Unduh Aplikasi
15.62% JEJAK WAKTU / Chapter 15: BAB 14 PRIA BRENGSEK

Bab 15: BAB 14 PRIA BRENGSEK

Wajah pria yang kukenal, muncul dari balik kereta.

"Kau?!" tanyaku terkejut.

Dia tersenyum sinis. Matanya menatapku dengan kebencian. Ada perasaan was-was melihat hal itu.

"Ayahmu menitipkanmu kepadaku. Jadi hari ini aku akan membawamu pulang." jelasnya.

"Aku menolak!" timpalku marah.

"Aku kesini bukan untuk memberikan penawaran." tegasnya.

Dia memberi aba-aba ke beberapa orang pria dibelakangnya.

Pria ini menakutkan.

Aduh dimanakah Aryo? Bagaimana aku menghubunginya?

Pria-pria itu mendekatiku. Aku mundur. Ada prajurit yang mengajakku tadi, dibelakangku. Pelayan itu hanyalah seorang wanita tua. Dia hanya melihat dengan kebingungan dan ketakutan.

"Kowe matur bendaramu." ucapku dalam bahasanya (Kau bilang ke Tuanmu)

Dia mengangguk.

Aku kembali memandang ke orang-orang itu.

"Tidak perlu memaksaku. Aku akan jalan sendiri." kataku dengan keras. "Aku akan menemui Papa."

"Tuan van Jurrien tidak ada disini. Dia masih di mi. Dia memintaku untuk menjagamu." katanya.

"Aku tidak butuh penjagaanmu." tegasku "Aku akan pulang jika Papa sudah kembali. Jadi sekarang pergi dari sini!" seruku

Aku berpaling dan hendak meninggalkan mereka.

Aryo kemana? Orang-orang sialan ini membuatku takut.

Tiba-tiba salah seorang mencengkeram lenganku.

"Heii!" seruku "Apa yang kau lakukan?!" Lepaskan aku!"

Seseorang yang lain datang untuk membantunya memegangiku yang terus berusaha untuk melepaskan diri.

Mereka terlalu kuat. Kedua lenganku rasanya hampir patah. Sakit sekali. Mereka mencengkeram sangat kuat.

Aku berhenti bergerak. Terlalu sakit.

"Ikat dia."

Aku tidak percaya bahwa aku harus diikat. Aku hanya pernah lihat orang diikat di dalam film.

Aku panik. Aku berteriak, tapi Daniel de Bollan tidak mempedulikanku. Pria sialan itu justru memerintahkan orang-orangnya untuk mendorongku kedalam kereta yang dibawanya.

Aku diculik.

Aku masih belum percaya suatu hari aku menjadi korban penculikan. Selama ini aku berusaha hidup dengan aman dan tidak terlalu turut campur urusan orang lain. Aku sangat jarang berkonflik dengan orang lain. Bahkan mantan-mantankupun masih menjalin hubungan yang baik denganku.

Mereka mendorongku sangat keras. Aku hampir saja terjungkal. Dengan susah payah, aku berusaha menyeimbangkan kakiku. Aku terduduk di salah satu sudut terdalam. Aku meringkuk seperti seorang pesakitan. Daniel masuk mengikutiku dan duduk disampingku. Aku menggeser dudukku menjauhinya, hingga tubuhku benar-benar berhimpit dengan sekat. Aku sudah tidak dapat bergerak menjauh.

Dia menyadari aku menjauhinya. Dia menoleh kepadaku. Pandangannya penuh dengan hinaan. Ditariknya wajahku dengan sangat kasar. Leherku sangat sakit. Dia memaksaku agar wajahku menghadapnya.

"Kau wanita yang paling sombong yang pernah kutemui!" geramnya. "Kau sangat memuakkan."

Aku kesulitan untuk bisa menjawabnya. Rahangku terasa ngilu dalam cengkeramannya.

Pria brengsek! umpatku.

"Kau... jika aku memuakkan, lalu kenapa kau harus peduli padaku?"

"Belum pernah ada wanita yang menolakku selain dirimu." ucapnya sambil menyentakkan wajahku.

Kepalaku terbentur dinding kereta. Membuatku secara reflek mengaduh. Wajahnya tetap dingin. Tidak peduli

Kereta berhenti entah dimana. Tapi ini bukanlah rumahku.

Aku ingin bertanya, tapi aku tidak yakin dia akan menjawab dengan benar. Akhirnya aku memilih diam.

Dia menarikku turun dengan kasar. Mendorongku masuk kedalam rumah itu. Dan membawaku ke sebuah kamar. Dia memerintahkan seorang pria untuk membuka ikatanku.

"Jika kau macam-macam, aku akan mengikatmu kembali!"

Aku memalingkan wajahku untuk tidak melihatnya. Aku muak bahkan hanya dengan melihat wajahnya.

Didepan Papa dia selalu berlaku seperti seorang yang lembut hati. Tapi sebenarnya dia sangat kasar dan arogan.

Setelah itu, mereka semua meninggalkanku dalam ruangan yang terkunci.

Aku tahu Aryo akan mencariku. Tapi apakah dia dapat segera menemukanku?

Bagaimana aku harus memberitahu posisiku dimana? Andaikan ada gps dan aku bisa share lokasi tentu aku akan tenang.

Dua orang pelayan keluar masuk untuk melayaniku. Bahkan aku tidak diperbolehkan keluar untuk ke kamar mandi. Pelayan itu membawakan pispot untukku.

Pria itu benar-benar tidak ingin aku punya kesempatan untuk kabur.

Setelah dua hari, Daniel mengunjungiku. Pria brengsek itu tiba-tiba menjadi sangat baik. Bertanya tentang keadaanku. Tentu saja aku tidak baik-baik saja. Aku tidak tahu bagaimana kabar Aryo. Walaupun aku yakin dia mencariku, tapi bagaimana dia akan menemukanku. Selain itu tempat ini dijaga jauh lebih ketat dibanding rumahku.

Aku merindukannya. Merindukan sentuhannya, wajah tampannya, bibir tipisnya. Merindukan kepolosannya. Dan tentu saja aku merindukan cintanya.

Pria itu beringsut mendekatiku. Aku diam. Dia mulai menyentuhku. Dan tiba-tiba akan menciumku. Aku segera menghindarinya.

"Sampai kapan kau akan menolakku!" serunya penuh amarah, "Kau memilih inlander sialan itu dibandingkan aku?"

Inlanders sialan? Bagiku Aryo lelaki yang luar biasa. Dia begitu muda, tapi dia juga sangat dewasa. Berbicara dengannya membuatku merasa nyaman. Dia begitu memegang janjinya. Dia begitu lurus dengan adatnya. Dia tidak menyentuhku tanpa ijin dariku. Dan dia menolak bercinta denganku, hingga kita menikah. Tentu saja de Bollan ini atau pria mana saja yang sudah kutemui, tidak bisa dibandingkan dengannya.

Aku hanya diam untuk mencegah agar dia tidak semakin marah. Lalu dengan kesal dia meninggalkan kamarku.

Aku lega sekali.

Tapi tak lama kemudian dia kembali masuk ke kamarku. Dia menarikku keatas ranjang. Secara instingtif aku ketakutkan membayangkan apa yang akan dilakukakannya. Aku mencoba berpikir jernih, bagaimana aku bisa lolos kali ini.

Dia menekanku. Dia mencoba mencari-cari bibirku. Aku terus menghindarinya. Aku terlalu jijik untuk bersentuhan dengan bibirnya. Dia mengunci pergelangan tanganku. Aku sulit sekali untuk bergerak. Dia menyobek pakaianku bagian atas. Dadaku telihar hampir keluar.

Ya Tuhan!

Ya, selama ini, aku tidak pernah meyakini adanya Tuhan. Tapi kali ini aku sangat berharap Dia ada yang membantuku lepas dari pria ini.

Dia menciumi pipiku, leherku dengan penuh nafsu. Tangannya mulai menyusur turun. Aku harus melakukan sesuatu. Nafasnya tidak beraturan. Teriakanku justru membuatnya semakin beringas.

Air mataku menitik.

Apakah harus seperti ini nasibku?

Aryo tolong aku! jeritku dalam hati


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C15
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk