"Dear, kalau anak kita lahir kau akan beri nama apa dia?"
Wanita cantik dengan suara lembut tersebut bertanya sendu. Wanita tersebut perlahan membelai perutnya yang kini telah membesar. Di wajahnya yang jelita, tersirat rasa kesedihan yang sangat mendalam. Rambut merahnya terkulai amat lemas di atas Kasur. Disampingnya, seorang pria tampan tersenyum lembut kearahanya. Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut, dia mengalihkan pandangnnya dari wajah sang wanita jelita menuju perut yang membesar.
"Nata, apa kau yakin ingin melahirkan anak ini?" tanya pria tersebut.
"Dear, anak ini adalah bukti cinta terbesarku padamu. Aku tidak akan menggugurkannya, meskipun aku mati!" ucap wanita bernama natalia dengan tegas.
Pria disampingnya hanya mampu tersenyum kecil. Dia tahu, dia tidak berdaya jika sang istri tercintanya telah bertekad. Pria tersebut sangat mengerti akan takdir apa yang akan anaknya kelak beban. Terlahir diantara sebuah larangan adalah pantangan. Anak mereka yang lahir akan menjadi buah dosa dari apa yang mereka lakukan.
"Nata, jangan khawatir! Aku sudah menyiapkan sebuah rencana… semua akan bergantung pada kemampuan anak kita kelak"
"Dear, maksudmu…?" tanya natalia dengan wajah kebingungan.
"jika dia memang manusia biasa, biarlah dia menjadi biasa… tetapi jika dia terlahir dengan bakat, maka dia harus menanggung takdirnya! Seekor anak burung akan menjadi kuat saat induknya meninggalkannya! Jika dia tidak mampu bertahan, dia akan mati… jika dia mampu bertahan, maka dia akan menjadi kuat! Hanya ada dua jalan yang bisa anak kita tempuh, hidup atau mati" ucap tegas pria tersebut.
"tapi, dear… aku… aku tidak mau anak kita… hiks" natalia mulai menangis lemah. Dia tahu hal ini akan terjadi. Meskipun tingkat kultivasi natalia sangat tinggi, dia tetaplah seorang ibu. Saat ini dia hanya wanita lemah yang akan terpisahkan dengan buah hati tercintanya.
"nata… jangan menangis! Percayalah pada anak kita! Jangan kau lupa, dia membawa darah dari keturunan moordenaar dan vechter. Anak kita akan baik-baik saja!"
Natalia masih tetap menangis. Meskipun begitu, dia tetap setuju dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Anak mereka, membawa dua garis darah besar ditubuhnya. Darah dari keturunan suku assassin dan suku petarung. Ditambah dengan tingkat kemurnian darah mereka, siapa yang akan meragukan bahwa dia akan terlahir menjadi orang besar?
Tetapi, justru itulah sumber masalah mereka. Darah dari keluarga kaisar, tidak boleh tercampur. Hal tersebut adalah tabu besar yang akan membawa perpecahan. Natalia Moordenaar, adalah seorang putri mahkota dari suku assassin. Sedangkan pria tersebut adalah seorang putra mahkota dari suku petarung. Demi cinta, mereka menanggalkan kemurnian darah dari suku mereka. Saat anak mereka terlahir, dia akan menjadi pemutus tabu yang telah ada sejak miliaran tahun tersebut.
"dear, apa tidak ada pilihan lain?" tanya natalia degan air mata yang berlinangan.
"maafkan aku nata, hanya ini satu-satunya cara… jangan khawatir, aku akan memasang alat suci pelindung tingkat tinggi padanya!" pria tersebut tersenyum pada natalia yang mulai tenang. Setidaknya, beban natalia telah sedikit terangkat dengan adanya alat perlindungan tersebut. Alat perlindungan tersebut akan aktif saat anak mereka benar-benar dalam bahaya.
"dear, saat anak kita lahir aku juga ingin memberikan salah satu alat suciku padanya…" natalia tesenyum lembut padanya. Melihat suaminya yang rela mengorbankan alat sucinya, natalia tidak ingin berdiam diri. Natalia adalah seorang assassin yang memiliki tingkat kultivasi tinggi, glorius mythic. Dia tahu apa yang akan terjadi jika seseorang memberikan alat sucinya pada orang lain. tingkat kultivasinya akan turun dan dia harus menjalankan hukuman langit selama setahun. Hukuman langit adalah hukuman terbrutal yang ada di dunia tersebut. Hukum ini tidaklah dibuat oleh manusia, tetapi oleh langit sendiri. Jika manusia tersebut lemah, maka dia akan mati secara spontan. Jika melihat kultivasi natalia dan pria tersebut, setidaknya mereka akan menurunkan tingkat kultivasinya menjadi legend dan serangan fisik selama setahun berturut.
"tidak, nata! Biar aku saja yang melakukannya!" tolak pria tersebut dengan tegas.
"dear, aku ingin menjalankan resikonya denganmu…" ucap lemah natalia.
Melihat istrinya yang benar-benar tulus, ia tidak mampu menolaknya. pria tersebut tidak ingin melihat istri tercintanya tersiksa oleh hukum langit. Saat melepaskan alat suci, rasa sakitnya bahkan lebih menyakitkan daripada terbunuh. Ditambah resiko dengan turunnya tingkat kultivasi dan kemampuan fisik, pria tersebut tidak mampu membayangkan penderitaan yang istrinya akan terima. Semakin tinggi tingkat alat suci, maka semakin tinggi pula peluang kematian yang akan diterima. Karena itulah, tidak ada orang yang berani melakukan ritual pelepasan alat suci tersebut.
"baiklah nata, kita akan melakukannya… anak kita memiliki dua darah murni salah satu suku terbesar, kemungkinannya akan sangat tinggi untuk melakukan resonansi dengan tubuhnya. Aku akan memberikan alat suci 'immortality' padanya" ucap pria tersebut dengan senyum yang terpampang di wajah tampannya.
Mendengar nama 'immortality', wajah natalia berseri. Alat suci ini salah satu alat yang sangat sulit untuk dibuat, dan dia akan memberikannya pada anak mereka. Natalia mengangguk dan memikirkan alat suci apa yang akan dia berikan pada anak mereka.
"dear, aku akan memberikan 'blade of despair' milikku" ucap natalia dengan wajah berseri. Kini kesedihan tidak lagi terlihat di wajah cantiknya itu. Dengan perpaduan 'blade of despair' dan 'immortality', itu sudah cukup untuk membunuh manusia dengan kultivasi tingkat master tanpa menggunakan energi dalamnya. Karena 'blade of despair' dan 'immortality' akan menjadi kemampuan bawaan, anak mereka masih memiliki 6 slot alat suci yang kosong.
"nata, apa kau yakin? Blade of despair adalah puncak alat suci yang diidamkan oleh semua orang, bahkan alat tersebut lebih sulit dibuat dari pada 'immortality'! Dan lagi, bagaimana kau akan menjelaskannya pada keluargamu saat alat sucimu menghilang? Kultivasimu akan…" sebelum pria terebut menyelesaikan protes ketidaksetujuannya, jari natalia sudah berada di depan mulut pria tersebut. Ia mengisyaratkan agar pria tersebut berhenti berbicara lagi.
"alat suci… kultivasi… aku tidak perduli dengan semua itu! Aku ingin anak kita selamat, dan kelak kita bisa berkumpul bersama. Baik kultivasi maupun alat suci, seiring dengan berjalannya waktu kita akan memulihkannya! yang terpenting, anak kita bisa bertahan dengan takdir yang akan diterimanya!"
Pria tersebut hanya mengangguk dan mencium dahi istrinya. Dia tidak menyangka istrinya akan rela berkorban banyak demi buah hati mereka. Ia tidak bisa berdiam diri, dia akan melakukan sesuatu agar keluarganya tetap dapat terlindungi.
"anakku… cepatlah datang pada kami…" bisik pria tersebut
End prolog
— Bab baru akan segera rilis — Tulis ulasan