Sirius berjalan menuju kerumahnya. kali ini, ia tak memiliki siapa-siapa lagi. Delta dan Inukai telah mengucapkan selamat tinggal. sekali lagi, Sirius kembali kesepian. orang yg sudah ia anggap kakaknya sendiri itu sudah pergi dan tak ada kemungkinan kalau mereka bisa bertemu kembali. ia harus menjalani kehidupannya seorang diri.
" ini kutu buku payah!"
suara yg membuatnya jengkel itu kembali terdengar. Vic dengan dua orang temannya, William arche dan Oliver gune. mereka bertiga menghadang jalan Sirius dan seperti biasa, menjahilinya.
" kenapa kau bisa masuk ke sekolah itu? bagaimana bisa kau diterima disekolah militer hah?!!" bentak Vic "orang sepertimu tak pantas berada disana!!"
" apa masalahmu?!" jawab Sirius. untuk pertama kali ia membalas bentakan Vic.
" jangan pernah kau menginjakkan kakiku di tempat itu pecundang" ucap William." aku tidak ingin sederajat Dengan mu"
" oh ya? kalau begitu kenapa bukan kau saja yg keluar?" jawab Sirius " kau tak punya hak untuk menghentikan ku"
" a-apa kau bilang?! kau berani mengatakan itu padaku rakyat jelata?!!" bentak William.
" jaga mulutmu Sirius" ucap Vic dengan sinisnya."kau tak berhak mengatakan itu pada kami!!"
Vic memukul wajah Sirius sehingga membuatnya terpental keatas tanah. jujur saja, bagi Sirius itu tak ada apa-apanya dibandingkan latihan yg diberi Delta padanya. tubuhnya sudah terbentuk dan terbiasa menerima hantaman seperti itu.
" dasar yatim piatu lemah!" bentak Vic lagi. " aku yakin orang tuamu mati karena tak ingin melihat anak menyedihkan seperti mu"
" tarik kembali kata-kata mu..."
Sirius mulai terpancing amarah ketika mendengar orang tuanya dijadikan bahan ejekan seperti itu. ia kembali bangkit. kali ini tatapannya terarah tajam ke vic. tanpa Vic sadari, Sirius melesat cepat kearahnya dan melesatkan sebuah pukulan. tapi gerakan Sirius terhenti. ia kembali teringat kata-kata Inukai.
" gunakanlah kekuatanmu itu untuk melindungi orang yg berharga untukmu...orang yg kau sayangi"
kalau sekarang ia menggunakan kekuatan yg diberikan Delta dan Inukai untuk menghabisi orang-orang ini, berarti ia telah menyalahgunakan kekuatannya. ia akan melanggar janji yg dibuatnya.
tepat sebelum pukulan itu mendarat di muka Vic, Sirius membelokkan arah serangannya dengan sengaja. ia sengaja membuat serangannya meleset. walaupun begitu, hawa membunuhnya yg begitu besar itu terasa sangat pekat dan membuat Vic diam tak berkutik.
" k-kau..."
" hahaha, lihat itu, bahkan ia tak bisa memukul dengan benar!!" ejek William." dasar payah.."
" diam!!" bentak Vic. keringat dingin bercucuran di kepalanya. William kembali tutup mulut.
" b-baiklah.."
Vic mundur kebelakang sedikit, menjauhi Sirius yg masih berdiri dengan santai.
" boleh juga...mungkin kau bisa menjadi saingan yg bagus..." ucap Vic " kali ini kau kubiarkan, lakukan sesukamu"
" a-apa kau yakin Vic?" tanya Oliver.
" ayo pergi, aku tak mau buang-buang waktu..." ucap Vic
akhirnya Vic dan rombongan kecil nya pergi meninggalkan Sirius seorang diri tanpa terjadi kekerasan. tapi apa maksud Vic barusan? saingan apa yg ia maksud?
Sirius masih berdiri disana. kali ini ia merasa bangga pada dirinya sendiri. ia berhasil menahan diri dan tak melukai mereka. ia tak melanggar janji yg ia buat.
Sirius kembali berjalan kerumahnya. lagi-lagi tak ada yg menyambut kedatangannya. ia berdiri didepan bingkai foto. memandangi foto dirinya bersama kakak dan ibunya.
" aku berhasil, ibu, kakak..." ucap Sirius lirih." kali ini aku pasti akan membuat kalian bangga..."
[ hari masuk sekolah militer ]
seminggu setelah ia berpisah dengan Delta dan Inukai, akhirnya Sirius resmi menjadi murid sekolah militer kota Barelight. ia berangkat ke kota membawa barang-barang nya yg tak begitu banyak. ia mulai memasuki pekarangan sekolah militer.
sekolah ini memiliki sistem asrama dengan empat orang penghuni di setiap kamar. dan juga dari yg Sirius dengar, sekolah ini menggunakan sistem campuran disegala aspek. sekolah ini memiliki bangunan yg cukup besar dengan halaman yg lumayan luas.
Sirius berusaha mencari namanya di mading sekolah. nama-nama murid yg lulus beserta nomor kamarnya terpanjang disana. setelah mendapatkan nomor kamarnya, ia segera mencari kamar itu.
lima menit mencari, akhirnya kamar tempat ia akan tinggal ditemukan. dipintunya juga terdapat selembar kertas yg bertuliskan nama-nama penghuni kamar.
" fiuh, untung saja aku tak sekamar dengan mereka" ucap Sirius lega ketika melihat kertas tersebut.
Sirius pun segera masuk ke dalam kamar. sebuah ruangan yg tak terlalu besar. cukup untuk empat orang dengan dua buah ranjang bertingkat. setiap orang memiliki lemari penyimpanan sendiri. tapi membuat Sirius tersentak bukan fasilitas itu. didalam kamarnya, ia melihat seorang gadis berambut silver berdiri ditengah ruangan menghadap ke jendela.
" apa ini?! apa jangan-jangan aku salah kamar?!" pikir Sirius.
gadis itu menyadari kedatangan Sirius dan langsung menyambutnya dengan hangat. Sirius terdiam sejenak.
" A-anu...apa kau tinggal dikamar ini?" tanya Sirius canggung. gadis itu mengangguk.
" ya, begitu lah... sekolah ini memiliki sistem campuran...."
" j-jadi ini maksud sistem campuran disegala aspek itu ?" tanya Sirius.
" seperti itulah... sebenarnya aku juga keberatan sih..." jawab gadis itu " lalu, kau pasti juga dikamar ini kan? namaku Envy Lux, siapa namamu?"
" eh.. n-namaku Sirius Invery, salam kenal" jawab Sirius. gadis bernama Envy itu tersenyum manis.
" mohon bantuannya untuk tiga tahun kedepan ya, Sirius"
" m-mohon bantuannya juga, E-Envy..." jawab Sirius malu. tapi ia teringat sesuatu." bukannya satu kamar diisi empat orang? mana yg lainnya?"
" sepertinya mereka belum da....
" aku datang!!!"
seorang pemuda berumur 13 tahun-an, sebaya dengan mereka muncul dari balik pintu. ia memiliki rambut berwarna coklat gelap. dari pakaian dan gaya rambutnya yg acak-acakan itu Sirius bisa tahu, dia berasal dari perdesaan.
" namaku adalah Yugo Arcstone, penyihir terkuat!"
" penyihir terkuat?" tanah Envy " apa yg kau bicarakan?"
" kubilang, aku adalah penyihir terkuat" jawab pemuda yg mengaku bernama Yugo itu lagi.
" tidak ada orang kuat yg memperkenalkan dirinya seperti itu.."
lagi-lagi seorang gadis berambut merah diikat seumuran mereka muncul. mereka semua adalah anggota kamar ini. orang-orang yang aneh. tapi kelihatannya mereka adalah orang yg ramah.
" apa kalian berdua juga dikamar ini?" tanya Envy. Sirius memilih untuk tetap diam. ia memang tak punya teman sebelumnya. jadi ia tak tahu harus bereaksi seperti apa disaat-saat seperti ini.
" ya, benar sekali" jawab Yugo.
" kalau begitu kita semua sudah berkumpul..." ucap Envy. ia terlihat mudah akrab Dengan orang baru." kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai memperkenalkan diri kita masing-masing?"
gadis berambut merah itu terlihat tak setuju.
" memangnya kau ketua kami? menyuruh-nyuruh kami seperti itu?" ucapnya.
" hey itu tidak baik, dia kan hanya ingin berkenalan" Yugo membela.
" i-itu benar, aku hanya ingin mengenal kalian saja kok" jawab Envy " lagipula mulai saat ini kita akan menjadi teman sekamar, bukankah sebaiknya kita saling mengenal?"
mendengar jawaban Envy, gadis berambut merah itu mulai menurut. setelah meletakkan barang-barang, mereka semua duduk diatas ranjang.
" aku yg mulai duluan" ucap gadis berambut merah " namaku Alice Meg, anak pertama keluarga Meg dari kota Endermite. aku memiliki keahlian dalam memanah. tujuanku masuk ke sekolah ini adalah untuk mencapai keinginanku...sekian"
" tujuan yg aneh, keinginan apa itu?" tanya Yugo.
" kau tak perlu tahu" jawab Alice sinis. Yugo mendengus kesal.
" selanjutnya aku" ucap Envy. " namaku Envy Lux, anak tunggal keluarga Lux di kota Barelight. aku memiliki kemampuan sihir, terutama sihir penyembuhan. tujuanku kesini adalah untuk mencari Teman sebanyak mungkin. dan juga aku ingin menjadi seorang Healer yg hebat"
" mencari teman?" gumam Alice. Yugo mendengar gumaman Alice.
" kenapa, ada masalah dengan itu?"
" diamlah, sekarang giliran mu" jawab Alice kesal.
" baiklah, aku maju.." ucap Yugo. ia berdiri dihadapan mereka bertiga Dengan gagah. " namaku adalah Yugo Arcstone. anak terakhir dari dua bersaudara. aku berasal dari desa kecil bernama Nano di wilayah Filtyra. dan seperti yg kukatakan, aku adalah penyihir terkuat. tujuanku adalah untuk menunjukkan kekuatanku ke semua orang!"
anak bernama Yugo itu terlihat sangat semangat. ia selalu mengatakan kalau dia penyihir terkuat, tak peduli apa yg dikatakan orang lain.
" huh, lagi-lagi penyihir terkuat..." keluh Alice
" kenapa kalian tak percaya sih?!" Yugo mulai merasa kesal
" memangnya apa yg bisa kau tunjukkan untuk membuat kami percaya?" tanya Alice
" kepercayaan diri" jawab Yugo polos.
" omong kosong macam apa itu?"
mendengar perdebatan kecil itu, Envy tertawa kecil. tapi sepertinya Alice tak senang ada yg tiba-tiba tertawa tanpa sebab seperti itu.
" apa yg kau tertawakan?"
" tidak..tidak ada kok" jawab Envy. ia kemudian menoleh kearah Sirius " giliran mu Sirius"
" b-baiklah..." jawab Sirius. ia menarik nafasnya, mengumpulkan keberanian nya. " namaku Sirius Invery. aku anak terakhir dari dua bersaudara.aku tinggal dipinggiran kota Barelight. kemampuan ku hanya berpedang. tujuanku... tujuanku adalah untuk mendapatkan kekuatan yg bisa melindungi orang yg kucintai.."
mereka terdiam menyimak perkenalan diri Sirius. Yugo manggut-manggut sendiri mendengar perkenalan singkat itu.
" begitu ya... aku mengerti" gumam Yugo.
" mengerti apanya?" tanya Alice.
" bukan urusanmu"
" cih, menyebalkan"
Envy berdiri didepan mereka semua. ia terlihat seperti seorang pembawa acara yg memulai perkenalan ini.
" baiklah, karena kita semua adalah teman sekamar, kita akan semakin dekat dan saling mengenal" ucap Envy. " itu berarti secara tak langsung kita adalah sebuah keluarga"
" keluarga ya..." gumam Sirius. mendengar kata keluarga membuat ia kembali mengingat kenangan itu.
" hei Sirius, aku tahu kalau kau sudah melalui banyak penderitaan, tapi jangan bilang kalau kau tak memiliki keluarga" ucap Yugo. ia mendengar apa yg barusan dikatakan Sirius.
mereka semua sedikit terkejut, terutama Sirius. ia tak mengatakan apapun tentang penderitaan dan juga keluarga nya. bagaimana anak itu bisa menyadarinya?
" a-apa yang kau katakan?" tanya Sirius. " aku tak mengatakan itu"
" tak perlu mengatakannya, aku bisa mengetahui nya dari respon mu" jawab Yugo. ia mulai menjelaskan " dari ekspresi mu tadi aku bisa melihat kalau kau sudah melalui banyak cobaan untuk bisa sampai kesini..jalan yg kau tempuh sangat curam, salah sedikit saja bisa membuatmu terjatuh dan tak bisa bangkit lagi...kau tinggal dipinggiran kota. tempat itu dihuni oleh para bangsawan dan orang-orang yg keras. kau bukan berasal dari bangsawan dan kau tak terlihat seperti orang-orang yg selalu melakukan kekerasan seperti mereka. artinya kau adalah rakyat bawah yg tinggal di pinggiran kota, karena itu kau merasa canggung dan tak terbiasa di tempat seperti ini. dan juga rakyat bawah sepertimu sering sekali ditindas dan diperlakukan kasar oleh bangsawan yg ada disana..."
"apa itu benar... Sirius?" tanya Envy prihatin. Sirius hanya terdiam mendengar penjelasan Yugo.
"....kau bilang kalau kau hanya memiliki kemampuan berpedang. biasanya orang yg mendalami ilmu berpedang juga mendalami ilmu beladiri. dan disini seorang guru tak akan pernah mengajarkan muridnya setengah-setengah. itu artinya kau terhimpit oleh waktu dan tak bisa menyelesaikan latihan secara sempurna. dengan kemampuan itu mustahil kau bisa diterima disekolah ini. tapi beda halnya kalau ada orang terpercaya yg merekomendasikan mu. kau gugup jika berada didekat orang lain, itu berarti kau tak memiliki kenalan. dan satu-satunya kenalan yg kau miliki adalah gurumu itu. dan dialah orang terpercaya yg merekomendasikan mu..apa aku benar?" tanya Yugo.
Sirius mengangguk pelan." kau benar."
" saat Envy mengatakan kalau kita akan menjadi keluarga kau bereaksi seakan-akan kau pernah memiliki keluarga dan kehilangan mereka. yg berarti kau tak memiliki keluarga seorangpun. dan kau memiliki kenangan yg menyakitkan tentang keluarga. apa hal itu yg membuatmu ingin menjadi kuat dan melindungi semuanya?"
" kau benar!! itu semua benar!!" teriak Sirius. tanpa sadar air matanya kembali mengalir deras. Yugo menghentikan kata-katanya. mereka memandang Sirius prihatin." yg kau katakan benar.... semuanya benar...
" saat Envy mengatakan itu, aku sangat senang... akhirnya aku kembali memiliki keluarga. tapi aku takut kehilangannya. aku takut kalau suatu saat akan merasakan hal itu lagi...aku takut kehilangannya keluarga lagi...
" ayahku, aku bahkan tak tahu seperti apa wajahnya..kakak dan ibuku mati dibunuh monster, bahkan guruku, Delta-san dan Inukai-san pergi meninggalkanku...aku tak memiliki apapun lagi..."
Alice menyikut bahu Yugo. seakan mengatakan " ini salahmu karena berkata panjang lebar" dan membuat Sirius mengingat hal yg menyakitkan.
tanpa diduga, Envy segera maju dan memeluk Sirius Dengan erat bagaikan seorang kakak yg menenangkan adiknya. ia mengelus belakang kepala Sirius pelan-pelan, berusaha menenangkan nya. Sirius terdiam.
" tenanglah Sirius...kami tidak akan pernah meninggalkanmu" ucap Envy lembut.
" tapi tetap saja..."
" Sirius, asal kau tahu...bukan hanya kau yg memiliki perasaan seperti itu...kami semua takut kehilangan keluarga. dan kami akan melakukan apapun untuk melindungi keluarga itu. percayalah, kami tak akan membiarkanmu mengalami hal itu lagi...karena mulai saat ini, kita adalah keluarga.." Yugo ikut berusaha menenangkan Sirius.
" Y-Yugo..."
" hmmm, kurasa kali ini aku sependapat denganmu" ucap Alice.
" tentu saja, aku ini penyihir terhebat"
" yah, mulai lagi..." keluh Alice. ia kembali menoleh kearah Sirius. Envy juga sudah melepaskan pelukannya. " nah Sirius, apa kau sekarang mau bergabung dan menjadi keluarga ini?"
Sirius terdiam sejenak. air menghapus air matanya dan tersenyum hangat.
" ya, tentu saja"
kritik dan sarannya please
by : Kurofuku_Hotaru