Betapa menyakitkannya pria itu menggenggam tangan Shia Tang. Tergambar jelas jika pria itu sangat membencinya. Shia Tang terdiam, mengerutkan kening sambil menahan amarah. Apapun penjelasan dirinya kepada Billy Li, itu tidak akan berpengaruh apapun. Karena ia telah menghianati Billy Li.
"Kamu bilang kamu melakukannya untuk membantu kakak keduamu kan? Apa kamu kira dengan begitu kamu bisa mendapatkan pengakuan sebagai saudara dengan cara ini, ha...? Betapa naifnya kamu! Kamu itu hanya diperalat! Kamu tidak akan pernah mendapatkan keluarga seperti yang kamu inginkan!!!" Billy Li membalas perkataan Shia Tang dengan kejam, menyindir Shia Tang yang tidak bersalah, merobek hatinya seperti seorang iblis.
"Tidak! Kamu tidak boleh berkata seperti itu kepada kakak keduaku!" Shia Tang membela diri dengan marah. Entah sedang membela kakak keduanya atau sedang mencari alasan karena merasa terancam.
"Seberapa menyedihkannya dirimu? Diperdayai begitu saja langsung percaya. Kamu kira orang sepertimu layak mendapatkan keluarga?" Telapak tangannya yang besar memegang wajah Shia Tang, ia melihat keinginan berontak di mata Shia Tang. Ekspresi Shia Tang saat ini membuat Billy Li sangat puas.
"Tidak! Kakak keduaku tidak mungkin berbohong padaku! Tidak mungkin!" Shia Tang dengan tegas percaya dan ia berusaha menekan getaran hatinya.
Shia Tang tahu kakak kedua sangat baik padanya. Ketika dia bertemu dengannya, kakaknya tahu ia menjadi kurus. Kakak keduanya peduli tentang apa yang dilaluinya dalam hidup yang sekarang. Ia juga memberinya kehangatan milik keluarga yang belum pernah Shia Tang dapatkan selama ini.
Kakak kedua tidak akan berbohong padaku! Tentu saja tidak! Shia meyakinkan hatinya sendiri.
"Jika dia tidak berbohong kepadamu, di mana dia saat ini? Saat ini, apa dia tidak khawatir terjadi sesuatu dengan kamu yang menghianatiku? Jangan menipu dirimu lagi, kamu terlihat konyol!" Billy Li dengan kejam menghunuskan setiap kata ke dalam hati Shia Tang.
Wajah Shia Tang pucat dan matanya bingung. "Dia baru saja menandatangani kontrak dan pasti sangat sibuk."
"Kamu menyedihkan, sungguh menyedihkan!" Billy Li menggelengkan kepalanya dan mencibir. Billy Li mendorongnya ke bawah.
Shia Tang dengan cepat jatuh di atas tumpukan bunga yang telah ia cabuti tadi. Semua jenis bunga berduri menembus kulitnya, daun-daun dengan duri yang tajam juga meninggalkan bekas di kulitnya. Shia Tang selalu menggenggam penjepit dasi yang tersembunyi di telapak tangannya dan menatap Billy Li dengan samar.
"Sebenarnya aku ingin menunggu, tetapi sepertinya kamu yang sudah tidak sabar." Billy Li tersenyum kejam, lalu menariknya…
"Tidak mau!" Shia Tang berteriak.
Hujan sempat berhenti lalu turun lagi, langit di luar semakin menggelap. Kemudian, terlihat Shia Tang seperti boneka rusak yang kelelahan, ia ditinggalkan di rumah kaca yang telah dihancurkan. Dari awal hingga akhir, klip dasi itu selalu dipegang dengan kuat di tangannya, tidak pernah lepas.
Tampaknya, klip dasi yang digenggamnya itu juga mewakili sinar harapan terakhir yang tersisa di lubuk hatinya. Kemudian, Shia Tang mendengar Billy Li memanggil saudari Liu untuk membawa pakaian. Suaranya masih terdengar tenang dan mengerikan, sama sekali tidak terpengaruh oleh perlawanan kuat darinya.
Setelah beberapa saat, Saudari Liu membawakannya rok putih selutut lengkap dengan satu set kaos. Setelah memberikan pakaian kepada Billy Li di pintu, saudari Liu dengan hormat berbalik dan pergi.
"Pakai ini, aku akan membawamu ke suatu tempat!" Billy Li melemparkan pakaian bersih ke arahnya...