»Kantor Aldi«
Setelah kepergian Mila, Ana langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kantor Aldi.
Tidak lama kemudian, Ana sampai dan tiba di depan pintu ruangan Aldi. Kebetulan dia bebas masuk karena semua karyawan Aldi mengenalnya.
Ana menarik nafas dalam setelah itu dia masuk ke ruangan Aldi. Akan tetapi sayang dia tidak menemukan siapapun.
"Bukankah tadi kata sekretaris nya dia ada di ruangan? kenapa sekarang malah tidak ada?". Batin Ana sembari memutar bola matanya ke segala penjuru ruangan.
Merasa tidak menemukan Aldi, Ana pun bergegas menuju pintu keluar, namun tepat saat itu tiba-tiba dia mendengar suara dari balik pintu. Dan Ana kenal betul suara itu, dia tersenyum dan bergegas membukakan pintu, akan tetapi Ana berhenti saat dia mendengar suara perempuan setelah Aldi.
Ana pun mengurungkan niat nya untuk membuka pintu karena dia merasa curiga. Karena penasaran, Ana pun memilih bersembunyi di balik lemari yang tidak jauh dari meja kerja Aldi.
Tidak lama kemudian, pintu dibuka dan betapa terkejut nya Ana saat melihat Aldi menggandeng seorang gadis masuk ke ruangan nya.
"Bukankah Itu Violin?". Batin Ana
Violin adalah salah satu teman baik Ana waktu dia menyelesaikan S2 nya dan bekerja menjadi dosen di tempat yang sama. Dia juga sering bercerita tentang Aldi padanya. Namun dia tidak menyangka kalau Violin akan melakukan ini pada nya.
Setelah Aldi duduk di kursinya, Violin dengan genitnya duduk di pangkuan Aldi.
"Sayang kamu jahat, kamu tidak mencintaiku lagi". rajuk Violin seraya meliuk-liukkan tubuh nya.
Aldi mengerutkan keningnya dan mencium bibir gadis itu seraya berkata, "Bukankah kamu tau itu? tapi kenapa kamu masih menyerahkan dirimu padaku?".
Mendengar perkataan Aldi, Violin merasa sangat kesal.
Padahal sudah setahun lebih dia sudah mengejar Aldi bahkan sudah menawarkan kehormatannya tapi Aldi masih saja tidak tergerak hatinya.
"Itu semua karena aku mencintaimu. Dan juga hanya aku yang tulus mencintaimu". balas Violin sambil meraba dada bidang Aldi.
"Aku tau, tapi bagiku kamu hanya pemuas nafsuku saja, jangan salahkan aku karena kamu yang menggodaku!". ucap Aldi sambil mendekap tubuh seksi dan montok nya Violin.
"Tapi aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku? bukankah aku lebih cantik dan seksi dari Ana?". kata Violin dengan percaya diri.
Sambil meraba tubuh Violin, Aldi berbisik di telinga nya, "Kamu memang yang paling cantik, dan membuatku ketagihan, tapi kamu tidak seistimewa Ana, apa kamu tidak merasa bersalah mengkhianati teman baikmu? sampai kamu berani menghancurkan pernikahan kami?".
"Dia yang merebutmu duluan, dan aku yang lebih dulu mencintaimu, jadi aku bukan penghianat". sahut Violin membela diri nya karena tidak mau dianggap penghianat.
"Mmmm benarkah? tapi karena ulahmu, aku hampir saja kehilangan jabatanku, ayahku murka dan aku belum bisa menemui Ana, selain itu aku tidak ingin kehilangan dia". Aldi mencoba menegaskan kepada Violin kalau dia akan menggelar pernikahan kembali bersama Ana.
"Terus aku ini kamu anggap apa? dan apa kamu kira Ana akan mau memaafkanmu setelah kamu membuat dia dan keluarganya malu?".
"Itu bedanya dia dengan kamu, Ana itu lembut dan pemaaf serta cerdas, tidak seperti dirimu yang keras dan manja". balas Aldi seraya tersenyum licik menatap Violin.
"Jadi aku ini hanya mainanmu saja begitu?". lanjut Violin dengan kesal.
"Lin kamu sangat cantik dan manis, tubuhmu selalu memanjakanku sehingga aku ketagihan dan begitulah kamu bagiku ... ". jawab Aldi yang sudah di buru nafsu itu.
"Gombal, kalau begitu kenapa kamu masih mencintai Ana?". kata Violin sambil mencium Aldi dengan lembut.
"Jika kamu bisa memuaskanku nanti malam, mungkin aku akan memikirkannya lagi untuk melupakan Ana". ucap Aldi sambil melirik Violin dengan nakal.
Mendengar percakapan dua orang di depannya, hati Ana sesak, dia tidak menyangka apa yang dilakukan Aldi lebih menjijikan daripada Alvin, air mata nya pun berusaha dia tahan karena dia berfikir kalau air mata nya terlalu berharga hanya untuk menangisi orang menjijikan seperti Aldi.
Tepat saat Aldi sedang mencium Violin dengan ganas. Ana muncul dari balik lemari dan berdiri mematung menyaksikan perbuatan kotor mereka sambil bertepuk tangan sehingga Violin dan Aldi langsung kaget.
"Jadi ini alasanmu tidak datang di hari pernikahan kita?". tanya Ana dengan ekspresi yang gelap.
Melihat dan mendengar suara Ana, Aldi langsung menyingkirkan Violin dari pangkuannya.
"A ... Ana ka ... Ka ... Mu ? sejak kapan kamu di sini?". Aldi berdiri dan menatap Ana dengan salah tingkah, ekspresi begitu ketakutan karena dia masih mencintai Ana walaupun cinta itu kalah dengan nafsunya.
Ana tidak menjawab pertanyaan Aldi, matanya justru mengarah ke gadis yang berdiri di samping Aldi sambil menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Kalian berdua sangat cocok, kalau begitu saya pamit". Ucap Ana setelah puase memberikan mereka tatapan mematikan.
"An ... Ana ... Tunggu!". Aldi berlari untuk mencegat Ana yang hendak mau keluar. "Kamu salah paham ini tidak seperti yang kamu lihat". lanjut Aldi.
Masih tanpa ekspresi. Sesaat kemudian Ana tersenyum kecut seraya berkata, "Tidak, aku memang salah paham dan tak percaya dengan percakapan kalian, tetapi melihat perbuatan kalian itu membuatku mempercayainya".
"Ini semua karena salahmu". teriak Aldi yang mulai hilang kesabaran karena dia merasa Ana sudah mulai keterlaluan sebab tidak mau mendengar nya.
"Kenapa ini salahku?". Ana merasa heran dengan tuduhan tidak mendasar dari Aldi.
"Iya, ini semua karena salahmu. Karena kamu tidak pernah mau untuk di sentuh, aku sabar menunggu sampai hari ini tapi kamu tetap saja egois, aku juga laki-laki normal Ana". jelas Aldi seolah diri nya lah yang korban.