Unduh Aplikasi
98.43% OVERLORD INDONESIA / Chapter 252: Bantuan Tiba

Bab 252: Bantuan Tiba

-Kehilangan kesadaran di sini berarti mati.

Namun, jika dia tetap bangun, hanya masalah waktu. Succulent mungkin akan datang untuk menghabisinya

sendiri.

Dia bertarung dengan baik, mempertimbangkan bahwa dia melawan orang yang berada pada level petualang

dengan peringkat adamantium. Karena berakhir seperti ini, dia tidak ada pilihan selain menyerah pada takdir.

Perbedaan kekuatan sangat jelas.

Namun - dia tidak bisa menyerah.

Bagaimana bisa dia menyerah ?

Climb menggeretakkan giginya seakan mencoba untuk mengancurkannya.

Dia tidak bisa menerima kematian. Dia tidak bisa membiarkan dirinya mati tanpa perintah Renner.

"Ku, guh! Ugh, urk."

Dengan suara geretakan gigi dan teriakan yang dipaksakan yang lebih mirip seperti erangan, dia memenuhi

hatinya dengan kemarahan, hati yang diselimuti oleh luka.

Dia masih belum bisa mati. Dia tidak boleh mati.

Climb memikirkan Renner mati-matian. Hari ini juga, dia ingin kembali ke sisinya-

"Tidak banyak waktu jadi aku harus menghabisimu. Matilah."

Succulent mengarahkan pedangnya ke arah bocah yang mengerang itu.

Itu adalah luka yang fatal; kematiannya hanya masalah waktu. Namun, Succulent memiliki firasat sebaiknya

membunuh dia disini untuk memastikannya.

"..Um, tidak bisakah kita membawanya dengan kita ?"

"Cocco Doll-san, tolong berhentilah. Ada peluang bagus jika sekutu bocah ini akan ke pintu itu. Dan meskipun

jika kita membawanya dengan kita, dia mungkin hanya akan mati sebelum kita sampai di tempat yang aman.

Aku mohon menyerah saja."

"Kalau begitu setidaknya, mari kita bawa kepalanya. Aku akan mengirimkannya ke pelacur itu dengan beberapa

bunga."

"Ya, ya. Jika hanya segitu boleh saja... huh?!"

Succulent melompat ke belakang.

Bocah itu mengayunkan pedangnya.

Bagi seorang bocah yang hampir mati, tebasan itu sangat tajam dan stabil. Saat Succulent memberinya wajah

menghina terhadap perlawanan terakhir dari mangsanya yang menyedihkan, matanya semakin lebar.

Bocah itu bangkit di kakinya dengan menggunakan pedang sebagai penopang.

Itu tidak mungkin.

Succulent, yang telah membunuh banyak orang dan sudah tak bisa dihitung lagi dalam ratusan, sangat yakin

jika serangannya dari beberapa saat yang lalu adalah fatal. Itu adalah luka yang tidak bisa membuat dirimu

berdiri.

Tapi pemandangan di depan matanya terlalu mudah mengkhianati pengetahuan yang sudah dia bangun dari

pengalamannya saat ini.

"Ba-Bagaimana mungkin dia bisa berdiri ?"

Succulent merasa berdebar. Dia benar-benar seperti seorang undead.

Dengan air liur yang mengalir ke bawah dari mulutnya, wajah pucat bocah itu hanya bisa diutarakan sebagai

seseorang yang telah membuang kemanusiaannya.

"Aku...belum...boleh...mati. Tidak...sebelum... membalas...kebaikan...Renner-sama."

Dalam sekejap, nafasnya berhenti di tenggorokan ketika mata mengerikan bocah itu terarah kepada Succulent.

Itu adalah terror. Dia ketakutan oleh bocah yang melakukan hal yang mustahil.

Melihat bagaimana bocah itu sempoyongan di kakinya, Succulent kembali sadar. Apa yang merampasnya

adalah rasa malu. Bagi seorang anggota Six Arms yang ketakutan terhadap seseorang yang jauh di bawahnya,

dia tidak bisa menerima itu.

"Dasar kau brengsek setengah mayat! Matilah!"

Succulent merangsek maju. Dia sangat yakin jika bocah itu akan mati jika dia menusuknya.

Tapi Succulent terlalu sombong.

Melihat mereka secara keseluruhan, tidak diragukan lagi bahwa ada perbedaan luar biasa antara Climb dan

Succulent. Tapi Succulent yang berada dua kelas di dalam ilusionist dan Fencer dan Climb yang hanya berlatih

di kelas Warrior, ketika dibandingkan keduanya dari sudut pandang warrior, tidak ada begitu besar

perbedaannya. Namun, Climb akan berada di atas Succulent. Satu-satunya alasan Climb lebih lemah dari

Succulent adalah karena kehadiran magic. Di dalam situasi dimana dia tidak diperkuat oleh magic, Succulent

adalah yang lebih lemah.

Dengan suara membelah udara, pedang terangkat tinggi dan suara benturan metal dengan nada tinggi yang

terdengar.

Alasan dia mampu menahan serangan dari atas kepala si bocah adalah karena tubuhnya yang sudah mendekati

mati dan gerakannya semakin tumpul.

Keringat dingin mengalir turun dari wajah Succulent. Dia terlalu fokus pada kenyataan bahwa lawannya hampir

mati. Pertimbangan sebelumnya ini benar-benar terbuang.

Sebagai seorang Fencer, Succulent yang terlatih pada bagaimana menghindari serangan musuh, telah

menggunakan pedangnya untuk mempertahankan diri. Sejauh itulah serangan bocah yang diluar dari batas

normal itu terjadi.

-Itu bukan sebuah serangan yang bisa dilakukan oleh manusia yang sudah separuh mendekati ajal.

Pemikiran inilah yang terbersit pada otak Succulent yang gelisah.

Tidak, kecepatan dari pedang si bocah itu semakin cepat daripada sebelum dia terluka.

"Brengsek, ada apa denganmu?!"

Menjadi lebih kuat di tengah pertarungan. Meskipun itu tidak mungkin, Succulent tak pernah melihat sesuatu

yang seperti ini di kenyataan.

Namun, rasanya dia telah memiliki sebuah lapisan sesuatu.

"Apa yang terjadi?! Apakah itu adalah item magic ? Sebuah martial art ?"

Suaranya yang panik terdengar menyedihkan, sangat menyedihkan sehingga sulit dibedakan pihak mana yang

memiliki keunggulan.

Apa yang terjadi dengan Climb adalah sederhana.

Berkat latihan Sebas, fungsi dari otaknya yang melindungi tubuh menjadi tidak teratur.

Dia telah mengalami kematian ketika latihan Sebas. Kegigihannya untuk bertahan hidup menutupi kematian

yang dia hadapi dan seperi sebelumnya, batasan dari otaknya dikeluarkan, memberinya kekuatan manusia super

yang mirip dengan yang kadang-kadang ditunjukkan pada gambaran kebakaran.

Meskipun dia hanya melihat sebuah pukulan selama latihan, tanpa itu, dia akan mati disini tanpa bisa

melakukan apapun.

Succulent menahan pukulan yang kuat dan tiba-tiba terlempar ke belakang dengan jarak yang lebar.

Benturan karena melayang di tanah keluar lewat punggungnya dan menggoncangkan perutnya. Meskipun Chain

Shirt Orichalcum menahan benturan itu, dalam sekejap, udara di paru-parunya keluar dan dia tidak bisa

bernafas.

Apa yang terjadi ? Meskipun Succulent, yang menerima benturan, tidak tahu, jelas sekali bagi Cocco Doll yang

sedang mengamati dari samping.

Dia telah menendang Succulent dengan kakinya. Segera setelah tebasan dari atas kepala ditahan, bocah itu

langsung mengirimkan sebuah tendangan kepada Succulent.

Tidak mampu memahami apa yang terjadi, Succulent cepat-cepat bangun kembali. Bagi seorang Fencer,

menjadi lincah adalah kepercayaan mereka. Berbaring terlentang di tanah adalah hal yang fatal.

"Sialan! Si brengsek ini tidak bersikap seperti prajurit! Tidak kukira kamu bahkan menggunakan kakimu! Kamu

harus tetap dengan petunjuk buku teknik berpedang!"

Succulent bergulung di lantai sambil cepat-cepat bangun dengan suara klik di lidahnya, dia mengeluarkan

kritikannya.

Itu adalah gaya yang berbeda dari apa yang dilatih oleh prajurit. Itu lebih kotor; rasanya seperti melawan

seorang petualang. Itulah kenapa dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya.Sebuah perasaan gusar mengalir di punggung Succulent.

Pertama, dia mengira dia akan menang dengan mudah, oleh karena itu dia cepat-cepat menghabisi si bocah

seperti ini. Namun, sekarang dia bisa merasakan bahwa ketenangannya mulai menghilang.

Succulent menarik nafas dalam saat dia melihat bagaimana si bocah yang dianggap berbahaya pelan-pelan

melemah.

Tampangnya terlihat seperti bentrokan-bentrokan sebelumnya telah membakar api dalam hidupnya. Tidak, itu

mungkin yang sebenarnya. Seperti bagaimana sebuah lilin terbakar cerah sebelum padam, kekuatan itu sama.

Sekarang, dia akan benar-benar mati meskipun jika Succulent hanya menyentuh Climb.

Succulent merasa sedikit lega dan setelah beberapa saat ragu-ragu, akhirnya didominasi oleh kemarahan.

Dia marah pada kenyataan bahwa sebagai salah satu Six Arms, dia telah mengalami kesusahan dengan seorang

prajurit. Juga kepada dirinya yang berpikir itu adalah bahaya. Namun, pertarungan sudah diputuskan. Dia hanya

perlu membunuh Climb dan lari.

Namun--

"-Sudah cukup."

Dia hampir tidak tepat waktu.

Climb yang sedang tergeletak di tanah, wajahnya berantakan karena kotoran dan keringat. Sudah melewati titik

berubah biru dan benar-benar pucat. Meskipun begitu, dia masih hidup. Tapi tertusuk menembus perut adalah

luka yang fatal dan jika dia tidak segera dirawat, dia akan mati dalam hitungan menit.

Brain masuk ke dalam ruangan, tak mampu merasa lega.

Di dalam, ada dua orang pria. Salah satunya terlihat seperti bukan seorang petarung.

"Tidak bisakah kamu membunuh si bocah itu cepat-cepat tanpa memperdulikan pria mencurigakan di sebelah

sana ?"

"Jika aku melakukan itu pria tersebut akan memperpendek jaraknya dalam sekejap dan menghempaskanku

dengan sebuah tebasan. Dia berada di level yang benar-benar berbeda dibandingkan si bocah ini. Aku takkan

bisa menang jika tidak berkonsentrasi penuh dan bertarung dengan segala yang kumiliki. Jika aku

mengendurkan kewaspadaan sedikitpun atau membiarkan otakku berkelana, aku bisa tamat nanti."

-Kalau begitu yang baru saja menjawabku adalah Succulent.

Begitulah Brain memahami. Jelas sekali bahwa dia mirip dengan ciri-cirinya. Sejujurnya, itulah yang dia

pikirkan dulu ketika dia melihatnya dengan sebuah tiruan dan sedang menggenggam belati penuh darah. Tapi

dia sudah memastikannya.

Brain melangkah tanpa bicara sepatah katapun dan menghunus pedang dengan setengah hati dengan tebasan

dari sarung pedang. Tapi Brain hanya menyerang dengan niat untuk memisahkan musuh dari Climb. Dia

melangkah ke arah Climb yang roboh dan menghentikan kakinya di tempat dimana dia bisa melindungi Climb.

"Climb, kamu tidak apa ? Apakah kamu memiliki item untuk menyembuhkan luka ?"


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C252
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk