Earl tidak berani menoleh pada Arthur. Earl dengan wajah memerah, sepertinya ia baru saja sedikit menyinggung Arthur untuk menepati janjinya karena Earl akan menunggunya.
Arthur tidak bisa lagi menahan kebahagiannya dan menarik Earl dalam ciuman lembut. Earl pun membalas ciuman itu. Ketika sepasang lelaki dan perempuan berciuman dengan matahari pagi yang bersinar melewati celah diantara mereka. Earl menundukkan kepalanya ketika ciuman itu telah berakhir.
"Aku tidak akan terburu-buru. Nikmatilah masa lajangmu mulai dari sekarang, Earl," Arthur pun berjalan meninggalkan Earl disana yang menatapnya masih dengan wajah memerah.
"Aku tidak akan menerima lamaranmu, Arthur!" teriak Earl dan hanya dianggap angin lalu oleh Arthur.
"Memangnya siapa yang akan melamarmu?" tanya Arthur bercanda. Dan sedetik kemudian sebuah tas kecil melayang mengenai tepat di dahinya. Earl mengamuk, mereka pun berlarian meninggalkan pemakaman dengan harapan baru yang mereka bangun.
~~~
Pagi ini tidak ada jadwal khusus bagi Earl. Dengan kedatangannya memakai pakaian bebas ke dalam kantor dengan ID Card yang menggantung di saku kemejanya, semua orang pun paham. Dunia terbalik jika Earl tidak bekerja sehari. Mereka semua telah percaya, tidak ada Earl sehari tanpa alasan, akan ada badai topan datang melanda kota. Yaa, sekonyol itu mereka semua.
Earl berjalan dengan biasa. Manik hijaunya menatap orang-orang yang melewatinya menundukkan kepala dan berlalu. Pemandangan yang biasa bagi Earl. Walaupun Earl tidak menyukai formalitas, nyatanya hampir setiap hari ia memakannya. Kau tahu? Earl akan memilih ikan walaupun daging jauh lebih enak namun mahal. Kakinya yang panjang membawanya pada ruang kerja timnya.
Setelah melewati beberapa pintu besar, akhirnya sampai di depan ruangannya. Earl datang kerja di hari berdukanya dengan membawa empat gelas cup coffee caffe ketika perjalanan kemari. Earl memang tidak biasa protes untuk hal-hal sepele seperti rasa bubuk kopi yang mereka minum sehari-hari hanya seperti biji kopi yang ditumbuk kasar dan masih menyisakan butiran yang kurang halus ketika diseduh.
Earl menghela nafasnya sejenak. Membuang sepenuhnya aura-aura sial yang menutupi pintu ruangan itu. Earl bersumpah, ketika melihat pintu ruang kerja mereka seperti melihat pintu menuju dunia lain. Hitam dan gelap serta aura hitam yang keluar dari sela pintu. Menggambarkan suramnya kehidupan di dalam ruangan. Earl menggelengkan kepalanya, merasa luar biasa sekali imajinasinya dan memasuki ruangan.
"Earl?"
Earl langsung bertemu tatap dengan Tom ketika membuka pintu. Rasanya Earl mencium bau-bau kurang mengenakkan ketika melihat disana telah ada Ricard yang duduk di sofa ruangan. Belum lagi ketika matanya melihat setumpuk dokumen di atas meja kecil itu. Earl langsung mengumpat dalam hati. Menyesal hadir kerja hari ini.
"Kau mau kemana?"
Tom menatap Earl seperti tengah memberitahu kesengsaraannya. Matanya melirik dokumen di atas meja kecil itu sebelum ia berlalu melewati Earl tanpa banyak bicara. Earl menepuk dahinya sembari mengomel menuju sofa.
"Aku tidak tahu kita akan menyusun makalah seperti anak SMA. Tidakkah ini kekanak-kanakan?" omel Earl dan langsung di hadiahi tatapan prihatin dari Ricard.
Seperti mengatakan, Nak, yang menderita tak cuma dirimu. Earl memutar matanya malas. Earl dengan kasar mengambil salah satu ordner. Dari beratnya saja Earl sudah ingin muntah. Hey! Siapa yang mau membuat studi kasus dengan data sebanyak ini. Earl menggelengkan kepalanya.
"Sialan! Ini berkas lima tahun lalu. Demi tuhan, aku ingin benturkan kepalaku agar amnesia," ucap Earl berkomat kamit memaki page demi page yang Earl buka.
"Pagi semuanya,"
Duke memasuki ruangan dengan ekspresi segar di wajahnya. Oh? Dia tidak tahu gunung himalaya sudah di atas kepalanya, siap jatuh kapan saja. Duke segera menatap coffe di atas meja kecil dan segera meminumnya sembari duduk berhadapan dengan Earl.
"Oh tuhan. Inilah kopi paling enak yang aku minum selama di kantor," puji Duke dan menatap tumpukan dokumen. Ia menatap Earl dan Ricard bergantian.
"Siapa yang akan pindah kemari?"
Earl hampir menamparkan ordner besar di tangannya ke wajah Duke. Duke memang tidak pernah bisa peka terhadap sekitar.
"Oh? Akan ada beberapa yang bertamasya kemari. Sepertinya beberapa diantara mereka akan bermain sirkus disini,"
Earl menatap Duke sinis dan terbukalah pintu ruangan mereka. Menampilkan Tom dan Finni dengan tumpukan kertas yang lainnya. Hampir Earl berteriak frustasi.
"Sudah! Cukup! Cukup!"
Finni dan Tom tersenyum pasrah. Dan mereka saling merangkul satu sama lain. Berusaha saling menguatkan batin. Duke sedetik kemudian mengusap wajahnya.
"E... aku membeli sarapan dulu,"
"Duke!"
Earl menyilangkan kedua tangannya dan menatap Duke dengan melotot.
"Duduk. Dan. Kerjakan."
Duke langsung menatap Earl dengan wajah memelas. Ia menyeret tubuhnya kembali ke sofa dan hilanglah semangat hidupnya.
"Benar! Kita satu tim. Kita akan sakit bersama, Oke? Setelah ini tolong bawa surat rujukan rumah sakit mana yang ingin kalian kunjungi. Aku ingin kita bersama juga di rumah sakit ketika menginap. Oke? Sepakat?"
Ucap Finni sudah gila. Sedangkan Tom langsung melepaskan kancing atas seragamnya dan menggulung lengannya juga. Dan ketika melihat Duke, Earl hampir kehilangan rohnya ketika melihat Duke berkomat kamit berdoa.
"Sialan!"
Maki Earl dan langsung memulai pekerjaannya. Melihat rekan-rekannya hanya membuatnya bertambah setres.
-Distrik L-
"Kau yakin? Arthur yang 'itu'?"
"Kau lupa siapa aku?"
"Baguslah. Lalu apa pesan bos?"
"Jangan bertindak gegabah. Yang memperhatikan gerak gerik Arthur dari seluruh belahan dunia. Aku sarankan, jangan ada yang terlalu pintar untuk mengambil inisiatif. Anak buahnya tidak sebaik hati dirimu,"
"Baiklah. Aku akan beri kabar pada yang lain,"
"Bagus. Segera catat, tiga hari lagi. Persiapkan segalanya dengan baik,"
-Ruang introgasi kantor pusat A-
Finni mendapat panggilan khusus dari gedung introgasi untuk informasi mengenai pria itu. Ia berjalan dengan sedikit girang karena meninggalkan ruangannya yang super suntuk untuk mengambil dokumen itu.
Katakan, siapa yang akan tahan di dalam ruangan dengan Earl yang mengumpat setiap menitnya. Sedangkan mereka disana memilah-milah dokumen kasus penyelidikan mereka terhadap Arthur dari lima tahun yang lalu. Tujuannya apa? Hanya untuk arsip negara. Sedangkan dokumen kasus yang mereka selidiki telah diminta oleh bangsal arsip rahasia negara untuk disimpan dan harus persetujuan dari Presiden langsung untuk membuka pintu bangsal.
Karena mereka telah menerima kabar bahwa pintu bangsal akan dibuka oleh Presiden, mau tidak mau. Earl dan kawan-kawan superholic yang luar biasa itu menyia-yiakan waktu dari lima tahun yang lalu hingga sekarang untuk menyusun kasus-kasus itu. Dan sekarang, mereka tengah memanen kasus dengan penuh perhatian dan cacian.
"Bagaimana?" tanya Finni langsung.
Mereka ada di sebuah bilik kecil ruang introgasi dengan kaca besar yang memperlihatkan pria kemarin yang telah termakan hipnotis maharaja Earl. Sejak kemarin ia tertunduk begitu pasrah sudah tidak semangat hidup.
"Kami sudah pastikan semua informasi telah kami serap semua dari orang ini,"
.
.
.
To be continued