"Apa yang ingin kamu bicarakan? " Tanya Elisya seraya mendongak menatap Alvin dengan sinis.
"Mari saling jujur! Kita bersaudara hanya berdua. Aku mencintaimu sebagai kakakku! Tapi, aku juga mencintai istriku karena sedih dan bahagianya adalah tanggung jawabku. Oleh karena itu, aku akan mengambil Zian dari kakak. Terlebih, kakak sudah tidak bisa menjaga putraku dengan benar, sehingga ia seperti patung yang tidak punya gairah hidup. Lihat saja sekarang, dia ketakutan melihat kakak. Jadi, jika kakak mencintai Zian. Maka kembalikan dia kepada keluarga aslinya." Ucap Alvin dengan pelan-pelan seraya menatap kakaknya dengan ekspresi memohon.
Mendengar perkataan Alvin. Ekspresi Elisya berubah semakin gelap. Sehingga, udara dingin yang membuat menggigil terasa menyengat di tubuh Elisya, karena ucapan Alvin membuatnya murka.