"Kau baru pulang, sayang?"
Perempuan bersurai hitam itu menyambut Taehyung yang baru saja memasuki apartemennya.
Taehyung tak berkata apapun, hanya mengecup bibir kekasih yang sudah dikencaninya selama tiga tahun itu.
"Kau terlihat sangat lelah. Mau menginap?" Tawar Jihyo.
Taehyung mendudukkan dirinya di sofa, lalu membawa Jihyo untuk duduk dipangkuannya.
Mereka pasangan yang serasi. Yang pria sangat tampan, berdagu lancip, dan memiliki aura seperti anime. Sedangkan yang perempuan cantik, berwajah v-line; wajah yang sangat diidam-idamkan oleh seluruh wanita Korea, memiliki bibir tebal yang sexy, tubuh yang molek, dan jangan lupakan ukuran payudara yang di atas rata-rata wanita Korea umumnya.
Mereka bertemu 3,5 tahun yang lalu di sebuah pesta.
Kim Taehyung adalah pewaris utama Kings Group; salah satu chaebol terkenal di Korea selain Hyundai Motor Group, Samsung, LG dan lainnya.
Kings Group adalah perusahaan multinasional properti dan belanja yang aktif di Jepang, Cina dan Korea Selatan. Dan baru-baru ini melebarkan sayapnya ke industri hiburan Korea. Tak dapat dipungkiri, pengaruh hallyu wave sekarang ini telah merambah ke seluruh dunia. Salah satu perusahaan hiburan yang berada di bawah kuasanya adalah Bigstar Entertainment- Perusahaan hiburan dan media massa terbesar di Korea Selatan.
Sementara Park Jihyo- perempuan itu tak lebih hanya berasal dari kalangan biasa. Dia seorang produser musik yang bekerja di Bigstar Entertainment.
Berawal dari ketertarikan masing-masing terhadapa dunia musik, akhirnya mereka menjalin hubungan rahasia. Yang tentu saja jika semua orang tahu, pasti akan merasa iri terhadap posisi Jihyo saat ini. Siapa sangka, seorang CEO tampan berparas dingin itu ternyata jago bermain alat musik bahkan menciptakan lagu. Impiannya dulu adalah menjadi produser musik seperti Jihyo, namun statusnya yang seorang pewaris utama mengharuskannya merelakan jauh mimpi itu.
Keduanya kini tengah bercumbu mesra di atas sofa.
Kedua tangan Jihyo melingkar di leher Taehyung posesif- seolah tak membiarkan Taehyung pergi darinya sejengkal pun.
"Aku sudah bersih hari ini. Kau ingin menginap?" Bisik Jihyo; lebih seperti godaan untuk sang kekasih.
Taehyung yang tahu maksudnya, tak berucap, namun langsung melumat habis bibir kenyal Jihyo. Bahkan tangannya sudah bergerilya ke tubuh sang kekasih hingga menimbulkan desahan nikmat yang tak tertahankan.
"Ku mohon Tae, masuki aku sekarang!"
Taehyung terkekeh.
Salah satu yang disukai dari kekasihnya ini adalah tatapan memohonnya untuk segera dimasuki dan cara memanggilnya, Tae; itulah panggilan kesukaan Taehyung.
Mata Taehyung yang telah menggelap; karena nafsu, segera menindih perempuan itu. Membuang jauh-jauh gaun tidurnya. Dan hanya menyisakan bra merah berenda dan underwear senada.
Jihyo tak sabar. Dia menarik tengkuk Taehyung dan melumat bibirnya. Baru setelah kehabisan nafas, dia membawa bibir Taehyung menuju dadanya.
Tinggal sedikit lagi Jihyo mendapat kehangatan milik sang kekasih, namun suara dering ponsel menginterupsi keduanya. Taehyung melepaskan kontak mereka, lalu mengambil ponsel di saku jasnya.
"Yeoboseyo," jawabnya.
(halo)
"....."
Taehyung langsung melihat ke layar ponselnya. Dia menggertakkan giginya begitu melihat foto yang dikirim oleh sang penelpon- yang tak lain merupakan Kim Jiwon, kakak kandungnya.
"Apa yang kau mau?"
"Pulanglah! Dan aku akan menjelaskan semuanya," jawab suara itu tak kalah tegas dan dingin dari Taehyung. Lalu panggilan terputus.
Tanpa berkata, Taehyung bangkit lalu menyambar jasnya.
Jihyo yang tidak tahu apa-apa mencoba mencegahnya.
Tapi percuma. Mood Taehyung terlanjur rusak. Dan kalau sudah seperti ini, membiarkan pergi adalah jalan terbaik.
***
"Putuskan jal*ang itu!"
Kim Jiwon tanpa berbasa-basi manyatakan tujuannya. Sambil melemparkan beberapa foto ke atas meja- di hadapan Taehyung.
Pupil Taehyun membesar. Telinganya memerah, tentu saja dia marah.
Foto-foto itu menunjukkan potret Jihyo- sang kekasih yang keluar masuk sebuah hotel bersama beberapa pria lain. Bahkan ada beberapa foto yang menunjukkan bahwa mereka sedang bercumbu mesra di atas ranjang tanpa sehelai busana pun. Tentu saja mereka tidak hanya bercumbu.
"Dia tak lebih hanya seorang jal*ang yang berusaha untuk mengambil keuntungan dari setiap pria yang tidur dengannya."
Rahang Taehyung mengeras. Ingin membantah bahwa kekasihnya bukan perempuan seperti itu, tapi bukti terlalu nyata dan jelas.
"Aku tahu kalian tak suka padanya. Bisa jadi ini semua rencanamu." Taehyung akhirnya berucap setelah beberapa saat.
Kim Jiwon, wanita cantik berusia 32 tahun itu tertawa terbahak-bahak.
"Aku? Menjebaknya? Jangan bercanda adikku, sayang!"
"Kau tidak benar-benar jatuh cinta padanya kan?"
"Ah, aku belum bilang ya. Foto itu diambil sebelum kalian berhubungan. Tentu saja dia tak pernah menghianatimu karena kau adalah tangkapan terbesar yang diperolehnya," cibir Jiwon.
"WAE!?"
(kenapa?)
Taehyung mengamuk. Dia memecahkan vas bunga yang berada di depannya, lalu membuang semua foto kekasihnya itu.
"KENAPA KAU BARU MEMBERITAHUKU SEKARANG, SEBELUM PERNIKAHANKU DILAKSANAKAN!?"
Taehyung benar-benar marah. Dia benci dikhianati. Terlebih, baru saja menyadari kobodohannya.
Jiwon menampar pipi Taehyung ketika melihat vas bunga kesayangannya sudah tak berbentuk. Vas itu merupakan vas antik China dari dinasti Qing dan hanya ada satu-satunya di dunia. Susah payah dia memperolehnya lewat pelelangan tahun lalu.
Namun sadar akan yang dilakukannya salah, Jiwon menghampiri sang adik dan membelai pipinya. "Bukankah sejak awal aku sudah memperingatkanmu agar tak dekat-dekat dengan perempuan itu?" Suaranya melembut namun tetap tegas dan mengintimidasi.
Taehyung menyingkirkan tangan sang kakak dan menatapnya marah.
Jiwon tertawa gemas. "Kau bahkan bertambah tampan ketika sedang marah."
"Apa maumu?"
Taehyung lelah berargumen. Bagaimanapun kakaknya sudah hampir menang kali ini.
"Simple. Putuskan dia lalu cari perempuan lain untuk segera kau nikahi. Sebelum para tetua keras kepala itu mengacaukan segalanya."
"Kau memang ular," desis Taehyung.
"Yup. Kau memang sangat mengenal betul diriku, adikku sayang."
Jiwon membelai surai hitam sang adik.
"Oh ya, satu lagi yang belum ku beri tahu." Jiwon berdiri untuk mengambil sesuatu dari mejanya; sebuah amplop coklat.
"Selain jal*ang, dia juga penipu."
"Dia mandul."
Bagai disambar petir, Taehyung segera membuka amplop tersebut. Ingin melihat sendiri dengan mata kepalanya.
"Untuk sang satu ini, tentu saja tidak ada toleransinya. Untuk apa kau menikahi perempuan yang tak akan bisa mengandung anakmu?"