Di Sore hari ....
{Ayudia kirimkan nomor rekening kamu. Aku mau kirimkan uang. Belanja buat kebutuhan kamu, sama ini, beli gaun yang bagus. Baju tidur juga. Beli yang seksi. Kita dinner malam ini setelah itu kita 'dinner; di kasur} Fatir.
{Ok} balas Ayudia. Dia mengirimkan foto buku bank miliknya dan mengirimkannya kepada Fatir. Tak lama kemudian ponsel Ayudia berbunyi. Notifikasi dari bank. Mata Ayudia terbuka lebar saat melihat jumlahnya.
"Aku belum pernah punya uang sebanyak ini. Seumur hidupku." Ayudia tersenyum senang dengan mata terbelalak.
***
Ayudia memasuki sebuah restoran mewah. Dia cantik sekali memakai gaun warna hitam berlengan panjang. Terbuka di bagian punggung. Panjang baju itu menutup hingga mata kakinya.
Dia cantik sekali. Rambut ikal panjangnya diarahkan ke bahu sebelah kiri untuk memperlihatkan punggungnya yang indah nan mulus.
Fatir menyambutnya dengan menarik kursi untuknya. Ayudia sangat bahagia, dia diperlakukan seperti wanita terhormat. Mereka menikmati makan malam dengan bahagia sembari membicarakan masa depan. Masa depan yang dipersiapkan Fatir untuk Ayudia. Gadis itu merasa sangat bahagia. Penderitaan hidupnya akan segera berakhir.
Tiba-tiba!
Ada seorang wanita yang mendekati meja mereka. Ia berdiri tepat di belakang Fatir dengan wajah merah padam langsung menghadap ke arah Ayudia.
"FATIR!" pekik wanita itu memanggilnya dengan suara tinggi dan napas yang tersengal. Fatir terkejut, segera dia memalingkan wajahnya. Pun wajahnya Fatir seketika berubah menjadi putih karena memucat. Ia melihat seorang wanita cantik sebening kristal dengan perut yang besar karena mengandung sedang berdiri di belakangnya.
"Tata?" Kata-kata Fatir tercekat. Ia merasa ingin lari saja, bersembunyi ke dasar bumi.
"Kamu laki-laki gak tau diri! Kamu berselingkuh dari istri kamu padahal aku susah payah mengandung anak kamu?!" Suaranya begitu lantang penuh kemurkaan. Sontak saja seisi restoran melihat ke arah mereka.
Ayudia tidak kalah terkejutnya. Ia bungkam seribu bahasa. Dia merasa sangat bersalah dan malu, sehingga dia hanya bisa mengunci mulutnya rapat-rapat. Tata mendorong Ayudia dengan kasar hingga gadis itu jatuh tersungkur bersama kursi yang didudukinya.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ayudia.
Tata menjambak rambut gadis itu sekuat tenaga. "DASAR PELAKOR!" Matanya terbelalak. Amarahnya menggelegak hingga ke ubun-ubun.
"Maafkan saya. Saya gak tau dia sudah punya beristri." Ayudia menangis penuh penyesalan. Rasa perih di pipinya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Dipermalukan di depan orang banyak.
Tata kembali menampari pipi Ayudia dengan brutal. Fatir segera menarik istrinya menjauh agar tidak lebih lagi menyakiti Ayudia.
"Ayo kita pulang. Malu sama orang-orang." Fatir berbicara pelan dan berbisik kepada istrinya.
"Kamu yang gak tau malu!" pekik Tata kepada suaminya. Dia mendorong tubuh Fatir sangat kuat agar menjauh dari dirinya.
Tata mengambil gelas di atas meja dan melemparkannya ke wajah Ayudia.
PRANG!
"Uggh!" Terdengar pekikan.
"Kamu?! Kamu di sini?!" Ayudia terkejut, wajahnya berhadapan sangat dekat dengan seorang lelaki.
Gelas itu pecah dan berserakan di lantai menjadi berkeping-keping. Kepala Ayudia selamat dari hantaman gelas, karena lelaki itu melindungi dirinya dengan memeluknya dan mendekap erat kepala Ayudia ke dadanya, sehingga hantaman gelas itu hanya mengenai punggung si lelaki itu.
"Bawa istri kamu pulang!" ucap lelaki itu dengan tegas.
Fatir segera menarik istrinya keluar dari restoran. Setelah mereka menjauh, Ayudia mencoba berdiri sambil berlinangan air mata di pipinya.
Lelaki itu mengulurkan tangannya dekat wajah Ayudia. "Ayo kita pulang." Azka mengulurkan tangannya.
Ayudia menyambut tangan Azka dengan perasaan yang mengharu biru.