Andra menatap Nisa dengan berbinar, dia mendekati Nisa dengan langkah yang tergesa.
" Nisa... kemana saja kamu selama ini? " Tanyanya dengan haru dan ingin memegang tangan Nisa, Nisa buru-buru menjauhkan tangannya. Melihat itu, Andra menjadi tersadar, bahwa di pernah mengusir wanita ini dulunya.
Andra memandang wajah Nisa, perempuan itu tidak tersenyum sama sekali menatapnya. Hatinya menjadi pedih, entah kenapa, saat ini dia benar-benar merindukan wanita itu.
Dia ingat, dahulu wajah itu selalu tersenyum kepadanya, meskipun dia sedang dalam kesulitan.
" Sayang.. Ibu pergi dulu. " Kata Nisa sambil memeluk ketiga putranya.
" Bu.. apakah kita masih bisa ketemu? " Bisik elang.
" Tentu saja" Jawab Nisa sambil mencium kening putranya.
" Aku ingin mereka kembali padaku " Kata Nisa berdiri tanpa ekspresi di depan Andra.
" Tentu saja, kita akan kembali seperti dulu" Jawab Andra dengan tatapan sayu.
Jika dahulu, tatapan Andra itu mampu meluluhkan hatinya, membuat dia merasa berbunga-bunga, seolah-olah pria ini hanya tercipta untuknya.
Tapi saat ini pandangannya sangat berbeda.
Melihat itu Nisa tersenyum sinis, dia jijik membayangkan tubuh laki-laki itu telah bersama wanita lain, bagaimana mungkin mereka akan kembali bersama.
Nisa berlalu tanpa menjawab perkataan Andra.
" Sejak kapan Ibu menemui kalian? " Tanya Andra pada anak tertuanya.
" Seminggu setelah ayah mengusir Ibu. " Jawan Elang.
" Ibu mengantarkan makanan untuk kami hampir setiap hari"
"Kenapa kamu tidak memberi tahu Ayah? "
"Untuk apa? bukankah ayah menginginkan ibu pergi? "
Andra terdiam. " Ayah, kami masuk dulu. " kata Elang.
" Apa tak sebaiknya adikmu tinggal di rumah?" tanya Ayahnya.
" Tidak usah, lagi pula dia tidak mengganggu pelajaranku."
....
Nisa telah kembali ke kantornya, dia selalu datang lebih awal agar atasannya tidak merasa keberatan jika dia minta izin beberapa menit untuk menemui putra-putranya.
"Nisa, Pak Aditya memintamu untuk menemuinya sekarang." Kata Atasannya.
Mendengar itu Nisa menjadi takut, dia takut seandainya Direktur yang baru itu akan memarahinya karna dia sering keluar tidak pada jam Istirahat. Tapi dia tidak pernah tidak menyelesaikan tugasnya.
Dengan ragu-ragu dia hendak mengetuk pintu itu tapi tidak jadi karna tidak berani.
" Kenapa kau tidak masuk? " sebuah suara menyapanya dari belakang.
Nisa menoleh ke belakang, sosok tinggi, ramping dan tampan telah berdiri di belakangnya, kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.
Nisa sedikit gugup, ternyata Direktur muda itu telah berdiri di belakangnya.
"Masuk" katanya sambil membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu, Nisa terpaksa mengikutinya.
Nisa berdiri di depan meja Direktur tersebut, melihat itu Aditya menyuruhnya duduk.
"Duduk" katanya singkat.
Nisa langsung duduk karna komando itu. Wajahnya terlihat tegang, seolah-olah dia dapat menduga apa yang akan terjadi padanya.
" Apa kau tau, kenapa aku memanggilmu? " Tanya nya dengan suara Datar.
Nisa mengangguk. Aditya merasa heran.. bagai mana wanita ini mengetahui apa yang alasan dia memanggilnya.
"Apa? " Tanya Aditya lagi.
Karna aku sering keluar tidak pada jam istirahat untuk menemui putra-putraku dan Bapak akan memarahiku untuk itu, tapi aku selalu mengerjakan semua pekerjaanku tepat waktu kok Pak!" Katanya pelan membela diri.
Aditya kaget, dia sama sekali tidak tau kalau Nisa sering keluar menemui putra-putranya, tapi dia masih ingin terus menggali informasi untuk itu. Sebenarnya dia ingin menjadikan Nisa sebagai sekretarisnya karna dua ingin lebih dekat dengannya, terlebih selama dia disini, dia sering memperhatikan Nisa dapat menyelesaikan semua pekerjaannya, bahkan sering membantu kerja anggota timnya.
" Bisa aku tau apa alasannya? " Tanya Aditya lagi.
Nisa terdiam, dia tidak ingin orang lain mengetahui masalah keluarganya.
"Agar aku bisa mengambil tindakan yang tepat padamu. " kata Aditya.
Dengan ragu, dia bercerita.
"Suamiku mengusir ku demi perempuan lain, dan aku tidak boleh membawa ketiga putraku, Jadi.. aku menyempatkan diri mengunjunginya di waktu istirahatnya. tapi aku mohon, Bapak jangan memecatku, aku butuh pekerjaan ini agar aku bisa mendapatkan anak-anakku kembali " Katanya penuh harap.
Aditya sangat sedih mendengarnya, dia tidak menyangka Nisa akan mengalami nasib seperti ini.
Sepuluh tahun yang lalu, dia sering memperhatikan Nisa, tapi karna waktu itu dia tidak berani menyatakan perasaannya, akhirnya Nisa tidak mengetahui keberadaannya, setelah Nisa menikah, Akhirnya Aditya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negri, setelah lulus, dia lebih memilih bekerja di sana, tapi Akhirnya dia harus pulang kembali ke Indonesia karna permohonan sang ayah yang sudah lelah mengurus perusahaan ini, dia terpaksa harus menggantikan ayahnya. Begitu kembali lagi ke perusahaan ini, dia bertemu kembali dengan Nisa, perasaannya kembali tumbuh, meskipun saat itu Nisa sedikit gendut tapi tak mengubah perasaanya. Bahkan sampai saat ini, Aditya belum menikah sama sekali.
" Baiklah, untuk membantumu, aku akan menjadikanmu sekretarisku" katanya masih dengan nada yang datar tanpa memperlihatkan ekspresi sedihnya sama sekali.
Mendengar itu Nisa tersenyum bahagia..
"Teima kasih banyak Pak.. " ucapnya hampir menangis. Tiba-tiba ekpresinya berubah, Aditya menatapnya heran.
"Ada apa lagi" Tanyanya.
"Apa aku masih boleh menemui anak-anakku?" tanyanya lagi.
" Tentu saja, bahkan aku akan berusaha agar anak-anakmu kembali padamu" kata Aditya.
Nisa hampir menangis mendengar itu, dan pamit keluar, begitu Nisa keluar, Aditya tersenyum bahagia..