter yang jauh berbeda. Jin Shim sangat cantik dan imut sedangkan Sunny lebih memiliki sifat yang keras namun tidak feminim seperti Jin Shim. Ia juga tidak suka bertukar pesan untuk hal yang menurutnya tidak penting. Tapi ia akan menghampiri temannya jika ia tahu bahwa temannya kesulitan atau membutuhkannya.
(dia memang laki-laki yang pantas untuk disayangi dan harusnya kau tahu itu Eonnie)
(jangan berani-berani untuk menasehatiku. Kau sendiri belum pernah ciuman wlee:p)
(Eonnieee awas ya kalau kita bertemu!)
Seul Gi menerima pesan lain yaitu dari Park Ji Min. Ia mengirimkan sebuah foto. Seul Gi takjub karena foto itu memperlihatkan ruangan Jimin sudah siap seperti studio menari. Seul Gi tidak percaya ada sesuatu yang hebat di sekolahnya karena Jimin.
Seul Gi ingat, ia dan eonnie selalu menghabiskan uang hanya untuk latihan menari di studio yang memiliki full cermin seperti ini. Seul Gi merasa jantungnya bergetar, ia benar-benar rindu menari.
"Seul Gi, lebih baik kita tutup saja tokonya dan kau beristirahatlah. Sudah malam, tidak mungkin ada yang datang lagi", ujar Gong Yoo dengan nada yang tidak bersemangat.
Mereka berdua pun merapihkan semuanya dan menutup toko.
"Seul Gi, apa kau ingin menemaniku minum?", tanya Gong Yoo. Ia tahu bahwa Seul Gi masih dibawah umur tapi ia sangat butuh teman saat ini. Ia hanya laki-laki umur 30an yang sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Disaat seperti ini, ia sedih karena hanya sendiri. Namun entah mengapa ia selalu memiliki pembicaraan yang baik dengan Seul Gi.
"baiklah tapi aku tidak akan bisa membawamu pulang".
Gong Yoo mengangguk. Mereka pun beranjak dari toko ke sebuah tempat dimana Gong Yoo biasa minum.
Gong Yoo tidak bercerita apapun. Ia hanya menenggak minuman dari gelasnya. Tapi yang Seul Gi bingung, ia tidak terlihat mabuk sama sekali.
"ada apa? kau pasti bingungkan?", ucap Gong Yoo.
"kau masih baik-baik saja?", Seul Gi memastikan dan melambaikan tangannya didepan mata bosnya yang sekarang tertawa.
"iya. Aku masih sadar. Inilah anehnya aku. Aku tidak mudah untuk mabuk", ia menopang dagunya, "tapi mengapa saat bersama Jin Shim aku seperti melayang-layang ya".
Wajah Gong Yoo seketika memerah saat menyebut nama Jin Shim. Seul Gi terkekeh. Ia sudah terbiasa melihat lekaki tegila-gila pada wanita cantik itu. Kadang ia pun iri namun Seul Gi paham hal itu masih jauh akan ia capai selama ia masih sekolah disekolahnya. Ia tidak ingin membayangkan Nam Joon. Satu-satunya lelaki yang menyukainya hingga sekarang.
Seul Gi dengan cepat meminum yang ada digelas Gong Yoo.
"hei!!! kau masih dibawah umur tahu!", Ucap Gong Yoo merasa kesal.
Seul Gi langsung saja cegukan, wajahnya merah. Dan tepat pada saat itu seseorang memukul Gong Yoo dengan kencang.
Gong Yoo bangun dan melihat bahwa anak lelaki yang saat itu memarahinya ditoko dan ia meminta maaf melaku Seul Gi. Gong Yoo berkacak pinggang.
"apa lagi? apa yang kau curigakan lagi sekarang?"
"ini bukti. kau membuatnya minum dan mabuk", Jimin berteriak hingga orang-orang memperhatikan mereka.
Seul Gi yang setengah sadar, ia memegang tangan Jimin dan tertawa, "kenapa kau ada disini lagi? hahaha".
Jimin memegang tangan Seul Gi dan menopan badannya.
"hei aku baik-baik saja", suara Seul Gi sudah hilang timbul. Jimin memapahnya dan melemparkan tatapan mengancam akan Gong Yoo.
Gong Yoo terkekeh, ia berusaha mengerti. Pasti mereka berdua memiliki hubungan yang special. Ini membuat hatinya semakin sakit mengingat ia masih belum memiliki pasangan hingga saat ini. Gong Yoo melanjutkan minumnya seorang diri.
❤❤❤