Unduh Aplikasi
11.4% Alta dan Allamanda / Chapter 17: Bab 8 B | Catatan Sejarah

Bab 17: Bab 8 B | Catatan Sejarah

Sejak pagi tadi Raskal hanya diam tidak seperti biasanya. Ia bahkan mengacuhkan pacar-pacar barunya yang menghapiri kelasnya atau sekedar menunggu Raskal dengan bekal ditangan. Sebenarmya Raskal sedang memikirkan Alta. Tadi saat ia ke kelas Alta laki-laki itu tidak ada disana. Mobilnya juga tidak ada di parkiran.

Keral dan Satya juga tidak mengetahui keberadaan Alta saat ini. Chatnya pun tidak ada yang dibaca. Ada rasa khawatir yang menyusup pada diri Raskal. Bagaimanapun Raskal tahu kalau dirinya sudah keterlaluan tadi.

Lamanda melirik Raskal. Sekilas lalu menatap ke depan tanpa melihat Raskal, "Mana buku sejarah gue?" mau tidak mau Lamanda membuka percakapan. Bukannya ia sedang ingin ngobrol dengan Raskal tapi karena sebentar lagi Bu Tiur, guru sejarahnya akan masuk kelas.

Merasa Lamamda berbicara padanya, Raskal menoleh. "Lo ngomong apa, Lam?" tanyanya bingung.

"Buku sejarah gue." Lamanda kembali menghadap Raskal sambil menjulurkan tangannya bermaksud meminta buku sejarah yang dipinjam Raskal dua hari lalu dan belum dikembalikan sampai sekarang. Raskal sangat menjengkelkan.

Sejenak Raskal nampak berpikir, kemudian ia nyengir tanpa dosa, "Gue lupa," Raskal menghela nafas, "harusnya lo ingetin gue tadi malam."

"Gue udah WA lo"

"Nggak ada chat dari lo." Raskal berkata jujur karena ia memang tidak merasa menerima chat dari Lamanda.

"Ada." Lamanda bersikeras.

"Nggak ada." Raskal tidak mau kalah.

Dengan sabar Lamanda mengambil ponselnya, lalu membuka chat yang dikirimnya tadi malam ke arah Raskal. Raskal berdecak.

Mau tidak mau Raskal mulai membaca chat tersebut dengan malas. Ia melebarkan matanya begitu tahu Lamanda benar-benar mengiriminya pesan dan sudah ada tanda read disana. "Serius gue nggak baca. Kok disini kebaca sih? Gue aja nggak nerima WA lo."

Lamanda kesal. Buku catatannya sudah tidak dibawa dan sekarang Raskal mencoba mempermainkannya. "Nggak usah bercanda deh, Kal. Kalau emang lo nggak bawa ya udah bilang nggak bawa. Nggak usah ngeles dan nyalahin gue gara-gara nggak ngingetin lo. Lain kali kalau nggak sanggup balikin, nggak usah pinjem."

Bukannya lebay, Lamanda anak baru di sekolah ini dan ia tidak mau di cap sebagai murid nakal karena tidak membawa buku, apalagi ada PR sejarah dan pasti harus dikumpulkannya sebentar lagi. Lamanda sebenarnya sudah mengerjakannya langsung setelah diberi tahu dan sekarang Raskal malah tidak membawa bukunya.

Raskal mengacak rambutnya. Pasalnya ia memang tidak membalas pesan Lamanda seperti itu. Tapi siapa yang telah lancang memegang ponselnya. Satu masalah dengan Alta belum kelar ditambah masalah lagi dengan Lamanda. Raskal merasa sangat sial hari ini. Ia mengutuk orang yang telah lancang mengotak-atik ponselnya.

"Jadi lo nggak percaya ke gue?"

"Enggak."

"Tapi gue emang nggak nerima chat lo!"

"Terus ini siapa yang baca kalau bukan lo?"

Raskal jadi bingung sendiri karena ia juga tidak tahu siapa yang membaca chat Lamanda sedangkan ia sama sekali tidak menerima pesan tersebut. "Gue juga nggak tau."

"Gue paling nggak suka dibohongin."

"Jangan lebay deh, Lam. Cuma masalah begituan. Ribet banget sih hidup lo." Raskal jadi kesal sendiri. Salah satu alasan ia cepat bosan dengan cewek karena satu hal seperti ini. Terlalu merumitkan masalah sepele. Makanya ia sering upgrade pasangan.

"Hidup gue emang ribet. Terus lo maunya apa?" tantang Lamanda sambil menatap tajam Raskal. Ia jadi ikutan kesal. "Lo mau gue ikutan dihukum bareng lo karena nggak bawa buku atau lo mau gue ber-"

"Shut up! Gue mau lo diem!" bentak Raskal. Mulut Lamanda ternyata sama saja seperti cewek lainnya. Rombeng.

Bentakan Raskal berhasil membuat Lamanda terdiam dengan kedua tangan yang mendadak dingin.

Melihat itu Raskal bedecak. Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Ia scroll down chat hari ini hingga kemarin tapi tidak ada nama Lamanda di deretan tersebut.

"Lo lihat sendiri nih kalau nggak percaya! Nggak ada chat dari lo!!"

Lamanda melihat layar ponsel Raskal ketika lelaki itu mengulurkan ponselnya dan menunjukkan jendela pesan dari atas sampai bawah. Memang tidak ada namanya disana. Dan hal itu malah membuatnya berspekulasi negatif.

"Palingan lo udah hapus chat gue. Nggak mungkin nggak ada chatnya, sedangkan di hp gue tandanya udah kebaca."

Raskal berdecak sebal. "Terserah lo deh!! Terserah lo mau mikir gimana!! Gue cape, mumet nih kepala gue!! Mending lo nggak usah banyak bacot lagi, oke!!"

Lamanda menahan emosinya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Raskal. Lelaki itu benar-benar menyebalkan dan berlaku semena-mena. Typikal kebanyakan murid disini.

Lamanda mengalihkan pandangannya ke depan kelas, ia mendadak gugup begitu melihat Bu Tiur memasuki kelas bersamaan dengan Arsya yang datang terlambat.

"Kumpulkan PR kalian!" perintah Bu Tiur setelah membuka pelajaran tadi dengan do'a. Hal itu membuat sebagian murid berseru kesal karena sebagian dari mereka tidak mengerjakan. Lamanda hanya diam melihat teman-temannya mengumpukan PR sedangkan ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Bu Tiur sebentar lagi.

"Lamanda, Raskal. Buku kalian mana?" ucap Bu Tiur setelah mengecek satu persatu pekerjaan muridnya.

Lamanda tidak menjawab. Ia dapat melihat Raskal dari sudut matanya. Laki-laki itu sedang berkutat dengan ponselnya dan tidak mempedulikan Bu Tiur.

"Maaf, Bu--"

"Oke, kalian berdua bisa keluar dan tidak usah ikut pelajaran saya," putus Bu Nani sebelum Lamanda menyelesaikan ucapannya.

Lamanda menatap Arsya yang menghadap ke arahnya dengan tampang bingung. Karena Arsya tahu kalau Lamanda tidak mungkin tidak mengerjakan PR.

Dengan gontai Lamanda beranjak dari duduknya. Ini adalah pertama kali Lamanda dikeluarkan dari kelas hal itu membuat Lamanda takut sekaligus malu karena teman sekelasnya sudah menjadikannya pusat perhatian. Namun, saat hendak melangkah tangannya ditarik oleh Raskal membuat Lamanda kembali duduk di kursinya. Lamanda kaget bukan main. Ia meringis karena siku tangannya membentur meja dengan keras. Tangannya seperti terkena sengatan listrik.

"Diem aja lo. Biar gue yang urus," ucap Raskal kemudian melewati Lamanda untuk menuju depan kelas, tepatnya meja Bu Nani.

Lamanda dapat melihat Raskal yang cengengesan ketika beradu mulut dengan Bu Tiur sampai pada akhirnya Raskal berjalan keluar kelas sambil mengucapkan terimaksih banyak pada guru tersebut. Lamanda melongo melihat Raskal yang terlihat begitu senang seperti seseorang yang baru saja memenangkan undian satu juta dolar. Namun sedetik kemudian, Lamanda kembali sadar bahwa manusia macam Raskal memang tipikal anak nakal yang selalu lapar hukuman.

"Lamanda, maaf ibu sudah salah paham. Lain kali jangan pinjamkan buku pada Raskal. Dia tipe orang nggak bisa dipercaya soalnya, " suara khas Bu Tiur sedikit mengejutkan Lamanda.

Kemudian, Lamanda hanya tersenyum dan mengangguk. Ia bernapas lega. Setidaknya ia terbebas dari hukuman dan bisa mengikuti pelajaran hari ini dengan tenang karena tidak ada Raskal.

***

Terimakasih sudah membaca sejauh ini:)


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C17
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk