Unduh Aplikasi
5.94% The Twin Lions / Chapter 28: Welcome Home 1

Bab 28: Welcome Home 1

Leon ikut berseru kegirangan begitu ia melihat kemenangan Aslan dalam video siaran langsung yang diunggah di akun media sosial milik Aslan. Ia tidak menyangka Aslan dapat mengalahkan lawannya dalam waktu yang cukup singkat. Pertandingan itu bahkan belum berjalan tiga puluh menit, tetapi lawan Aslan sudah tidak sanggup untuk bangkit Kembali.

Nadia melirik pada Leon begitu ia mendengarnya berseru kegirangan. Begitu pula dengan penumpang yang lain. Sejenak mereka menoleh pada Leon karena ia berseru cukup kencang sembari berdiri dari tempat duduknya. Menyadari hal tersebut, Leon segera membungkukkan badannya seraya meminta maaf pada penumpang yang merasa terganggu dengan aksinya yang tidak disengaja.

"He wins," gumam Leon pelan sambil menatap ke arah Nadia. Ia menunjuk pada ponselnya yang sedang menampilkan selebrasi kemenangan Aslan sembari kembali duduk di tempat duduknya.

Nadia menanggapi hal tersebut dengan sebuah anggukan. Akhirnya ia tahu alasan dibalik Leon yang tiba-tiba berseru kegirangan. Rupanya Leon sedang menonton pertandingan tinju Aslan.

Leon kembali menatap layar ponselnya dengan tatapan takjub. Kali ini ia melihat foto yang baru saja diunggah ke dalam media sosial Aslan. Di foto tersebut Aslan sedang mengangkat tanganya ke udara sembari tersenyum lebar. Di sekeliling Aslan Nampak orang-orang yang juga ikut merayakan kemenangan Aslan. Mereka ikut mengangkat tangannya sebagai tanda dukungan mereka bagi Aslan.

"Dia bisa jadi Petinju handal. Tapi, kenapa dia malah jadi Petinju jalanan kaya gini," gumam Leon.

Leon kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela pesawat yang sedang ia naiki. Entah ia sedang berada di wilayah udara negara mana. Namun, ia merasa jiwanya sudah sampai di Jakarta dan ia berharap bisa segera bertemu dengan Aslan sesampainya ia di Jakarta.

----

Selesai melalukan selebrasi kemenangannya, Aslan Kembali berjalan ke ruang tunggu. Ia duduk terdiam di dalam ruang tunggunya sembari memandangi kedua tangannya. Ia kemudian menutupi wajahnya dengan tangannya yang masih mengenakan sarung tinju.

Aslan menghela napas Panjang. Satu pertandingan sudah ia menangkan. Namun masih banyak pertandingan lain yang menantinya. Ia tidak tahu lawan seperti apa yang akan menantinya. Ia pun tidak tahu sejauh apa ia sanggup menghadapi setiap pertarungan itu. Apakah lawannya akan mudah dikalahkan seperti tadi atau ia akan menghadapi lawan tidak terduga seperti pertarungannya dengan Ucok tempo hari.

Memikirkan itu semua, membuat Aslan tiba-tiba merasa lelah. "Kapan ini semua berakhir?" pikirnya. Ia kembali menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya.

Tiba-tiba saja pintu ruangn ganti Aslan diketuk dari luar dan Bang Ole masuk ke dalamnya. Bang Ole segera berjalan menghampiri Aslan yang kini sedang melepas sarung tinjunya. Ia menepuk-nepuk bahu Aslan dengan senyum terkembang di wajahnya. "Ngga salah emang gue jadiin lu sebagai salah satu jagoan gue."

Aslan menanggapi ucapan Bang Ole dengan sebuah senyuman simpul.

Bang Ole kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya dan memberikannya pada Aslan. "Bayaran lu male mini."

Aslan segera menerima uang pemberian Bang Ole. "Makasih, Bang."

"Oh, ya. Ngomong-ngomong soal ucapan lu waktu itu, gue udah bikini perjanjiannya." Bang Ole kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya. Kali ini ia mengeluarkan sebuah amplop coklat kecil dan menyerahkannya pada Aslan. "Lu baca aja dulu isinya. Kalo ada yang ngga sesuai, nanti lu kasih tahu gue. Gue ngga mau nantinya lu malah nganggep gue Cuma manfaatin lu doang."

Aslan menerima amplop tersebut dan segera memasukannya ke dalam tas ranselnya. "Nanti gue baca."

"Kalo bisa jangan lama-lama. Bisnis jalan terus, nih," seru Bang Ole sembari terkekeh.

Aslan tersenyum simpul menanggapi ucapan Bang Ole. "Malem ini aman, Bang?"

Bang Ole mengangguk. "Aman. Gue udah bagi-bagi kue."

"Oh," gumam Aslan.

"Ya udah, lu gue tinggal dulu. Masih ada pertandingan lagi." Bang Ole kembali menepuk bahu Aslan sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Aslan sendiri di dalam ruang gantinya.

Aslan menghitung uang pemberian Bang Ole hasil pertarungannya mala mini. Jumlah yang cukup untuk biaya hidupnya selama sebulan ke depan. Ia kemudian segera memasukkan uang tersebut ke dalam dompetnya. Begitu ia merapikan seluruh perlengkapannya, Aslan berjalan keluar dari ruang gantinya.

Tanpa mempedulikan suasana gudang tua yang masih ramai dengan orang-orang yang sibuk bertaruh untuk jagoannya masing-masing, Aslan berjalan meninggalkan gudang tua tersebut dan menuju motornya yang ia parkirkan tidak jauh dari sana. Sesuatu yang tidak terduga tiba-tiba terjadi Ketika Aslan hendak menaiki motornya. Ia tiba-tiba dihadang oleh beberapa orang wanita yang meminta untuk berfoto bersamanya.

Dengan sedikit canggung Aslan meladeni mereka hingga satu per satu dari mereka pergi meninggalkannya setelah selesai berfoto dengannya. Begitu ia kembali sendiri, Aslan segera menyalakan mesin motornya dan bergegas pergi meninggalkan gudang tua tersebut.

---

Di kejauhan seorang pengendara motor yang sedari tadi memperhatikan Aslan, ikut pergi meninggalkan gudang tua tempat Aslan bertarung. Sebelumnya ia menelpon seseorang untuk melaporkan tentang Aslan. Pengendara itu mengikuti Aslan sampai di sasana Bang John. Begitu melihat Aslan sudah masuk ke dalam sasana tersebut, pengendara itu segera pergi meninggalkan sasana milik Bang John.

----

Leon berjalan-jalan di dalam pesawat untuk mengusir kebosanannya. Ia baru menempuh separuh perjalanannya menuju Jakarta. Masih kurang lebih dua belas jam lagi sampai ia akhirnya akan menjejakkan kakinya kembali di Jakarta. Kota kelahirannya yang sudah lama ia tinggalkan.

Leon kemudian mampir ke bar yang ada di dalam pesawat dan memesan sebuah minuman. Pramugari yang ada di bar tersebut dengan ramah menyapa Leon dan segera membuatkan minuman pesanannya.

"Thank you," ujar Leon ketika Pramugari itu menyorongkan gelas berisi cairan coklat keemasan yang ia pesan.

Pramugari itu membalas ucapan terima kasih Leon sembari mengangguk dan tersenyum. Ia kemudian beralih ke pengunjung lain yang duduk di sebelah Leon.

"Kebetulan banget kita ketemu lagi di sini," ujar seseorang yang duduk di sebelah Leon.

Leon segera menoleh dan terkejut mendapati wanita yang ingin dikenalkan ibunya berada di pesawat yang sama dengannya. Leon berdecak pelan. "Kayanya ini bukan kebetulan."

Wanita itu mengangkat bahunya. "Paling, ngga, kali ini kita bisa kenalan. I'm Karina by the way."

"Oke, Karina. Kamu pasti udah tahu siapa saya, jadi kayanya saya ngga perlu memperkenalkan diri lagi," sahut Leon.

Karina tertawa pelan menanggapi ucapan Leon. "Semoga kedepannya kita bisa berteman, karena sepertinya kita akan sering ketemu setelah kita sampai di Jakarta."

Leon mengangguk sembari tertawa pelan. "Saya datang ke Jakarta bukan untuk main-main. Saya datang untuk membantu kalian untuk mengelola kerjasama perusahaan kita."

"Did your mother tells you?" tanya Karina.

"Tell me what?" sahut Leon.

"Tell you that we will work together." Karina menatap Leon sembari mengangkat satu alisnya.

Leon mendengus setelah mendengar ucapan Karina. Ia kemudian meneguk minumannya. Ia tertawa pelan sambil menatap Karina. "Kalau begitu kita harus bekerja layaknya seorang professional. Saya harap kamu ngga akan mencampurkan urusan keluarga ke dalam kerjasama kita."

"Will see," sahut Karina.

****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys

and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.


PERTIMBANGAN PENCIPTA
pearl_amethys pearl_amethys

Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..

Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^

Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C28
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk