Unduh Aplikasi
73.94% Milena Si Peri Nakal [ Fairy Series ] - KEMBALI HIATUS! MOHON MAAF! / Chapter 88: Rasa Yang Terlarang (10)

Bab 88: Rasa Yang Terlarang (10)

"Paman!" Teriak David kesal, ia memutar bola mata.

"Maaf soal itu." dokter Chris nyengir. "Tapi aku pantang menyerah!" lanjutnya.

"Hentikan saja., paman!"

"Tidak!" telunjuknya mengarah ke David, mengedip. "Hari Senin nanti kau sudah bisa pulang. Selain kondisi anehmu ini, tak ada yang serius. Luka bakar di tubuhmu juga mulai sembuh dan membaik." ia memeriksa kedua tangan Milena dengan saksama.

"Kau yakin?" David terdengar ragu.

"Yeah! Aku sudah tanyakan pada ahli kulit. Apa masih perih, Milena?"

"Ah... tidak terlalu..." jawabnya polos.

David menghela napas. "Bukan itu maksudku, apa dia sudah bisa keluar rumah sakit Senin ini? Dia baru saja pingsan semalam." Raut wajahnya menegang, terlalu serius hingga suasana menjadi hening, lagi.

"Oh." Kata dokter Chris lalu terdiam sejenak, berpikir.

"Apa aku tak apa-apa?" Milena berusaha mengkonfirmasi keadaannya yang 'aneh'.

"Sejujurnya, dia sangat sehat. Mungkin ini gangguan mental." Pertama ia menatap David, lalu menatap Milena dengan sebelah kening terangkat.

"Aku tidak gila, ingat? Tes psikologiku buktinya!" bantah Milena.

"Bukan gangguan mental itu maksudku. Kurasa dokter Ames yang lebih cocok saat ini. Kemungkinan besar kau memiliki trauma psikis." Ia agak ragu-ragu mengatakannya. "Apa dokter Ames memberimu resep? semacam obat antidepresan?"

"Obat? Tidak. Selain sisa obat dokter Chris anjurkan, tak ada obat lain. Dokter Ames hanya memberiku coklat dan makanan manis lainnya. Anda melarangnya, bukan? Ingat?"

"Ralat. Itu hanya vitamin. Sebelumnya memang obat, sih." Dokter Chris tersenyum.

"Terserah." Milena menggeleng, mengedikkan bahu.

"Intinya dia baik-baik saja, kan? Hanya itu yang perlu kudengar." David mengatupkan rahang.

"Ya! Seperti kuda!" Seru sang dokter tersenyum lebar.

"Aku peri!" protes Milena.

"Terserah!" dokter Chris menunjuknya dengan papan catatan medis, "dan aku belum selesai denganmu! Sampai jumpa besok!" ia mengedipkan mata nakal pada Milena, nyengir lebar, dan berbalik meninggalkan ruangan.

"Pamanmu itu heboh banget, ya?" Mata Milena masih memandangi arah kepergiannya, mulut terbuka lebar, bingung.

"Yup. Dia itu punya penyakit obsesi. Harusnya dia yang berkonsultasi pada dokter Ames, bukan kau."

Gurau David. Milena terbahak mendengarnya.

Perempuan cantik itu bersyukur sebentar lagi akan keluar dari rumah sakit. Ia benci dan sekaligus suka tempat itu. Sungguh perasaan yang ganjil dan aneh.

"Aku tak sabar keluar dari rumah sakit!" serunya riang, tersenyum lebar-lebar pada David, dan mulai menggigiti muffin-nya kembali.

"Aku juga." Katanya penuh harap, tangannya mengelus lembut pipi sang wanita.

Jantung Milena serasa mau keluar, berdebar kencang dan desiran gejolak darahnya mendadak memenuhi sekujur tubuhnya. Pipinya merona merah.

"He-hentikan, David." ucapnya malu-malu.

"Apa? Seperti ini?" tiba-tiba ia mulai menjahili Milena, ia mengelus kedua pipinya, lalu mengacak-ngacak puncak kepalanya.

"David!" pekiknya kesal, dan mereka berdua akhirnya tertawa lepas siang itu.[]


PERTIMBANGAN PENCIPTA
NatsuHika NatsuHika

Terima kasih telah membaca!

Jangan lupa voting dengan batu kuasa, review, dan komen pada novel ini, ya!

Hari ini saya agak senggang dan bosan, jadi sempatkan waktu buat update.

Ayo, tulis ulasan kalian tentang novel ini, ya, di beranda!

Jangan males!

Biar novelnya rame, gitu, loh! :)

Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C88
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk