Unduh Aplikasi
10.4% The Twin Lions / Chapter 49: Gemini 1

Bab 49: Gemini 1

Nadia memperhatikan Leon yang terus saja terlihat tidak tenang. Tubuhnya memang sedang berada bersamanya di kantor untuk membahas peluncuran layanan komputasi awan milik A-Tel, perusahan telekomunikasi milik Ayah tiri Leon, yang diwakili oleh Leon untuk meluncurkan layanan perdananya di Indonesia dengan menggandeng anak usaha milik keluarga Widjaya.

Akan tetapi pikiran Leon nampaknya sedang berada entah di mana. Karina bahkan terlihat kesal dengan sikap Leon hari ini yang tampak tidak fokus sama sekali.

"What happen to you?" tanya Karina begitu mereka selesai rapat bersama untuk membahas peluncuran produk tersebut.

"Nothing," jawab Leon singkat.

"Daritadi kamu keliatan ngga fokus sama sekali. Kalau sekiranya ada yang ngga sesuai sama kemauan kamu, kamu bisa ngomong. Jangan malah jadi ngga fokus begitu," sahut Karina.

"Ini ngga ada hubungannya sama kerjaan," timpal Leon.

"Apalagi kalo ngga ada hubungannya sama kerjaan. Remember, berhasil ngganya kerjasama kita itu bergantung pada saat peluncuran perdana nanti. Jadi, jangan sampai konsentrasi kamu terbagi kemana-mana."

Leon menaikkan satu alisnya setelah mendengar ucapan Karina. Sementara itu, Nadia hanya diam dan memperhatikan. Ia tidak mau menanggapi karena memang hari ini Leon terlihat sangat tidak fokus.

"Sorry, my bad," sahut Leon akhirnya. "Hal seperti ini ngga akan keulang lagi."

"It's okay. Kami semua di sini berharap banyak sama kamu. Alasan kenapa kamu di sini, itu karena kami dengar kinerja kamu sangat bagus. Jadi, saya harap kamu ngga menghancurkan ekspektasi kami semua. Baik A-Tel maupun D-Cloud semuanya mengharapkan kinerja terbaik kamu," terang Karina.

Leon menghela napas panjang. "Bahu saya tiba-tiba terasa berat."

Karina tersenyum simpul. "Saya pikir itu bukan masalah besar buat kamu."

"I'll do my best. Sorry, kalau hari ini saya kelihatan ngga fokus. Nanti saya akan baca lagi hasil rapat kita hari ini," ucap Leon.

"Okay. Selasa nanti, kita akan ada meeting lagi. For your information, My Dad want to join us. Dia mau tahu sejauh mana persiapan kita," terang Karina.

Leon menganggukkan kepalanya.

"Mungkin kamu butuh hiburan sedikit," ujar Karina. "Mumpung ini weekend, kamu ada rencana apa nanti malam? Kita bisa hangout bareng. Saya punya tempat bagus buat hangout."

Nadia seketika bersemangat begitu mendengar ajakan hangout dari Karina. "I'm in. I need a some fresh water. Russian tea, maybe. Sejak datang sampai hari ini, rasanya saya butuh sedikit penyegaran."

Karina tertawa mendengar ucapan Nadia yang terdengar sangat bersemangat. Ia kemudian kembali menatap Leon. "Nadia udah setuju. Kamu gimana?"

"Yah, mau gimana lagi? Harus ada yang ngawasin Nadia biar dia ngga kebanyakan minum," sahut Leon.

"Good choice," seru Karina. "Kalian ngga akan nyesel. Nanti sore saya jemput kalian."

Leon langsung menyahut cepat. "Ngga perlu. Kasih tahu aja apa nama tempatnya. Nanti kita nyusul kamu ke sana."

"Millenium bar. Jam delapan malam," terang Karina.

"I'll remember it," sahut Nadia.

"Sipp kalau begitu. Saya pulang dulu, masih ada acara keluarga yang harus saya ikuti," ujar Karina sembari tertawa pelan. Ia kemudian mengerling jahil pada Nadia. "Don't forget to look fabolous tonight. Banyak cowok ganteng di Millenium." Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Nadia. "And rich."

Keduanya kemudian saling tatap sambil tertawa jahil. "You won't be disapointed," gumam Nadia.

"See you there." Karina akhirnya berpamitan pada Leon dan Nadia. Ia kemudian segera pergi meninggalkan ruang rapat.

Tinggal tersisa Leon dan Nadia di ruang rapat. Nadia segera merapikan barang-barangnya dan barang-barang Leon. Setelah itu ia segera bangkit berdiri dan hendak pergi meninggalkan ruang tersebut.

"Did your ass glued on that chair?" tanya Nadia karena ia melihat Leon yang tidak bergerak sama sekali dari tempat duduknya.

Leon seketika melirik kesal pada Nadia dan langsung bangkit dari tempat duduknya. Sambil mendengus kesal, ia berjalan keluar dari ruang meeting.

Nadia segera berjalan mengikuti Leon. "Dia lagi kenapa, sih? Kan, ngga mungkin dia sensi gara-gara lagi PMS. Gue yang lagi period, kenapa malah dia yang sensi," ujar Nadia pelan.

"Gue denger semua omongan lu," sahut Leon tanpa memalingkan wajahnya.

Nadia berlari kecil menghampiri Leon. "Lu ngga lagi PMS, kan?"

Leon kembali melirik kesal ke arah Nadia. "Lama-lama lu bakal gue kutuk jadi printer, Nad."

"Gue selalu takjub sama dualitas lu, Le. Tadi pas ada Karina, kalemnya luar biasa. Sekarang sama gue langsung kaya cewek lagi PMS."

"Sama Karina itu sikap profesional. Kalo sama lu ngapain gue bersikap kaya tadi. Lu udah tau gue luar dalam," timpal Leon.

Nadia hanya bisa bergumam pelan mendengar ucapan Leon. Memang dirinya sudah sangat mengenal Leon. "Laper ngga?" tanya Nadia untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

"Very," jawab Leon.

"Mau makan apa?"

"Apa aja yang enak. Makan lu juga boleh," jawab Leon.

Nadia langsung menyengir pada Leon. "Lu pikir gue steik?"

Leon langsung menggeleng. "Bebek peking. Soalnya lu bawel kaya bebek."

"Sialan." Nadia langsung melayangkan pukulannya di lengan Leon.

Leon tertawa sambil mengelus-ngelus lengannya yang baru saja dipukul Nadia. Berulang kali Nadia memukulinya sepanjang mereka berjalan meninggalkan kantor dan menuju lobi gedung tempat kantor mereka berada. Leon tidak membalas dan hanya tertawa-tawa. Ia selalu menikmati momen ketika dirinya sedang menggoda Nadia dan berhasil membuat wanita itu kesal dengan kata-katanya.

----

Selesai makan bebek peking di sebuah restoran makanan Tiongkok, Leon dan Nadia akhirnya kembali ke apartemen mereka. Keduanya sama-sama langsung masuk ke dalam kamarnya.

Nadia sibuk memilih-milih pakaian yang akan ia kenakan nanti malam, sementara Leon memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk mencegah orang-orang yang berniat mencelakai Aslan. Ia belum membicarakan apa yang ia dengar pada Nadia.

Leon kembali keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah kamar Nadia. "Nad, I'm in," ujarnya sembari mengetuk pintu kamar Nadia. Terdengar bunyi kunci yang membuka, lalu Leon segera masuk ke dalam kamar Nadia.

"Look, bagus ngga?" Nadia langsung melemparkan pertanyaan pada Leon tepat setelah Leon masuk ke dalam kamarnya. Ia meminta pendapat Leon tentang midi dress berwarna merah yang ia kenakan.

Leon berjalan masuk dan duduk di tepi tempat tidur Nadia. Ia menganggukkan kepalanya. "You're on fire."

Nadia menghela napas panjang setelah mendengar pendapat Leon. "Ada apa? Gue tau lu ke kamar gue bukan karena mau ngeliatin gue lagi nyobain baju."

"Ada orang yang niat buat nyelakain Aslan nanti malam," ujar Leon.

Mata Nadia seketika membulat tidak percaya. "Lu udah kasih tahu dia?"

"Niatnya hari ini gue mau kasih tahu dia. Tapi, dia bakal percaya sama gue ngga ya?" tanya Leon ragu-ragu.

"Ya, coba aja, Le. Ngga ada salahnya, kan, dicoba," jawab Nadia. "Jadi, hangout sama Karina gimana?"

Leon mendengar nada bicara Nadia yang sedikit kecewa. Ia segera merangkulnya. "Kita tetap pergi, tapi gue cuma sebentar. Lu bisa lanjut senang-senang sama Karina."

Leon kemudian memperhatikan pakaian yang dikenakan Nadia. Tiba-tiba saja dia mendaratkan ciumannya di bahu Nadia. "Baju lu terlalu terbuka, Nad."

"Hei," sergah Nadia sembari menatap Leon.

Mendadak Leon dan Nadia saling tatap. Wajah mereka perlahan saling mendekat. Leon meraih wajah Nadia dengan satu tangannya dan sedetik kemudian bibir keduanya sudah saling berpagutan.

****

*Russian Tea: istilah yang sering digunakan orang Rusia untuk menyebut Vodka.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C49
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk