Unduh Aplikasi
16.1% Alta dan Allamanda / Chapter 24: Bab 12 | Tunggu Disini

Bab 24: Bab 12 | Tunggu Disini

12. Tunggu Disini

Cowok harusnya mengerti seberapa nggak enaknya berlari mengejar hal yang nggak ingin dikejar. Sekali-kali cobalah berhenti dan menoleh ke belakang. Lalu lihat bagaimana lelahnya berjuang sendirian.

***

Raskal mengajak Lamanda ke rooftop sekolah. Tadi Satya menyuruhnya cepat-cepat kesini dan benar saja Satya sudah duduk diatas pembatas rooftop dengan kaki menjuntai ke bawah sambil merokok dan bernyayi tidak jelas.

Raskal menghampiri Satya diikuti Lamanda di belakangnya. Ia memelankan langkahnya, memberi isyarat agar Lamanda juga melakukan hal yang sama. Lamanda menurut saja, hingga...

DARR!!!

Dengan sekali gertakan Raskal menepuk keras punggung Satya sambil berteriak. Satya yang terlonjak kaget hampir saja terjungkal. Kalau saja Raskal tidak memegang tangannya sudah dapat dipastikan ia akan terjun bebas ke bawah dan berakhir di lapangan outdoor dengan mengenaskan.

Dosa apa Satya sehingga mempunyai teman seperti Raskal. Satya itu polos tapi semenjak kenal dengan si kampret satu itu ia sekarang sudah tidak polos lagi, melainkan bercorak batik-batik.

"Serius gokil." Raskal terbahak sendiri melihat wajah pucat Satya.

"Mati lo."

"Kalau gue mati lo mau dapat video 3gp blue film dari siapa?" Raskal mengatakan itu seakan tidak ada Lamanda didekatnya. Hal itu membuat Lamanda meneguk ludahnya susah payah. Sepertinya Raskal benar-benar gila.

"Gue bisa download sendiri."

"Dih, data aja masih suka tatheringan"

"Bacot lo sipit. " Satya menendang kaki Raskal dengan keras membuat Raskal mengaduh dan melotot horror meskipun lebih terlihat menggelikan karena matanya yang sipit.

Kemudian pandangan Satya teralih pada sosok Lamanda yang berdiri di samping Raskal.

Satya turun dan mendekat ke arah Lamanda. "Hai," sapanya sambil tersenyum lebar memperlihatkan kedua lesung pipinya. "Gue sebenernya jatuh apa nggak sih? Kok gue udah berasa di surga ya ada bidadari-bidadarinya gitu," perkataan Satya membuat wajah Lamanda bersemu merah.

Lamanda tersenyum kikuk tanpa membalas ucapan Satya. Ia menoleh ke arah Raskal seakan mengajak kembali ke kelas namun Raskal pura-pura tidak mengerti dan memilih meletakkan kantong kresek yang dibawanya di tempat duduk Satya tadi lalu mengeluarkan rokok dari saku celananya.

"Alta sama Keral kemana?" tanya Raskal pada Satya yang masih senyum-senyum tidak jelas pada Lamanda membuat Lamanda risih.

Lamanda memilih berlindung di dekat Raskal. Raskal terkekeh melihatnya. Ia menarik Lamanda pada salah satu sekat pendek berbentuk pondasi lalu duduk, melihat Lamanda masih berdiri ia menepuk tempat disebelahnya menyuruh Lamanda untuk ikut duduk.

"Sama bokap Keral di ruang Kepsek."

Raskal menganggukkan kepalanya mengerti, ia melihat Lamanda yang tidak enak diam sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan. "Kenapa?" tanyanya.

"Ayo balik ke kelas," bisik Lamanda.

"Bentar," kata Raskal dan kembali fokus pada rokoknya.

Percuma berbicara dengan Raskal hanya menambah emosi saja jadi Lamanda memilih menggeser tubuhnya menjauh agar tidak menghirup asap rokok Raskal namun ia kaget mendapati Satya sudah duduk di sampingnya membuat posisi Lamanda diapit Raskal dan Satya. Lamanda jadi semakin risih sendiri. Apalagi Satya tidak melepaskan tatapannya pada Lamanda.

"Gue kaya yang pernah lihat lo deh," kata Satya.

Lamanda mengangkat sebelah alisnya dan bergumam tidak jelas. Mungkin Satya mengatakan itu hanya untuk basa-basi saja jadi Lamanda tidak menanggapinya.

"Dia yang dilabrak Liora waktu itu. Yang gosipnya pacar Alta," jelas Raskal.

"Bukan gitu. Kalau itu gue mah tahu. Maksud gue, muka dia kayak yang nggak asing gitu."

"Dia adik kembar Kalka. Temen komplek lo yang kelakuannya mirip jin ifrit," jelas Raskal ketus.

"Bisa nggak sih kalau ngomong tuh difilter dulu?!" kata Lamanda kesal. Kalka adalah saudaranya dan ia tidak terima ketika Raskal mengatai Kalka seperti tadi.

"Lo pikir mulut gue aplikasi line yang bisa filter segala."

"Oh jadi lo adeknya Kalka?" tanya Satya sekaligus mencegah acara debat yang pastinya akan lebih lama dari sidang perceraian karena Satya tahu Raskal seperti apa oranganya.

Lamanda mengangguk meskipun hatinya masih kesal pada Raskal.

"Asik dong gue jadi semakin dekat sama jodoh," ujar Satya membuat rona merah menjalar lagi di pipi Lamanda.

Raskal berdecih, "Coba lo bilang gitu di depan Alta," tantang Raskal.

"Siapa takut. Lagian mereka kayaknya nggak beneran pacaran. Ya nggak?" tanya Satya sambil menoleh ke arah Lamanda.

"Gue udah pernah bilang jangan pernah bawa pacar kalau lagi kumpul."

Mereka bertiga menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing bagi telinga ketiganya.

Alta berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Ia berdecak mendapati sosok diantara kedua temannya.

"Gue yang ngajak dia kesini, karena gue tahu dari tadi Liora udah ngincar dia," kata Raskal sambil berdiri dari duduknya. Ia jujur karena tujuannya mengajak Lamanda keisini memang untuk menghindari kebrutalan Liora yang sudah stand by di depan kelasnya tadi.

Alta mengampiri Raskal dan merampas rokok nya.

"Eh anjir," umpat Raskal.

"Jangan ngerokok deket Lamanda. Dia punya asma." Alta beralih ke arah Lamanda dan menarik tangan gadis itu.

"Ayo turun. Nggak baik cewek sendirian diantara dua cowok sekaligus."

"Dia pacar gue," pengakuan Satya membuat Alta kaget dan segera melepaskan tangan Lamanda. Ia menatap Lamanda yang menunduk dan beralih ke arah Satya seakan meminta penjelasan.

"Pacar gue di masa depan."

Alta langsung menatap tajam Satya yang mulai tersenyum satu juta dolar. "Ayo." ajak Alta pada Lamanda tanpa mempedulikan Satya lagi.

"Eh tunggu dulu." Raskal buru-buru mengambil kantong kresek yang dibawanya tadi lalu menyerahkannya pada Lamanda, "buat lo."

Lamanda bingung namun tetap menerima uluran tangan Raskal kemudian tersenyum dengan mata berbinar ketika melongok isinya membuat Raskal nyengir lebar, "Makasih, Kal."

Raskal balas tersenyum kemudian melihat kantong kresek di tangan Lamanda, " Eh tapi coklatnya kurang satu. Tadi malam dicolong Alta," ucap Raskal tanpa dosa sambil menunjuk Alta.

Lamanda menoleh mendapati Alta menatap tajam ke arah Raskal. Ia dapat melihat wajah Alta yang memerah.

"Lo mau tetap disini atau turun ke bawah?" Alta memberikan pilihan pada Lamanda. Ia hanya tidak ingin kasus pencurian coklatnya dibahas lebih lanjut. Sungguh Alta akan menimpuk Raskal nanti. Ia juga sedang ingin menceritakan masalah Keral pada kedua temannya tanpa diganggu orang lain karena bisa berabe kalau sampai ada yang tahu.

"Turun," cicit Lamanda.

Alta berjalan terlebih dahulu meninggalkan Lamanda di belakangnya.

"Jadi seriusan mereka pacaran?" tanya Satya setelah Alta dan Lamanda tidak terlihat.

Raskal bercecih, "Sebenernya, mereka nggak cocok!"

Menurut Raskal, Lamanda dan Alta itu tidak cocok karena Raskal tahu seperti apa tipe cewek yang tepat untuk Alta. Dan Lamanda tidak termasuk. Begitupun sebaliknya, bukannya suka atau cinta Lamanda justru terlihat takut pada Alta.

"Iya mereka nggak cocok. Siapa nama temen lo tadi? Lamanda?"

Raskal berguman tidak jelas lalu mengangguk. Ia mengeluarkan satu kotak Marlboro dari kantong celananya dan mulai mengambilnya satu.

"Nah Lamanda cocoknya sama gue. Kalau Alta sama lo."

Raskal menyalakan rokoknya dan menyorongkan batang rokok tersebut ke pantat Satya, membuat Satya memekik, "Ini baru cocok."

"Anj*r. Celana gue bolong bego!!"


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C24
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk