Unduh Aplikasi
63.88% Kembang Berbuah / Chapter 23: Kembang Berbuah

Bab 23: Kembang Berbuah

Bagian Duapuluh satu.

Agung membaca perlakuan Herman terhadap Astuti,ia menyimpulkan Herman dan Astuti ada hubungan hati.Herman seperti sedang takut kehilangan Astuti orang dicintainya.Herman menumpahkan segenap perasaan khawatir melihat Asuti terbaring lemas dengan wajah pucat-pasi.Kemudian ia tersenyum ketika Herman menoleh dan menjulurkan tangan untuk bersalaman.

" Bagaimana kabarnya,Kak...", ujar Herman.

Dengan ramah Agung berjabatan tangan.Sebentar saja ia merasa kenal sudah lama dengan Herman ,kemudian keduanya bercakap-cakap.

Evi dan Yudi merasa masih asing melihat Herman ,lalu Evi menghampiri Astuti bertanya," Kak As sudah lama berhubungan dengan lelaki yang sedang ngobrol dengan kak Agung itu ? ".

Mendengar pertanyaan Evi, Astuti tersenyum, ia melihat ke arah Herman sejenak,lalu ia membalas pertanyaan Evi tadi." Sudah...".

" Sejak kapan ? ",tanya Evi penasaran.

" Sejak kamu masih kecil ",jawab Astuti.

Evi ragu, ia menatap Astuti.

" Kamu sudah berkenalan ? ".

" Belum.." jawab Evi malu-malu.Kemudian melihat ke arah Herman,mencoba mengingat mungkin ia pernah melihat Herman.

Ibu Yulinar datang,melihat Herman sedang berbicara dengan Agung,ia tersenyum.Melihat Astuti kondisinya sudah tidak seperti semula hati ibu Yulinar mulai tenang,ia menghampiri dan berdiri disebelah Evi.

" Kata dokter Gunawan apa,Bu ? ", tanya Astuti kepada ibu Yulinar.

" Tidak ada penyakit lain, hanya badanmu terlalu lemah karena terlalu capek sehingga kamu drops ", jawab ibu Yulinar.

" Hanya itu ? ", tanya Astuti.

" Iya ", jawab ibu Yulinar.

Astuti menarik nafas lega,memejamkan mata sejenak.Sesudah itu ia melihat Evi dengan senyum terkembang.

" Tapi kata dokter Gunawan tadi kamu harus rawat inap dua sampai tiga hari ", ibu Yulinar melanjutkan perkataannya.

Jam menunjukan pukul 19.30 Ibu Yulinar,Agung,Evi dan Herman merembug soal siapa yang bersedia menemani Astuti selama menjalani rawat inap.

***

Dokter Irwan memarkir mobil di halaman perkir rumah sakit Persahabatan.Ia ingin membezuk Astuti.Setelah tukang parkir berseru-seru stop stop,dokter Irwan mematikan mesin mobil lalu keluar sambil membawa parsel berisi buah Jeruk,buah Apel, Anggur dan Klengkeng.Wajah dokter Irwan kelihatan gembira.Melangkah dengan penuh keyakinan menuju pintu masuk utama.Ia berjalan menuju ruang kelas perawatan tempat Astuti.Saat akan mendekati pintu ruangan ia merasakan tiba-tiba jantungnya berdebar-debar.Dalam beberapa saat ia mencoba tenang sambil pejamkan kedua mata tapi debaran didadanya dirasakan malah semakin kerap.Ia terus berjalan,semakin dekat ke ruangan ia merasakan kekacauan dalam dirinya.Beberapa suster perawat yang melihat dokter Irwan itu sedang salah tingkah ada tersenyum-senyum,dan ada yang tertegun.

" Mau membezuk pasien, ya Pak ? ", seorang suster perawat menyapa dengan ramah.Tapi dokter Irwan seperti tidak mendengar sapaan tadi, ia terus berjalan menuju ruang kelas perawatan Astuti.

Seorang suster perawat lain keluar dari pintu ruangan perawatan kelas,melihat dokter Irwan sedang kebingungan,ia menyapa." Bapak mau bezuk siapa ? ".

" Bezuk pasien bernama Astuti ", jawab dokter Irwan sedikit gagap.

Suster perawat itu tersenyum,memperhatikan parsel yang dibawa dokter Irwan sekilas." Ibu Astuti di rawat di ruangan ini,masuk saja kalau mau bezuk ",setelah itu suster perawat pergi.

Dokter Irwan memperhatikan kemana pergi suster perawat tadi pergi,sesaat,sesudah itu ia masuk.Ia melihat Astuti tengah berbaring.Meletakan parsel di atas meja setelah itu mendekati Astuti seraya berkata."Selamat sore, dokter Astuti ".

Sambil berbaring Asuti melihat dokter Irwan sudah di hadapannya dengan senyuman yang khas.Melirik ke sebelah kiri sebuah parsel berisi buah-buah segar di atas meja terlihat seperti menggoda." Mengapa dokter repot-repot membawa parsel segala ? ",tanya Astuti.

Dokter Irwan mendekat,lalu menggeser sebuah kursi ke dekat tempat berbaring Asuti,dan duduk."Maaf saya baru bisa bezuk hari ini,kemarin saya sangat sibuk ", ujar dokter Irwan agak gugup.Hatinya tengah berdebar,melihat Astuti cantik dalam berbaring.Ada sesuatu sedang masuk kedalam hati dokter Irwan.Simpatik dan cinta." Sakit apa sebenarnya Anda ? ".

Astuti menceritakan kembali apa yang dikatakan oleh dokter Gunawan." Kata nya sih saya cuma kecapekan ".

" Cuma itu ? ", tanya dokter Irwan.Perlahan-lahan perhatiannya mulai sungguh-sungguh." Saya juga pernah bilang kepada Anda jangan terlalu sibuk,tapi Anda tidak mau menghiraukan...sekarang baru terasa kan ".

Astuti kelihatan malu,teringat ketika sedang diberi saran waktu itu.Sekarang ia berpikir,betapa sangat baik hati dokter Irwan ini." Habisnya dokter sambil bergurau mengingatkannya waktu itu, jadi saya anggap tidak serius ".

Dokter Irwan tertegun mendengar kata-kata Astuti,lalu berkata." Baik lah, ke depan saya akan serius ",ujarnya.Tapi sambil bergurau juga,keinginannya agar Astuti tidak merasa jenuh karena berbaring dan duduk saja selama masa perawatan.

Dalam waktu bezuk itu terkadang dokter Irwan seperti mengambil kesempatan,tanpa diminta ia mengambilkan buah yang diinginkan Astuti dari parsel di atas meja.Kemudian mengupaskan dan tanpa ragu-ragu menyuapi Astuti.Tapi Astuti merasa malu dengan perlakuan seperti itu,ia menolak." Tidak mau ah...saya bisa sendiri ",ujar Astuti.

Dokter Irwan bersikukuh ingin menyuapi.Pada saat itu datang Herman bersama Maiwirman dan Heri.Mereka terkejut melihat dokter Irwan hendak menyuapi Astuti.Tetapi apa yang harus dikatakan ?Pemandangan sekejap tadi mendatangkan perasaan cemburu.Herman tidak banyak bicara,dia sedang berpikir panjang.

Astuti memperhatikan Herman,ada sedikit perubahan sikap mendadak jadi sedikit bicara namun jika bicara sedikit angkuh.Astuti hanya tersenyum melihat Herman begitu rupa bicaranya.Astuti memperkenalkan Maiwirman kepada dokter Irwan.Kemudian kedua nya bersalaman.

" Irwan ", ujar dokter Irwan,matanya menatap tajam bersama senyuman.

" Maiwirman ",sahut Maiwirman.

Setelah bersalaman keduanya bercakap-cakap.Heri berada disebela Maiwirman manggut-manggut saja.Dokter Irwan kelihat banyak bicara.

Astuti meminta Herman mengantar ke kamar mandi,karena ia masih merasakan badannya lemas.Dan Herman memenuhi permintaan itu dengan suasana terpaksa,perasaan cemburu sedang menjadi besar di dalam hatinya.

Sesaat Maiwirman dan dokter Irwan saling berhenti bicara,kedua nya melihat ke arah Astuti dan Herman tengah berjalan pelan menuju kamar mandi,setelah itu keduanya melanjutkan pembicaraan.

Heri berbisik kepada Maiwirman,kemudian pergi keluar.

Astuti memasuki kamar mandi,lalu ia menutup pintu kamar itu.Di luar kamar mandi itu Herman menunggu sambil berdiri bersandar di tembok dekat pintu dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana,menatap lantai.Pikirannya sedang merenung.

" Kata dokter Gunawan besok saya sudah boleh pulang ",terdengar Astuti bicara dari dalam kamar mandi.

Herman tidak menyahut.

" Saya ingin pagi-pagi keluar dari rumah sakit ini,kamu harus menjemput Her, saya marah jika kamu tidak menjemput...".

Herman masih tidak menyahut.Rupanya Astuti sedang menanti suara Herman bicara.Merasa sejak tadi tak ada suara ia membuka pintu dan melongok keluar,melihat Herman Herman sedang termenung.Astuti tersinggung dan ngambek." Mengapa kamu tiba-tiba jadi diam saja !? ",lalu menutup pintu kamar mandi itu.

" Ya. Saya memang sedang melamun karena melihat kamu disuapi buah oleh dokter Irwan ! ", Herman tidak senang." Saya tidak tahu apakah tadi senang atau tidak ".

" Herman ?! ",Astuti tersentak,lalu ia merenung.Terdengar kata-kata Herman menunjukan perasaan cemburunya,membabibuta.Astuti tidak memberi reaksi,ia memilih diam.Dari dalam kamar mandi itu Astuti bisa membayangkan bagaimana dan seperti apa Herman di luar melampiaskan perasaan kesal yang dilandasi cemburu itu.

Setelah suasana di luar terdengar sepi Asuti membuka pintu kamar mandi,melihat Herman masih dalam emosi,sorot matanya begitu tajam.Astuti menarik nafas sejenak,lalu ia berkata : " Sudah marah nya ? ".


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C23
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk