Elif berhenti mencuili Arum manisnya, dan menatap Jnas. "Mau tanya apa dia?" batin Elif heran dan sedikit kikuk, sialan apa yang Ruqia ceritakan kepada Jnas, awas saja nanti.
"Jangan-jangan….? Haduh,"
Tuhan, tolong!
"Mmm… boleh… Tanya aja…," jawab Elif ragu, deg-degan karena sama sekali enggak
punya persiapan kalau dugaannya soal apa yang bakal ditanyakan Jnas ternyata benar.
"Apa dulu kamu sama Ruqia pernah bikin… suatu kesepakatan?"
Kalau saja mulut Elif masih penuh dengan Arum manis, dia pasti sudah tersedak. Untung semua arum manis di dalam mulut sudah habis ditelannya, jadi dia
sekarang hanya bengong.
"Eh… ng… kesepakatan apa maksud kamu?" tanya Elif sok nyantai. Dia enggak tahu
kalau Jnas sebenarnya udah tahu semuanya dari Ruqia.
"Hmm… sebenarnya aku agak malu sih ngomongnya, tapi… kesepakatan itu tentang
Ruqia yang minta kamu untuk pedekate dengan ku dan ..." Jnas menarik nafas.
"dan... kamu suka sama aku"
Sekarang, enggak peduli ada atau enggak ada arum manis di dalam mulutnya, Elif
benar-benar tersedak.
"Uhukkk… Uhukkkk…"
"Eh, Elif , kamu enggak papa kan?" tanya Jnas khawatir. Dia menepuk-nepuk punggung
Elif dengan lembut, dan jadi merasa enggak enak karena udah mengajukan pertanyaan yang
bikin Elif tersedak saking kagetnya.
"Uhukkk… enggak papa. Enggak papa kok…"
"Sorry, pertanyaan aku bikin kamu kaget, ya?"
"heeemm… iya… sedikit…" Elif menggigit bibirnya karena malu.
"So? Itu benar apa enggak?"
Elif memutar otak. Adduuuuhh… kalau aku jawab jujur, nanti Jnas tahu dan dia
bisa menjauhi ku karena aku menyukainya … batin Elif bingung. Tapi aku juga enggak bisa
bohong sama dia…dia sahabat aku dan dia selalu tahu saat aku berbohong atau jujur. huuuuuffff...! dasar Ruqia awas saja kau. batin Elif.
Jnas rupanya bisa melihat tampang Elif yang memerah dan tampang yang pusing tujuh keliling, jadi dia
menambahkan, "Tenang aja, sebenarnya Ruqia sendiri udah cerita ke aku. aku cuma
pengin mastiin aja ke kamu."
Hah? Jadi dia udah tahu? Dan cuma pengin mastiin aja? pikir Elif keki.
"Yahh… kalau kamu udah tahu sih, aku mau ngomong apa lagi? Itu sedikit benar…" Elif
menelan ludah. Dia merasa malu sekali. "Eh, tapi aku sama Ruqia udah membatalkan
kesepakatan itu kok," tambahnya cepat, takut Jnas marah karena ia bersepakat dan bertaruh untuk pedekate dengan Jnas,
"Iya, temanmu Ruqia juga bilang gitu." Jnas menendang batu-batu kecil yang
kebetulan berada di depan kakinya. "Jadi… sekarang ini kita bisa dekat bukan karena
kamu dipaksa Ruqia kan dan juga bukan karena pertaruhan kalian kan?" tanya Jnas memastikan.
Elif kontan menggeleng. "Enggak lah, Jnas …"
Jnas tersenyum, sementara Elif masih merasa enggak enak dalam hatinya.
"Sebenarnya," lanjut Elif, "kalau boleh jujur, aku memang dulu awalnya
berusaha deketin kamu karena kamu orang yang sangat cuek dan dingin. aku cerita semuanya kepada Ruqia kalau aku ingin dekat dengan mu dan mendapatkan perhatian mu, bisa di bilang aku penasaran dan akhirnya kami bersepakat atau bertaruh . Tapi setelah aku kenal kamu… aku
justru merasa berterima kasih sama Ruqia. Kalau dulu dia enggak ngajak bertaruh,
mungkin aku enggak akan tahu kamu ternyata kamu orang yang menyenangkan banget. dan sangat baik... "
"Oh, jadi aku enggak kelihatan menyenangkan ya kalo dari luarnya aja?" Kata Jnas pura pura sedih
"Hahhaa… bukan gitu. Tapi kamu kan… cakep. Idola para gadis, Jnas yang cuek Jnas yang dingin juga Jnas seorang tentara. Dan biasanya cowok cowok semacam itu tuh belagu banget. Snob. aku enggak menyangka aja kamu ternyata orang
yang care sama teman dan Friendly banget."
Jnas tampak terpukau karena Elif barusan memujinya.
"Tapi sekarang udah ketahuan kan kalo aku humble, enggak sok seperti yang kamu
bayangin sebelumnya?"
"Itulah. Dan aku senang banget bisa kenal Jnas Ahmad maula yang humble itu," kata Elif
lucu, sengaja menekankan suaranya pada kata "humble".
"aku juga senang banget karena kamu ngasih aku kesempatan untuk bisa mengenal kamu dan menjadi sahabat kamu Elif. Terima kasih ya, Elif."
Elif cuma bisa merah padam seperti kepiting rebus waktu dia menyadari tangan
Jnas sudah melingkari bahunya. Rasanya aneh, tapi juga… hangat. Sama seperti
ketika Jnas memeluknya sebelum-sebelum ini.
Dengan heran Elif tersadar, perasaan hangat seperti inilah yang dulu dimilikinya
kalau Aslan ada di dekatnya. Sekarang ada orang lain yang mampu menghadirkan
perasaan yang sama di hatinya setelah Aslan enggak ada
Aslan Kekasihnya dulu. cinta pertamanya yang telah meninggalkannya untuk selamanya.
Saat ini dia benar- benar sangat menyukai dan mencintai Jnas , tapi ia tak mampu mengucapkannya, ia sangat takut Jnas membencinya dan menjauhi dirinya.
Biarkan saja seperti ini, menjadi sahabat dan temannya karena ia tidak ingin kehilangan sosok Jnas di hidupnya.