"Kau tidur dengan damai, ternyata," lelaki bermata biru mendekati wajah perempuan terlelap. Matanya tertutup rapat, begitu tenang hingga mengantarkan kedamaian pula pada Mahendra. Menatap lamat-lamat pipi cabi, dia tergoda untuk menapakinya, menyesap bau yang menguar dari tubuh wanita yang dia sayangi.
Bersama dengan tangannya yang bergerak meraba perut membesar, Mahendra mendapati hatinya yang dipenuhi rasa berbangga, "Hemm," memejamkan matanya, menghirup sekali lagi bau tubuh sang perempuan dengan menyesap bibir mungil memabukkan versinya.
Menyadari semua jendela terbuka dengan gorden yang bergerak-gerak terhempas oleh angin malam, Mahendra memberi jeda jarak dirinya dan tubuh istrinya. Berjalan mendekati jendela, mata birunya terus mengamati gerak-gerik yang disajikan perempuan terlelap.