Unduh Aplikasi
47.16% My Doctor is My Husband / Chapter 25: BAB 23

Bab 25: BAB 23

Hari ini hari yang sangat begitu melelahkan bagiku, seorang gadis yang mereka bilang aku gadis kecil.

Aku sama sekali tidak menganggapi hal itu karena memang.

Kamu sudah tiba di Jakarta dan perasaanku kini sudah mulai lebih baik.

Aku kembali kerumah dan kamarku yang sangat Kurindukan selama aku berada di Bandung.

Tapi sedikit kekesalan yang terjadi saat ini adalah ketika hal yang Kurindukan harus dihilangkan.

Baru saja aku akan tidur dengan enjoy di kamarku yang sangat sejuk, aku harus pindah ke rumah Bang Ilyas yang katanya itu juga adalah rumahku.

"Ayi kamu mau kemana??"

pertanyaan itu membuat langkahku sontak terhenti tepat di depan pintu rumah.

"ya aku mau masuk lah!! mau istirahat di kamar!!" ucapku sedikit santai.

"mulai sekarang kamu itu tinggal di rumah suami mu!!" ucap kak Bagas.

Aku sedikit tertawa mendengar ucapan kak Bagas."kakak bercanda yah??!" ucap ku sambil menunjuk kearahnya.

Kupikir dia bercanda tapi ternyata tidak, jujur itu membuatku sangat terkejut.

Bagaimana mungkin aku akan tinggal disana sedangkan aku lebih suka tinggal dirumahku sendiri daripada tinggal dirumah mereka.

Aku sama sekali tidak mengerti tentang pernikahan, pernikahan macam apa yang telah kulakukan?.

Kenapa setiap mereka yang telah menikah harus tinggal di rumah suami mereka padahal mereka punya rumah sendiri.

"Ayi! setiap orang yang telah menikah harus menerima kenyataannya bahwa setiap seorang istri harus ikut bersama suami mereka, harus patuh pada suami, apapun yang diinginkan oleh suami kamu itu harus kamu penuhi!"

Jantungku berdebar begitu kencang dan kucoba untuk menetralkannya. kutatap kak Ilyas yang kini mengeluarkan barang-barang dari mobil.

Dia menatapku sambil tersenyum manis dan membuat hati kecilku mengembus gembus.

"Ayi kamu nggak ikut sama kak Ilyas?"

Pertanyaan dari Kak Arisa membuat sontak kaget, aku memejamkan mataku dan ku coba menetralkan debaran jantungku.

Perasaan seperti ini tak pernah kurasakan sebelumnya, tapi entah mengapa bisa aku menjadi seperti ini.

Ya Allah, apa ini? kenapa? ada apa dengan jantungku? bagaimana mungkin jantung ini bisa berdetak begitu kencangnya? Ya Allah kau maha tau segalanya yang terbaik bagiku.

Aku masuk kedalam rumahku dengan perasaan aneh, aku masih berpikir kenapa baru sekarang aku merasa seperti ini? Saat kemarin-kemarin tidak padahal kemarin aku dan dia semakin dekat tapi kenapa baru sekarang terasa aneh..

Kubuka knop pintu kamarku dengan pelan kududuk diatas ranjang ku dengan perasaan hati yang tak henti-hentinya bertanya-tanya.

"Assalamualaikum"

ucap kak Arisa.

"waalaikumsalam kak masuk!" ucapku mempersilahkan.

Kak Arisa duduk disampingku dan menggenggam tanganku dengan wajahnya yang begitu lemas.

Matanya meneteskan tetesan air yang jatuh dan membasahi pipinya.

"kak! kak Ari kenapa ko nangis terus??" tanyaku.

Dia hanya menatapku dengan tatapan seperti tak percaya apa yang terjadi padaku saat ini.

kembali aku bertanya."sebenarnya kakak kenapa? semenjak Abi sakit kakak jadi lebih sering nangis? kenapa kak? apa jangan-jangan kakak suka sama kak Ilyas??"

ucapanku sontak membuat wajahnya berubah dia menatapku dengan tatapan tajam dan membuatku semakin bingung.

"kamu kok bisa berpikir seperti itu?"

Aku menatapnya jengah heran, kugelengkan kepalaku menatapnya tak percaya jika dia cemburu padaku.

"nggak ada yang mengerti perasaanku, nggak ada yang bisa ngerasain apa yang aku rasain saat ini! nggak ada Yi!! nggak ada!!" ucapnya dengan sedikit emosi.

Dari ekspresi wajahnya dia sangat kecewa padaku tapi aku sama sekali tidak mengerti maksudnya.

Kutanya dia ada apa? dia tidak menjawab.

Kucoba pancing dia dengan mengatakan bahwa dia suka sama kak Ilyas! tapi dia tidak menjawab bahkan dia menyanggahnya.

Aku seperti bersalah tapi tidak salah.

Pembicaraan kami terhenti ketika kak Bagas datang dan mencairkan suasana yang sedari tadi hanya ada ketegangan.

Kutatap dengan baik kakakku Arisa yang kini mencoba menyembunyikan tangisnya dari kak Bagas dengan tertunduk dan berlari kecil keluar dari kamar.

Itu membuatku semakin bingung dan bukan cuma aku tapi kak Bagas pun juga begitu.

"kak Ari kenapa Yi?? kamu apain dia??" ucap kak Bagas sedikit nada candaan.

"enggak tau!! tiba-tiba aja dia nangis!! aku nggak apa-apain kok!! aku gak ngerti dia kenapa!! kadang-kadang dia baik kadang-kadang juga dia kayak gitu!!" ucapku sedikit nada sendu.

"udah lah biasa itu mah!! faktor kelamaan jomblo!!!" ucap kak Bagas dengan nada bercanda.

"nggak boleh kayak gitu tau!!" ucapku dengan nada kesal.

kak Bagas menatapku dengan senyuman manisnya dan membuat hatiku sedikit tenang.

"kamu dipanggil tuh sama Your Husband!!" ucapnya sambil tertawa.

hatiku semakin tak tenang perasaanku bergebuh gebuh.

Tapi aku harus apa ini adalah konsekuensinya jika aku menikah di usia remaja dan bahkan belum tau apa itu pernikahan.

Jazakilla Khair 😊


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C25
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk