Aku sedang memandangi ujung tombak di dalam kotak kayu karena tak ingin memegangnya. Bukan karena takut, aku hanya tak ingin merusaknya.
Astro mengizinkanku mengambil ujung tombak dari tempat persembunyiannya dan dia sedang berdiri tepat di sisiku, menemaniku menatap setiap detail tombak dengan teliti. Kami mungkin saja terlihat seperti dua anak kecil dengan rasa penasaran luar biasa pada sebuah benda bersejarah saat ini.
Kami hanya berdua di ruangan bawah tanah ini setelah menyesaikan percakapan dengan Ayah dan Ibu. Seperti biasa, Ayah dan Ibu memberikan banyak nasehat. Aku bisa mengerti kenapa mereka begitu khawatir. Kami tinggal jauh dari pengawasan mereka dan hanya dikawal oleh pengawal dalam banyak kesempatan.
"Aku sempet mikir mau bikin duplikatnya." ujar Astro tiba-tiba.
Aku menoleh untuk menatapnya, "Kenapa ga jadi?"
Astro menaikkan bahu, "Buat apa?"
Aku menatapnya bingung, "Trus kenapa awalnya kamu mau bikin duplikatnya?"