Unduh Aplikasi
38.46% 90th Days (Stockholm Syndrome) / Chapter 5: Part 5

Bab 5: Part 5

44 Hari lalu

Baekhee tidak tahu hidupnya kadepan akan seperti apa, gadis itu sadar jika hidup seperti ini tidak ada tujuan pasti. Setiap hari gadis itu hanya menggoda Chanyeol hingga berakhir pasrah saat laki-laki itu menyetubuhinya tanpa ampun. Baekhee melupakan kehidupan nyatanya, gadis itu melupakan semuanya dan hanya berfokus pada satu orang yaitu Park Chanyeol yang saat ini keberadaanya entah di mana.

Tiga malam lalu, laki-laki itu memintanya menunggu, andai Chanyeol tahu, Baekhee akan menunggu tanpa diminta, tapi yang membuat gadis itu gelisah adalah laki-laki itu tidak memberi tahunya barang sedikitpun perihal kepergianya malam itu.

Baekhee menoleh cepat saat pintu terbuka dan menunjukan wajah laki-laki yang menghilang sejak berhari-hari lalu itu. Wajahnya terlihat kusut dan sedikit tercium aroma alkohol dari nafasnya.

"Haah" Chanyeol menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur dan merentangkan kedua tanganya.

"Oppa aku merindukanmu" 

Baekhee merangkak di atas tubuh Chanyeol dan duduk tepat di atas perut laki-laki itu, kemudian menanggalkan kaus kebesaran milik Chanyeol yang selalu gadis itu pakai jika si pemiliknya tidak ada hingga menyisakan pakaian dalam yang membuat Chanyeol pusing luar biasa. 

"Gadis nakal, kau menggodaku?"  Chanyeol menjepit hidung gadis itu dan mencoba tidak tergoda dengan pemandangan di depanya "...astaga, siapa yang memberikan pakaian dalam seperti ini padamu?" Chanyeol melihat gadis itu menggunakan bra renda berwarna hitam dan g-string dengan warna serupa.

"Kau yang memberikanya Oppa"

"Benarkah?"

Chanyeol tidak terlalu mengingat apa yang dia belikan, demi Tuhan, Chanyeol hanya menekan apapun yang ada di situs belanja online, dan  semua barang yang dia pesan akan di kirimkan ke alamat Junmyeon dan mengatas namakan Irene.

"Kau pergi kemana tiga hari ini? Aku benar-benar merindukamu" Baekhee menyandarkan kepalanya di dada kali-laki yang dia duduki.

"Baek"

"Hn?" Baekhee mengangkat kepalanya saat Chanyeol memanggilnya dengan nada melemah.

"Jika kau harus memilih antara aku dan orang tuamu, mana yang akan kau pilih" Baekhee hanya mematung saat Chanyeol mengatakan itu, wajahnya terlihat tegang. Demi apapun Baekhee tidak lagi memikirkan pulang ke rumah, gadis itu seolah menemukan dunianya dan melupakan semuanya.

"Baiklah, tidak usah kau jawab, aku hanya berandai" Chanyeol mengalihkan dengan cepat. Laki-laki itu tahu jika itu adalah pilihan sulit untuk Baekhee mengingat dia akan terus menangis jika Chanyeol menyuruhnya untuk pulang.

Chanyeol tersenyum melihat wajah Baekhee yang tidak lagi tegang saat Chanyeol tidak memperpanjang pembicaraan itu.

"Apa kau begitu menyukai saat kita bercinta?" Chanyeol bicara asal, tapi reaksi gadis itu di luar dugaan, kepalanya mengangguk dan wajahnya tersipu "...astaga, kau jujur sekali gadis kecil"

"Oppa" Baekhee menggoyang-goyangkan pinggulnya.

"Apa kau sedang menggodaku?"  Chanyeol memegang pinggul gadis itu agar tidak bergerak liar dan memicu ereksinya "...aku dalam pengaruh Alkohol asal kau tahu" chanyeol mengangkat gadis itu dan mendudukanya di atas kasur.

"Aku tahu, tapi kau tidak mabuk" gadis itu merebahkan tubuhnya dan memeluk tubuh Chanyeol possesif.

"Astaga, apa yang sudah aku lakukan pada gadis polos sepertimu" Chanyeol mengacak poni Baekhee yang mulai mengusak wajahnya di ketiak Chanyeol.

"Kau sudah menjeratku hingga aku tergila-gila padamu, dan--" Baekhee mengangkat wajahnya kembali dan menatap Chanyeol dan tersenyum malu.

"Dan?"  Chanyeol menatap gadis itu intens hingga pipi gadis itu bersemu merah"...wajahmu merah, kau gadis kecil yang mesum" Chanyeol tertawa.

"Itu karenamu" Baekhee memukui dada Chanyeol, kemudian menutupi wajahnya yang sudah sangat merah.

Setelah puas tertawa, Chanyeol bangkit dan menanggalkan pakaian atasnya, Baekhee terduduk di tepian tempat tidur, gadis itu tahu Chanyeol lelah dan ingin membersihkan diri.

"Mau mencoba phone sex denganku" Chanyeol menjepit hidung Baekhee sekali lagi.

"Oppa!!!"  wajah Baekhee kembali memerah.

'Ahh ini menyenangkan, menggodanya sampai wajah nya memerah, dia cantik, dan aku sudah jatuh cinta padamu gadis kecil, entah sejak kapan. aku ragu saat berkali-kali jantungku kau buat berdetak tidak karuan, tapi saat ini aku yakin, jika aku mencintaimu'

"Ah ya, kita bisa mencobanya jika aku berada di luar" 

"Oppa! Hentikan, aku malu"

"Tapi kau terlihat lebih cantik saat wajahmu memerah seperti itu" teriak Chanyeol sesaat sebelum, tubuhnya menghilang di balik pintu kamar mandi.

.

.

.

Setelah lebih dari 30 menit membersihkan diri, Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan liltan handuk di pinggangnya. Laki-laki itu melihat Baekhee sudah menggunakan kembali kaus miliknya yang kebesaran di tubuh mungil gadis itu, wajah gadis itu tampak tidak bersahabat, jika biasanya Baekhee akan menyusup masuk saat Chanyeol mandi, gadis itu tidak bergeming di tempatnya, jika biasanya gadis itu akan menarik handuk yang melilit di pinggang Chanyeol, kali ini Baekhee terlihat tidak tertarik sama sekali, pandanganya hanya terpaku pada ponsel Chanyeol dan memainakn beberapa permainan.

Biasanya aroma segar dari laki-laki brengsek itu membuatnya selalu menggila, tapi kali ini gadis itu hanya menatapnya datar. Chanyeol tidak mengerti di mana letak kesalahanya, apa dia terlalu lama meninggalakan Baekhee? Tapi laki-laki itu tetap tak acuh dan memakai pakaianya dengan santai, kemudian mendekati gadis itu untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Mau bercinta atau aku ajak ke suatu tempat?"

Alih-alih menanyakan apa yang terjadi, Chanyeol justru memberikan dua opsi yang membuat gadis itu menghentikan permainanya di atas layar ponsel, melemparnya dan berbalik memunggungi laki-laki itu.

"Aku tidak mau dua-duanya" Baekhee mengatakanya sambil memunggungi Chanyeol yang merebahkan diri di belakang gadis itu.

"Kau marah?" Chanyeol mengecup pundak gadis itu.

"Aku takut kau meninggalkanku lagi jika kita pergi" Baekhee tanpa berbalik.

"Bagaimana dengan opsi yang satu nya?" Baekhee menggeleng keras, ini aneh "...hei sayang, apa kau marah?" Chanyeol memeluk Baekhee dari belakang dan membenamkan wajahnya di leher gadis itu, Chanyeol mencium dan mengecup leher mulus Baekhee.

"Tidak!" 

"Lalu?" Chanyeol masih tidak tahu letak kesalahanya di mana hingga Baekhee bersikap seperti ini.

"Aku takut kau meninggalkanku jika kita pergi, lalu opsi satunya--" suara gadis itu terdengar seperti hendak menangis.

"Kenapa?"

Chanyeol penasaran karena gadis itu tidak langsung ke inti.

"Aku--aku datang bulan" Baekhee menangis setelah mengatakanya.

"Kenpa harus menangis? Bukankah itu hal wajar" Chanyeol tidak mengerti dengan pemikiran gadis itu.

"Tapi aku menginginkan Oppa" Baekhee berbalik dan mendusal di dada Chanyeol, dan mengusak-usak wajahnya.

"Astaga, kau benar-benar gadis kecil yang mesum" Chanyeol terkekeh dengan tingkah gadis itu.

"Milikku masih di tempatnya sayang" mendengarnya, Baekhee bertambah kesal dan memukul-mukul dada laki-laki brengsek itu "...baiklah, aku akan memelukmu hmm? Sekarang sebaikya kau tidur"

'Apa aku bisa melepaskanya kelak? Ini membuatku gila, melihatnya menangis di taman bermain saat itu membuat hatiku sakit. Saat melihat mereka terkapar tidak bernyawa aku sanggup, tapi melihat gadis ini menangis, hatiku sangat sakit, haruskah kami berdua mati saja agar bisa bersama?'

"Jangan menangis"

Baekhee masih menangis, walaupun hanya isakan-isakan kecil.

"Apa kau tersiksa?" Baekhee mengangkat kepalanya dan menatap wajah laki-laki itu.

"Mudah saja buatku, aku tinggal menyewa perempuan--" Chanyeol menghentikan kalimatnya saat Baekhee memukul bibirnya saat mengatakan hal yang gadis itu benci.

"Aku--" lagi, Baekhee memukul bibir Chanyeol yang tidak jarang membuatnya mendesah.

"Apa yang kau lakukan di luar selama tiga hari?" Baekhee mulai tenang dan kembali mencari kenyamanan di pelukan Chanyeol.

"Aku pulang ke rumah" Chanyeol memejamkan matanya walaupun tidak tertidur.

"Rumah?"

"Mansion itu, itu rumahku sebelum aku meninggal"

"Ah Tuan Alden" Baekhee paham "...kenapa kau tidak mengajakku?"

"Aku di sana hanya sebentar, aku berada di Jepang selama 2 hari untuk pekerjaan" Chanyeol masih memejamkan matanya.

"Oppa, apa kau masih--"

"Tidak, aku hanya melakukan pekerjaan kecil" Chanyeol memotong kalimat Baekhee, laki-laki itu seperti tahu apa yang akan gadis itu katakan.

"Apa uangmu banyak?"

"Sangat banyak, bahkan perusahaan ayahmu saja bisa aku beli" Chanyeol masih memejamkan matanya.

"Ayah?" lirih Baekhee "...aku merindukan Ayah"

"Baek" Chanyeol membuka matanya dan menunduk untuk melihat gadis di pelukanya yang juga menunduk dalam.

"Tapi aku lebih membutuhkan Oppa" tiba-tiba gadis itu mengangkat kepalanya dan tatapan keduanya bertemu. Sesaat keduanya beradu pandang dan membuat laki-laki brengsek itu sedikit salah tingkah.

"Ini belum tengah malam, apa kau mau makan sesuatu?" Chanyeol mengalihkan pembicaraan dan melepas pelukanya.

"Aku tidak makan di atas jam 8"

Keduanya bangkit dan duduk di atas tempat tidur.

"Benarkah?" Chanyeol merasa itu tidak benar "...tapi kau sering meminta makanan saat tengah malam"

"Aku? itu perasaan Oppa saja"

Chanyeol mengangkat kedua bahunya, laki-laki itu mengalah.

Setelah beberapa saat, akhirnya Baekhee berubah pikiran dan menarik-narik Chanyeol yang mulai terlelap. Gadis itu kelaparan dan mengajaknya keluar membeli sesuatu, entah apa yang gadis itu inginkan hingga keduanya berjalan cukup jauh. Baekhee menolak naik mobil, karena awalnya mereka tidak akan berjalan jauh, tapi kenyataanya, mereka berjalan lebih dari 30 menit.

Baekhee duduk di depan sebuah minimarket, sedangkan Chanyeol membeli beberapa minuman dan makanan ringan yang Baekhee minta.

Mata Baekhee menangkap pemandangan yang membuatnya tersenyum lebar, gadis itu melihat sepasang suami istri yang turun dari taxi sambil menggendong anak balita. Keduanya terus saja menggoda anak itu yang berada di gendongan ibunya, anak itu terkikik geli saat ayahnya mengelitiki perut dan kakinya.

"Apa menyenangkan? Bayi itu sangat lucu" Baekhee melihat pasangan itu melintas di hadapanya "...aegi-ya~" Baekhee malambaikan tanganya saat anak itu melihat ke arahnya dan tertawa.

"Ahh aku jadi ingin punya anak, andai--"

'Plak'

Baekhee merasakan seseorang memukul belakang kepalanya, bahkan Baekhee belum menyelesaikan kalimatnya.

"Oh? Halmeonie kenapa kau memukul kepalaku, apa salahku?" Baekhee protes pada seorang wanita tua yang memukul kepalanya.

"Kau anak sekolah, berani-beraninya mengatakan ingin punya anak" nenek tua itu berkacak pinggang di hadapan Baekhee"...tumbuhlah dewasa dan menikah, lalu kau bisa membuatnya sendiri" nenek itu menceramahi Baekhee yang tidak sengaja mengatakan jika dirinya ingin punya anak, apa salahnya? Gadis itu hanya berandai.

"Ya! Halmeonie apa masalahmu? lagi pula aku bukan anak sekolah, aku sudah dewasa" Baekhee tidak terima.

"Dewasa pantatmu! pulang sana ini sudah larut malam, apa-apaan anak jaman sekarang, sudah hampir berganti hari masih saja berkeliaran, aigo!" nenek itu menghardik Baekhee dan berlalu begitu saja.

Baekhee hanya menganga melihat kelakuan nenek tua itu yang pergi tanpa rasa bersalah karena sembarangan memarahi orang.

Chanyeol berdiri tidak jauh dari gadis itu, laki-laki itu terlihat sedang menahan tawanya saat Baekhee di hardik oleh seorang nenek tidak dikenal.

"Kau tertawa?" Baekhee melihat Chanyeol terkikik.

"Tidak" laki-laki itu mengelak.

"Ish! mana makananku?" gadis itu mendengus kesal kemudian meminta makanan yang dia pesan pada Chanyeol.

"Bukankah kau mengatakan jika kau tidak makan di atas jam 8 malam?"

"Ah! semua orang membuatku kesal!" gadis itu bersungut-sungut dan meninggalakan tempat itu begitu saja, sesekali gadis itu melihat ke belakang, melihat laki-laki itu yang berjalan mengikutinya.

"Apa!?" Baekhee memasang wajah kesal saat menoleh ke arah Chanyeol.

"Baekhee!!!"

Chanyeol refleks menarik gadis itu hingga jatuh ke pelukanya. Bukan hal romantis yang Chanyeol lakukan, laki-laki itu hanya melindungi gadisnya saat seorang pengendara sepeda motor hampir saja menyerempet tubuh Baekhee.

"Oppa--Oppa" Baekhee gemetaran di pelukan Chanyeol.

"Ayo kita pulang" Chanyeol menatap tajam pada sepeda motor yang sudah menjauh.

'Plat nomor itu, sepertinya bukan kali ini saja aku melihatnya, apa orang itu mengawasi kami?'

Berterimakasihlah laki-laki itu pada kacamata yang selalu dia gunakan jika pergi bersama Baekhee, karena laki-laki itu bisa melihat sedikit lebih jelas dan berhasil membaca plat nomor kendaraan yang hampir mencelakai gadisnya.

"Oppa" Baekhee masih gemetaran, gadis itu hampir merosot, Baekhee masih shock.

"Naiklah ke punggungku"

Baekhee hanya menurut dan berakhir di gendongan Chanyeol. Baekhee sedikit lebih tenang saat Chanyeol mulai melangkah kan kakinya menuju tempat tinggal mereka.

Chanyeol merasakan Baekhee mulai melemas dan menyandarkan kepalanya di pundak lebar Chanyeol.

15 menit lamanya laki-laki itu berjalan hingga sebuah sedan mewah berhenti tepat di sampingnya.

"Tuan, maaf aku terlambat" seorang laki-laki dengan stelan rapih keluar dan membungkuk pada Chanyeol.

"Tidak apa" Chanyeol melarang saat laki-laki itu berusaha membantunya yang mungkin kesusahan karena menggendong seorang gadis "...biar aku saja, kau hanya fokus menyetir"

Chanyeol mendudukan tubuh Baekhee dan disusul dirinya. Chanyeol mengangkat tubuh mungil itu untuk dia pangku dan memeluknya sepanjang perjalanan.

"Maafkan saya" laki-laki itu sudah memposisikan dirinya di depan kemudi dan bersiap mengantar Tuan nya.

"Hm"

Chanyeol menjawab seadanya, pikiranya masih tertuju pada pengendara sepeda motor itu.

"Bawa aku ke rumah" perintah Chanyeol.

"Baik Tuan"

.

.

.

43 Hari Lalu.

Baekhee membuka matanya perlahan, suasana kamar itu tampak berbeda dengan tempatnya tinggal bersama Chanyeol selama ini. Baekhee menatap sekeliling tempat itu yang dipenuhi barang-barang dan interior yang mewah, juga ruangan itu sangat luas, mungkin ukuranya dua kali dari kamar tidurnya di rumah.

"Oppa?" Baekhee mengusap pipi Chanyeol yang masih tampak terlelelap.

"Ini masih pagi Baek" Chanyeol masih terpejam.

"Ini dimana?" Baekhee lagi, gadis itu penasaran.

"Rumah" jawab Chanyeol sambil memeluk tubuh mungil Baekhee.

"Rumah?"

"Mau bercinta? Ini tempat yang bagus, kau bisa berteriak sekeras apapun, orang lain tidak akan mendengarnya" Chanyeol mengatakanya dengan mata terpejam.

"Ish! Mesum!" Baekhee memukul bibir nakal Chanyeol dan membuat laki-laki itu tersenyum menahan tawanya.

"Kenapa kita berada di sini?" Baekhee menuntut penjelasan.

"Kau tidak takut padaku?"

"Takut? Untuk?" Baekhee tidak mengerti apa yang Chanyeol maksud. Bukan menjawab, laki-laki itu justru menanyakan hal seperti itu.

"Ini rumahku, apapun bisa terjadi jika aku menghendakinya" Chanyeol membuka matanya dan menatap tajam ke manik mata gadis itu.

"Eih jangan bercanda" Baekhee meraup wajah laki-laki itu. Demi apapun tatapan Chanyeol terlihat menyeramkan.

"Sudahlah, ini masih pagi" Chanyeol kembali memejamkan matanya dan memeluk erat tubuh Baekhee hingga keduanya kembali terlelap.

Chanyeol masih ingat perkataan Junmyeon jika dirinya sedang diintai. Tentu saja Chanyeol tahu, dan Chanyeol hanya memastikan siapa yang mengingainya dan hampir mencelakai Baekhee.

'Mereka dari kepolisian yang menyamar, berhati-hatilah. Tapi beruntung mereka tidak mengenali wajahmu dan belum menemukan tempat persembunyianmu'

Chanyeol sedikit bisa bernafas lega. Chanyeol tahu, bahkan sangat tahu jika hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Ceroboh? Mungkin ini kecerobohanya sendiri yang mengaktifkan ponsel Baekhee yang mungkin saja bisa dilacak oleh pihak kepolisian.

Orang tua gadis itu pasti tidak akan tinggal diam karena anak gadisnya menghilang berhari-hari.

Dilema bagi Chanyeol, bersikap egois dan memeluk gadis itu hingga akhir, atau melepas gadis itu kembali kepada keluarganya dan membuat hatinya hancur bahkan mungkin gadis itu lah yang paling dirugikan dalam masalah ini.

Tidak ada yang diuntungkan untuk dua opsi tersebut, alih-alih orang tua Baekhee yang bahagia menemukan kembali anak gadisnya, tapi Chanyeol yakin jika mereka juga akan terluka saat tahu anak gadisnya sudah rusak.

Semua sudah sangat terlambat, bahkan pihak kepolisian yang biasa bergerak lambat pun sudah bisa mencium keberadaanya. Sekali lagi, ini hanya karena kesalahan kecil saat Chanyeol mengaktifkan ponsel Baekhee.

Chanyeol tidak benar-benar tidur, laki-laki itu membuka matanya dan melihat Baekhee, gadis itu masih terlelap dan membuat Chanyeol ingin menyusulnya ke alam mimpi, tapi kecupan singkat di bibirnya berhasil membuatnya kembali membuka mata dan mengalihkan pikiran kalutnya saat ini. Baekhee, gadis itu tersenyum dibukaan matanya, Chanyeol sudah mirip pangeran tidur dan akan bangun jika sang putri menciumnya.

"Kau senang?" Chanyeol mengecup singkat bibir Baekhee.

"Hmm?" gadis itu hanya mengangguk.

"Apa begitu senang saat bersamaku?" Chanyeol mengacak poni gadis itu.

"Bahagia, bukan hanya senang, tapi aku bahagia jika bersamamu"

"Sementara kau tinggal di sini" Chanyeol menjeda kalimatnya, air wajah laki-laki itu terlihat cemas "...beberapa hari saja, aku ingin memastikan sesuatu, karena--"

"Kenapa wajahmu seperti itu?" Baekhee melihatnya dengan jelas, kecemasan di wajah Chanyeol.

"Aku akan ke Kanada mungkin dalam waktu lama" Chanyeol bangkit dan turun dari tempat tidur.

"Aku ikut"

"Tidak, kau tetap di sini sampai aku kembali, atau--" Chanyeol tidak melanjutkan kalimatnya

"Atau?"

"Atau sebaiknya kau kembali ke rumah orangtuamu" Chanyeol sambil melepas pakaianya dan memakai Bathrobe yang sudah pelayan siapkan di dekat tempat tidurnya.

"Tidak! Aku akan menunggu sampai Oppa pulang" Baekhee menggeleng kuat "...Berapa lama?" gadis itu terdenger sedih.

"Sampai semua urusanku selesai" Chanyeol melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

"Oppa, aku mencintaimu"

Kalimat Baekhee berhasil menghentikan langkah panjang Chanyeol yang sudah membawanya di ambang pintu.

"Ya" Chanyeol berbalik "...setelah ini, bersihkan tubuhmu dan ganti pakaianmu, kita turun untuk sarapan"

Chanyeol menghilang di balik pintu, bukan itu yang ingin Baekhee dengar, gadis itu hanya ingin laki-laki itu mengatakan hal yang sama yaitu 'Aku mencintaimu'.

Setelah kegiatan sarapan yang canggung antara ke lima orang yang berada di ruang makan, Chanyeol dan Junmyeon pergi untuk melakukan penerbangan ke Kanada. Chanyeol tidak mengatakan apa-apa tentang tujuanya pergi ke negara itu, laki-laki itu hanya mengatakan jika dirinya akan pergi sedikit lebih lama.

'Aku harus memutuskan siapa yang akan dikorbankan'

"Apa kau yakin?" Junmyeon bertanya pada Chanyeol yang duduk bersebelahan denganya di pesawat.

"Ya, aku harus memilih jalan yang terbaik Hyung" Chanyeol menanggalkan kacamata yang dia kenakan.

"Selama ini aku tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadimu, tapi kali ini aku merasa iba padamu" Junmyeon terlihat prihatin pada Chanyeol.

"Jangan mengatakan jika aku adalah orang yang menyedihkan" Chanyeol sadar diri.

"Aku tidak mengatakanya seperti itu" Junmyeon menyangkal.

"Tidak ada bedanya"

"Kanada, haruskah kau berbuat sejauh ini?" Junmyeon melirik Chanyeol yang tampak tenang dengan sebuah majalah fashion di pangkuanya "...apakah ini terlalu sulit?"

"Serumit hubunganmu dan Irene"

"Hei, dia kakak perempuanmu" Junmyeon merasa tidak terima.

"Ya, saat kita hanya berdua" Chanyeol menutup majalah itu dan menyimpanya di tempat semula "...di luar itu, kita semua rekan" Chanyeol bangkit dan berjalan menuju kamar mandi pesawat.

29 Hari lalu

"Hei gadis kecil, apa kau bosan?" Irene mengacak poni Baekhee sebelum duduk di samping gadis itu "...merindukan si brengsek itu?" Irene penasaran.

"Rumah ini memang besar, tapi seperti kau lihat, ini sepi seperti kuburan" Baekhee mendengus kesal saat Irene tahu pasti apa yang gadis itu rasakan.

Keduanya berada di kamar Chanyeol, kamar itu paling luas di banding ruangan lain di tempat itu, bahkan satu set sofa tempat Baekhee dan Irene duduk pun masih berada di ruangan itu.

"Aku sudah terbiasa" Irene memeberikan Jus yang dia bawa saat memasuki kamar adik laki-lakinya yang dihuni oleh gadis cantik yang entah sebegai apa di bagian hidupnya dan adik laki-laki nya.

"Ah ya, dan aku pikir kau terlalu sering berdiam diri di kamar Chanyeol" Irene mengingatkan jika gadis itu hampir tidak pernah keluar dari ruangan itu.

"Bukankah Eonni juga jarang berada di sini?" bukan menjawab, Baekhee justru balik bertanya.

Baekhee tidak salah, Irene jarang datang ke tempat itu, bukan karena tidak mau, tapi ada beberapa hal yang harus dia lakukan saat Junmyeon dan Chanyeol tidak ada di Korea.

"Aku sibuk"  Irene memangku tangan dan bersandar "...aku masih tidak habis pikir padamu" Irene menukikan alis matanya dan menatap gadis itu diam-diam, entah tatapan apa yang Irene layangkan pada Baekhee.

"Apa yang membuatmu selalu menempel pada si brengsek itu, setahuku dia tidak pernah punya pengalaman dalam wanita, setua itu dia tidak pernah berkencan"  Irene mengusap kepala gadis itu hingga membuat gadi itu menoleh padanya.

"Benarkah?"

"Aku sudah pernah mengatakan alasanya padamu bukan?" Irene tidak perlu menjawab pertanyaan gadis itu.

"Ah ya, kau benar" Baekhee mengusap tengkuknya.

"Entahlah, mungkin saat remaja dia pernah berkencan, aku tidak pernah tahu" Irene meraih gelas jus yang lain dan meminum isinya.

"Ah bicara denganmu sangat membosankan" Beakhee menghakimi sikap Irene, apa yang salah dengan wanita itu?

"Kau lucu sekali gadis kecil" lagi, Irene mengacak poni gadis itu.

"Eonni, bisakah kau memanggil namaku saja, aku bukan gadis kecil, aku sudah 24 tahun, dan sudah cukup dewasa"

"Maaf maaf, tapi aku lebih suka memanggilmu seperti itu" Irene tertawa kecil melihat raut wajah Baekhee yang terlihat lucu.

"Eonni"

"Ya?"

"Apa mereka tidak memberimu kabar, setidaknya memberitahu kapan akan kembali?" Baekhee tiba-tiba terlihat murung.

"Si brengsek itu tidak menghubungimu?" Irene terkejut mendengarnya. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan Chanyeol.

"Lalu untuk apa dia memberimu ponsel ini jika tidak menghubungi, astaga" Irene terdengar kesal.

"Saat aku menghubunginya, itu tidak pernah tersambung--" Baekhee menatap Irene dengan wajah memelas.

"Eonni! Dia menghubungiku" Baekhee terlihat senang saat ponselnya menyala den menampilkan panggilan dari Chanyeol. 

Irene pergi saat melihat gadis itu bersemangat menerima panggilan dari Chanyeol.

"Mau melakukan phone sex denganku?" Suara Chanyeol di seberang telepon terdengar menyebalkan.

"Apa!?"  Baekhee terdengar kesal "...kau kemana saja Oppa?, kau tidak menghubungiku, bahkan kau tidak memberiku kabar apapun, apa yang kau lakukan di sana, kapan kau kembali, apa kau sehat, lalu apa gunanya kau mengganti ponselku jika tidak menghubungiku! Aku--aku merindukanmu Oppa" suara Baekhee terdengar melemah di akhir kalimatnya. Gadis itu tidak kesal atau marah , gadis itu hanya merindu.

Baekhee hampir menangis saat sambungan telepon itu tiba-tiba terputus, Baekhee hanya memandangi layar ponsel yang sudah menghitam, gadis itu nelangsa.

"Aku juga merindukanmu, gadis kecil mesum"  

Baekhee tersentak, gadis itu terkejut saat suara berat Chanyeol terdengar begitu nyata berbisik di telinganya.

"Menyebalkan! Aku membencimu!" 

Baekhee berbalik dan menemukan sosok Chanyeol yang tersenyum manis. Si brengsek itu tidak tahu betapa menderitanya Baekhee saat dirinya pergi tanpa ada kabar, gadis itu tidak banyak permintaan, hanya dengan kabar dan mendengar suara laki-laki itu saja hatinya sudah merasa tenang. Baekhee memukuli lengan dan dada Chanyeol, gadis itu kesal, kekesalanya teramat sangat hingga air mata lolos begitu saja dari kedua sudut matanya.

"Aku sudah di sini" Chanyeol dengan tenang memeluk gadis yang sedang berapi-api itu.

"Kenapa kau tidak menghubungiku, kenapa kau membuatku menunggu seperti orang bodoh" tangan Baekhee masih memberikan pukulan kecil di dada Chanyeol, si Brengsek yang dia rindukan.

"Kau harus terbiasa" Chanyeol lirih.

"Maksudmu?" Baekhee mendengar jelas kata-kata Chanyeol.

"Ayo kita pulang" ajak laki-laki itu mengalihkan pembicaraan.

"Apa sebaiknya dia tetap di sini?" Irene dan Jumyeon tiba-tiba. Keduanya mengkhawatirkan gadis itu, keselamatan gadis itu terutama.

"Aku mau kembali" Baekhee menggeleng pelan, gadis itu memilih kembali ke tempat persembunyian Chanyeol.

"See?" Chanyeol tersenyum menang.

.

.

.

27 Hari lalu

"Kau bosan?" Chanyeol bangkit dan duduk di atas tempat tidur saat melihat Baekhee hanya mondar-mandir di tempat itu.

"Oppa, kau tidak kemana-mana?" Baekhee takut jika laki-laki itu pergi lagi dan tidak memberinya kabar.

"Apa masalahnya?" Chanyeol menautkan alisnya.

"Apa kau sudah berhenti?" Baekhee mendekat dan duduk di pangkuan Chanyeol tanpa ragu.

"Tidak sepenuhnya, kau masih menjadi sanderaku bukan?"

"Ah, kau benar" Baekhee hanya mengangguk.

"Apa kau ingin aku ingatkan?" Chanyeol menyeringai.

"Tidak, aku sudah ingat sekarang" Baekhee sedikit bergidik melihat seringaian laki-laki itu, bukan takut, hanya saja laki-laki itu terlihat seksi, gadis itu tidak sanggup melihatnya.

"Oppa, apa yang kau lakukan selama dua minggu di Kanada? bahkan kau tidak menghubungiku sekalipun" Baekhee masih saja membahas hal itu.

"Hmm aku tidak akan pergi kemana-mana lagi"

"Kau tidak menjawabku Tuan" Baekhee memberengut kesal.

"Penting?" Chanyeol membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu san menghirup kuat sisa aroma peach dari shower gel yang gadis itu gunakan.

"Mau bercinta?" Chanyeol dengan tatapan nakal.

"Pertanyaan macam apa itu, bahkan Oppa sudah melakukanya 2 kali, Tidak, aku tidak--"

"Baiklah, aku akan pergi ke klub--" Chanyeol tidak melanjutkan kalimatnya karena Baekhee lebih dulu memukul bibir nakal laki-laki itu.

"Aku hanya bercanda" Chanyeol hanya terkekeh melihat gadis itu sangat protektif padanya, walaupun protektif nya dalam konteks lain.

'Junmyeon Hyung, Tuhan memberkati hidupmu'

.

.

.

Tbc.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk