Nuansa membongkar isi belanjaan Neptunus yang semuanya hanya BH dengan semua ukuran. Ia masih tidak tahu ke mana mereka akan pergi sekarang, dan ia belum bertanya sejak Neptunus menginjak gas sebab ia fokus membongkar BH-BH itu.
"Kau menerimanya?" tanya Neptunus yang menyetir sembari memakan keripik singkong.
"Mau bagaimana lagi? Apa yang akan oran-orang pikir tentangmu jika kau yang memiliki BH-BH ini?"
"Untuk membuat orang-orang tidak berpikir yang aneh-aneh tentangku karena BH-BH itu, maka aku tidak perlu menunjukkan kepada mereka kalau aku punya BH."
"Oh, iya, hehehe."
"Tapi kupikir kau menolaknya. Jika kau menolaknya tidak apa."
"Kau memaksa, jadi yasudah, terpaksa aku mengambilnya."
"Hei, kau menolaknya mentah-mentah semalam, dan aku tidak memaksamu untuk mengambilnya setelah aku membeli semua itu."
"Sebenarnya BH-BHku sudah mulai ada bintik-bintik hitam, jadi tidak masalah jika aku ambil ini."
Neptunus lantas hanya mendengus.
"Yasudah, terima kasih untuk BH-BH ini," ucap Nuansa, ia lantas meraih keranjang keripiknya dan berniat untuk keluar dari mobil itu dengan membawa serta BH-BH yang dibeli Neptunus. Gadis itu tidak sadar bahwa ia sedang berada di mobil yang jalan. Nuansa pun lalu membuka pintu mobil tempatnya duduk dan terkejut setengah mati ketika menyadari bahwa mobil itu sedang dalam keadaan jalan, hampir saja kakinya keluar tadi.
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Nuansa usai menutup pintu mobil itu lagi.
"Sekarang? Sedang mengendarai mobilku sambil memakan keripik singkong ini. Keripik singkongmu enak, aku tidak menduga kalau kau pandai memasak," jawab Neptunus.
"Hehehe, terima kasih, tapi itu buatan ibuku, maksudku, hei! Aku tidak meminta penilaianmu tentang keripik singkong itu! Sejak kapan mobil ini jalan?!"
"Sejak kau memeriksa BH-BH itu."
"Kau mau membawaku ke mana?! Aku harus berjualan!"
"Kau ini pacar sewaanku, jadi aku berhak untuk mengajakmu pergi ke mana saja, aku membayarmu."
"Tapi-"
"Aku akan memperkenalkanmu kepada keluargaku."
"Apa?"
"Aku sudah mengatakannya semalam padamu."
"Kau tidak mengatakannya!"
"Aku mengatakannya! Tapi kau pergi begitu saja!"
"Eh?"
"Sudahlah, lupakan saja. Kau dengar atau pun tidak tentang semalam, aku tetap berhak membawamu ke rumahku bahkan tanpa perjanjian."
"Iya, tapi-"
"Tidak usah khawatir tentang daganganmu, aku akan mengurusnya."
"Oh? Hahahaha."
"Kenapa?" tanya Neptunus seraya mengernyitkan dahinya.
"Tidak ada, kau hanya terlihat seperti anak manja yang selalu di manjakan dengan kekayaan, jadi aku tidak yakin kau mau menjual keripik-keripik itu."
"Hei, aku ini klienmu, bicara yang sopan sedikit."
"Hahaha, ok, ok."
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat.
"Jadi, sehari-hari kau bekerja sebagai penjual keripik singkong?" tanya Neptunus.
"Ya," jawab Nuansa.
"Dan kau tidak terlihat setomboi semalam."
"Oh jujur saja, kau pasti mengukur dadaku."
"Aku tidak pernah menatap dadamu!"
"Semalam, sekali. Itu pun karena tertangkap basah, hari ini pasti kau melecehkanku lagi, tapi kau tidak mengakuinya."
"Aku tidak melakukannya!"
"Aku ragu."
"Kau! Grrrh! Lupakan saja. Jadi, kau punya saudara?"
"Aku anak pertama dan terakhir. Bagaimana denganmu?"
"Aku akan menjelaskan hal itu di rumah, kau akan paham sendiri nanti."
"Hm? Kenapa?
"Kau lihat saja nanti."
Nuansa lantas hanya bisa memutar kedua bola matanya. Mereka kemudian sampai di sebuah mall.
"Kau bilang kita akan kerumahmu?" ujar Nuansa.
"Oh, ayolah. Kau yakin keluargaku tidak akan heran dengan penampilanmu?"
"Alasan saja, pasti dia ingin mencari BH lagi untukku," gumam Nuansa.
"Bilang apa kau?" tanya Neptunus.
"Engh, tidak, tidak ada. Begini saja, tuan Bimasakti, aku suka menjadi diriku sendiri-"
"Tentu saja kau suka menjadi dirimu sendiri, kau terlahir sebagai Nuansa, bukan Selena Gomez, bagaimana pun juga kau harus menjadi dirimu sendiri, kau tidak akan bisa memaksakan dirimu untuk menjadi Selena Gomez."
"Itu dia! Ini aku!"
"Tentu saja yang ini kau, tidak ada yang bilang ini ibumu."
"Argh, diam dulu! Akutidaksukamenjadioranglainkarenaakusukamenjadidirikusendiri, inilahakuyangcaraberpakaiannyabeginikarenaakumemanghanyamemilikilimapasangpakaiandanakutidaksukamengubahcaraberpenampilankukarenaituakansepertimembuatkumenjadioranglainjadikautidakperlurepot-repotuntukmembelikankupakaianyangakanmembuatkeluargamuterpukaudengankukarenaakuakanmenjadidirikusendiridihadapansiapapunakutidakakanpernahmaludengandirikutidakakanpernahmaludengankondisiekonomikudantidakakanpernahmaludengankehidupanku," kata Nuansa dengan sangat cepat dan hanya dengan 1 nafas.
"Jadi intinya kau mau apa?"
"Aku mau kita langsung pergi ke rumahmu saja dan biarkan keluargamu mengenal aku seperti ini."
"Tapi aku tidak bisa menebak pendapat mereka nanti."
"Santai saja, aku hanya pacar sewaanmu."
"Tapi mereka berpikir kalau kau benar-benar kekasihku."
"Tapi kenyataannya?"
"Hah! Terserah kau saja."
"Bagus."
"Baru ini kutemukan gadis yang tidak mau dibelikan pakaian baru." Neptunus kembali menjalankan mobilnya usai menghentikannya saat Nuansa mulai bertanya padanya.
"Karena aku tahu kalau kau juga memiliki niat untuk membeli BH lagi untukku, itu akan sangat memalukan, Neptunus."
"Aku sudah menghabiskan lima ratus ribu untuk membeli BH-BH itu, jadi untuk apa kubeli lagi BH untukmu?"
"Lima ratus ribu?
"Ya!"
Nuansa hanya bisa meneguk ludahnya ketika mendengar pengakuan Neptunus barusan.
"Kenapa?" tanya Neptunus.
"Engh ... Hahaha. Aku hanya terkejut karena kau menghabiskan lima ratus ribu untuk membeli BH-BH ini, sedangkan maksimal pendapatanku sehari saja hanya mencapai seratus dua puluh ribu," jawab Nuansa yang sedikit malu untuk mengungkapkan hal itu kepada Neptunus.
Neptunus tersenyum mendengar Nuansa mengatakan semua itu. "Kenapa kau terlihat malu untuk mengatakan hal itu barusan? Kau bilang kau tidak akan pernah malu dengan kehidupanmu. Kau tahu? Kau sangat keren. Tidak peduli berapa Rupiah yang kau dapatkan perhari, aku hanya menilaimu dari usahamu. Kau luar biasa sebagai seorang gadis. Aku bisa dengan cepat memahami kehidupanmu, dan aku saja ragu bisa bertahan jika aku berada di posisimu."
Nuansa terdiam sesaat mendengar pujian dari Neptunus barusan. "Terima kasih," ucapnya sembari tersenyum.
"Kau tidak seburuk yang aku pikir ternyata," lanjutnya.
"Well, aku sedang mengasah bakat aktingku sebenarnya. Kau paham kan? Kalau kita harus benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih di hadapan orang banyak, dan itu namanya akting, aku sedang melatihnya sekarang," ucap Neptunus.
"Maksudmu, yang kau katakan tentangku itu hanya pura-pura?!"
"Tidak juga."
"Humph! Kau mungkin seburuk yang aku pikir," dengus Nuansa.
"Hahahaha. Ngomong-ngomong, kenapa kau memasang tarif dua ribu saat membuka tawaran? Apa itu hanya trikmu agar kau bisa membuka lelang?" tanya Neptunus.
"Kau rasa?" Nuansa bertanya balik.
"Hahaha, seorang pedagang memang punya banyak trik bagus."
"Dan kenapa kau mau ikut lelang dan memasukkan harga lima juta?"
"Aku hanya bermain-main sebenarnya."
"Maksudnya?"
"Aku hanya ingin menguras uang orang-orang yang ikut perlelanganmu, kupikir ketika aku memasukkan harga lima juta, bakal ada yang menawar lebih tinggi lagi, sehingga uangnya bisa terkuras karena permainanku, hahaha."
"Syukurlah karena akhirnya tidak ada yang menawar dengan harga yang lebih tinggi."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku? Eh? Hei! Jangan berpikir yang aneh-aneh kau!"
"Hahaha, tidak apa-apa jika kau benar-benar menyukaiku, aku akan membuka pintu hatiku untukmu."
"Huek."
"Hei!"
"Maksudku, aku akan memikirkannya."
"Sebenarnya ucapanku tadi hanya akting."
"Bisa kubaca, karena aku juga berakting."
"Hahahaha." Mereka berdua lantas tertawa bersama.
"Hahah, aduh. Tapi, bagaimana jika kita tidak akting?" celetuk Neptunus, keduanya terdiam sesaat setelah Neptunus mengucapkan hal itu.
"Tunggu, apa?" kata Nuansa
"Eh? Apa?" Neptunus salah tingkah.
"Maksudmu ..."
"Tidak, tidak, lupakan saja. Hei, lihat! Kita sudah sampai," ucap Neptunus.
"Wow, ini rumahmu?" tanya Nuansa yang terpukau melihat mansion Neptunus.
"Ya. Selamat datang di istanaku."
Kira kira sambutan keluarganya Neptunus ke Nuansa gimana, ya?