Katerina benar-benar menikmati mengajar di SMP Matahari. Pelan-pelan ia mulai hafal nama muridnya satu persatu, dan mereka semakin akrab dengannya. Tidak lama waktu yang dibutuhkan untuk memenangkan hati mereka karena sifatnya yang periang dan ia selalu berusaha untuk mengerti keadaan mereka. Setiap murid yang ternakal sekali pun memiliki kesulitannya sendiri dan Katerina berusaha membantu mereka sebisanya.
"Good morning, Class…" Katerina masuk ke kelas 2C hari itu dengan membawa setumpuk buku tipis.
"I brought you some scripts. It`s The Sleeping Beauty. Head Master said in the graduation party, every class should make a performance... dan karena wali kelas kalian sibuk, saya akan menanganinya untuk kalian. Kita akan mementaskan sebuah drama sederhana berbahasa Inggris—sekaligus untuk melatih SPOKEN kalian—yang berjudul Putri Tidur."
Anak-anak menjadi ribut ketika Katerina menerangkan rencananya. Kelas 2C menurutnya sudah cukup baik untuk memerankan drama sederhana. Mereka seketika riuh membicarakannya.
"I have prepared copies of the scripts for all of you, everybody read it and try to understand the script. Di sini sudah saya siapkan copy dari naskah Sleeping Beauty dan kalian semua harus membaca dan coba pahami isinya."
Ia membagikan naskah-naskahnya kepada murid-murid yang antusias membacanya.
"Putri Aurora dikutuk penyihir jahat agar meninggal pada hari ulangtahunnya yang ke-16 karena tertusuk jarum pintal. Tetapi peri yang baik hati mengubah kutukan itu menjadi tertidur selama 100 tahun. Setelah satu abad berlangsung, seorang pangeran datang dan menyelamatkannya. Mereka lalu hidup bahagia…"
"Miss… di situ ada adegan ciumannya, dong…"
"Gua, deh yang jadi pangerannya..!"
"Wee.. doyan, dasar lu..!"
Katerina tersenyum mendengar celetukan-celetukan itu. Ia senang karena murid-muridnya merasa bebas mengeluarkan pendapat mereka di dalam kelasnya.
Memang adegan pangeran mencium putri tidur adalah ikon dari dongeng itu. Tak bisa dihilangkan.
"It`s easy…kita lakukan pura-pura saja. OK, silahkan baca naskahnya di rumah dan pertemuan berikutnya kita adakan casting dan audisi untuk menentukan pemain-pemainnya."
Pelajaran dilanjutkan kembali. Katerina senang karena sampai saat ini Michael tidak mengacau lagi, malahan mulai terlihat sungguh-sungguh belajar. Walaupun Katerina mendengar dari guru-guru lain bahwa ternyata Michael belum berubah.
Entahlah, Michael masih sangat tertutup padanya…
Katerina melirik arlojinya. Sudah setengah dua dan ia belum makan siang. Lonceng tanda usainya pelajaran baru berbunyi dan anak-anak berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Katerina tidak ingin berebutan angkot dengan mereka. Karenanya ia memutuskan untuk menunggu beberapa saat lagi. Ah, ya…ia sudah rindu bakso enak di kantin. Seketika ia memutuskan mampir ke sana.
Kantin siang itu penuh dengan orang-orang yang berpikiran sama dengannya. Beberapa muridnya yang sedang makan di sana mengangguk padanya. Ah… ada Andy, Denny, Laura, Riri, dan Nita makan bakso di sudut sana. Katerina segera menghampiri mereka.
"Hallo, d`you mind if I sit here?"
Mereka saling pandang.
"Miss…kalo di luar kelas jangan pake bahasa Inggris, dong…Ini kan bukan pelajaran.." cetus Denny kurang senang.
"Well, kalian harus siap berlatih conversation kapan dan di mana pun supaya bahasa Inggris kalian bagus." Ia mengangkat bahu. "Tapi kalau kalian ingin tetap begitu-begitu saja, tidak apa-apa… Itu hak kalian."
Kelimanya tertunduk.
"Tapi malu, kan, kalo ngomongnya salah, Miss… takut diketawain…" kata Andy pelan.
"Tidak apa-apa…kalian kan sedang belajar. Justru supaya kalian bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan bahasa kalian. Kalau tak pernah dicoba, bagaimana bisa tahu yang benar?"
"Well... I think ..er.." Nita tertawa kecil. "I agree with you."
"Well, that`s very good, Nita…" Katerina tahu adalah baik memuji segala sesuatu yang berusaha dilakukan dengan baik. Dilihatnya pipi Nita yang kemerahan dan tampak niatnya untuk mencoba terus bahasa Inggrisnya. "Coba beri tahu saya kenapa kalian belajar bahasa Inggris?"
Andy mengangkat bahu. "Karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional."
"Siapa yang bilang begitu? Kapan bahasa Inggris diumumkan sebagai bahasa internasional?"
Katerina menggeleng pelan. "Jangan selalu percaya apa yang kalian dengar. Setahu Miss bahasa yang digunakan PBB ada lima, yaitu: Inggris, Prancis, Spanyol, Mandarin, dan Arab… karena kelima bahasa itu digunakan oleh mayoritas penduduk bumi. Mengapa kita hanya mempelajari bahasa Inggris?"
Mereka tampak bingung. Hal itu sama sekali tidak terpikir oleh mereka.
"Saya nggak ngerti…" jawab Denny polos.
"Kita terpaksa mempelajari bahasa Inggris karena saat ini para pengguna bahasa itu adalah pemimpin bidang perekonomian dunia, kalau kita ingin berkompetisi dalam ekonomi kita harus bisa bicara dalam bahasa yang sama. Kita belajar bahasa Inggris bukan untuk sekedar keren, tapi karena kita akan membutuhkannya dalam hidup."
"Setahu saya waktu dulu orang-orang Barat menjelajah dunia mereka mengajarkan bahasa mereka pada daerah-daerah yang didatanginya…"
"Benar sekali. Indonesia adalah negara bahari yang hebat, seandainya dulu Gajah Mada yang mengadakan ekspansi keliling dunia dan menjajah, bukannya bangsa Barat, mungkin bahasa Indonesialah yang sekarang dipelajari penduduk dunia..." kata Katerina setuju.
Mereka mengangguk-angguk tanda mengerti. Katerina seketika sadar ia telah bicara terlalu serius, belum tentu anak-anak ini akan mengingat kembali semuanya. Ia kemudian mengalihkan pembicaraan pada hal-hal ringan seputar kehidupan mereka. Ia mendengarkan cerita-cerita mereka dan tertawa bersama.
Kedekatannya dengan murid-murid memang kadang membuat iri guru-guru yang lain. Mungkin karena usianya yang masih muda…Mungkin karena ia dulu termasuk anak paling nakal di sekolah..?
Mungkin karena ia memang mencintai anak-anak…
"Miss...apakah Miss sudah punya pacar?" tanya Nita dengan berani.
Ia tertunduk beberapa saat kemudian dengan wajah memerah menyadari kelancangannya.
Katerina memutar-mutar bola matanya, berpikir apakah baik menceritakan masalah pribadinya pada anak-anak ini…
Hmm…
"Kamu sekarang pasti sedang suka sama seseorang dan ingin tahu bagaimana pengalaman Miss…" Ia tersenyum.
Nita menggeleng-geleng malu dan memandang teman-temannya minta pertolongan.
"Ada apa rupanya? Ayolah, ceritakan..siapa tahu Miss bisa bantu…"
Mereka semua diam.
"Baiklah, kalau begitu… kalian silakan cerita kapan saja." Katerina memandang arlojinya lalu bangkit berdiri. "Saya harus pergi sekarang. Bye…"
Mereka mengangguk.
Katerina tertawa dalam hati. Usia sebaya mereka memang rentan sekali menghadapi hidup. Penuh tanda tanya pada dunia, butuh pengakuan atas keberadaan mereka…
Oh, ya… cinta pertama biasanya datang di saat seperti ini…