Bimo menggaruk-garuk kepalanya sembari menuruni tangga untuk sampai di pintu masuk sasana Bang John. Sesekali ia menguap lebar karena menerima telpon dari kakaknya yang mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan sasana tempat Bimo bekerja.
Begitu tiba di pintu depan sasana Bang John, Bimo membuka kunci pintu kaca sasana tersebut. Setelah itu, ia membuka setengah rolling door dan keluar dari sasana Bang John.
"Ngapain lu malam-malam ke sini? Orang lagi enak-enak tidur digangguin," ujar Bimo sambil mendengus kesal. Ia mengucek matanya yang masih terasa perih setelah bangun dari tidurnya.
"Bim, lu harus nolongin gue," sahut kakaknya itu.
Bimo berdecak pelan. "Jangan bilang lu kejebak pinjeman dari rentenir. Gue ngga bisa nolongin kalo itu masalah lu."
Kakaknya langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan. Bukan itu."
Bimo memperhatikan raut wajah kakaknya yang seperti orang ketakutan. "Lu abis bikin masalah apaan, Mar?" tanya Bimo.
Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it.
Terus berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^