Unduh Aplikasi
1.25% Pelengkap Hidupku / Chapter 5: Terjebak

Bab 5: Terjebak

»Dua Tahun Berlalu «

Selesai sholat magrib, Ana ingin keluar dari pesantren karena ingin mengambil jahitan bajunya di mbak Tari yang rumahnya tidak jauh dari pesantren.

"Syifa temani aku keluar ayok!". Ana mencoba memohon pada Syifa dengan merengek menggoyangkan lengan Syifa.

"Sebentar lagi adzan isya, bukankah kita tidak boleh keluar dari pesantren? memangnya kamu mau keluar ngapain?". Syifa mencoba mengingatkan Ana akan peraturan keras pesantren.

"Aku lupa mengambil seragamku, aku meminta mbak Tari menjahitnya karena kemarin robek, kalau nunggu besok aku khawatir tidak keburu, kan kalau gak pakai seragam dan telat datang juga dilarang keras". jelas Ana dengan ekspresi sendu.

"Ya juga sih, tapi sekarang aku harus setoran hafalan kalau tidak kamu tau sendiri hukumannya". kata Syifa.

Ana cemberut dan mulai berfikir. "Ya udah deh, aku akan izin ke ustadzah Aisyah dulu!".

Ekspresi Syifa menjadi sedih. "Ana maaf ya, semoga ustadzah mengizinkanmu!".

Ana mengangguk dan segera menuju kamar ustadzah Aisyah, tapi ternyata dia tidak ada di kamar, jadi Ana berfikir tidak apa-apa kalau dia tidak minta izin toh juga rumah mbak Tari dekat.

Beruntung Ana bisa keluar dari pesantren tanpa ada yang tau, karena penjaga juga kebetulan tidak ada di depan gerbang pesantren, dia sedang melaksanakan shalat magrib.

Segera setelah keluar dari gerbang, Ana berlari menuju rumah mba Tari, tapi sayang kakinya kesandung batu.

Plakkk...

"Aduhhh". Ana meringis kesakitan dan melihat rok dan tanganya kotor.

"Kamu tidak apa-apa?". dari arah belakang terdengar suara serak seorang lelaki.

Ana mendongak ke arah sumber suara itu. Tepat saat itu dia melihat lelaki tinggi yang ketampananya tetap bersinar meskipun di bawah lampu yang tidak begitu terang

"Alvin". Batin Ana

"Mau ku bantu?". tanya Alvin sambil menjulurkan tangannya.

Tanpa sadar Ana langsung meraih tangan Alvin namun dia terpeleset dan Alvin bergegas menarik pinggang Ana, langsung saja Ana terkejut melihat tangan Alvin melingkar di pinggangnya.

Tatapan mereka beradu tepat di bawah sinar rembulan yang mempesona. Untuk sesaat Alvin dan Ana terdiam saling menatap, tepat saat itu beberapa warga memergoki mereka, dan langsung salah paham, mereka dianggap akan berbuat mesum di depan lingkungan pesantren.

"Hei, apa yang akan kalian lakukan? apa kalian mau berbuat mesum dan menodai pesantren ini?". teriak salah satu warga yang memergoki mereka.

Ana dan Alvin langsung terkejut dan melepaskan pegangannya dari Ana, sedang Ana berhasil berdiri setelah Alvin melepas pegangannya.

"Sepertinya kalian ini mau berciuman dan berbuat mesum lainnya, iya kan , ngaku kalian! ". lanjut pak Ryadi sambil menodong Ana dan Alvin.

Ana gemetaran, dan keringat dingin, dia ketakutan setengah mati bahkan malu bercampur kesal karena di tuduh berbuat mesum.

Sedang Alvin diam seribu bahasa, dia keluar pesantren hanya untuk mencari udara segar sehabis kabur dari ustadz yang akan menagih hafalannya. Namun yang tidak disangka kalau dia bertemu dan melihat Ana berada di luar pesantren dengan terburu-buru. Melihat Ana jatuh Alvin langsung membantunya karena menurutnya itu wajar.

Pak Ryadi adalah orang yang tidak terlalu suka dengan pak Kyai, dia selalu mencari cara untuk menjatuhkan nama baik pesantren. Dan kebetulan dia tau Alvin karena pas Alvin dan ibunya datang Pak Ryadi melihatnya.

"Kenapa kalian hanya diam hah?". teriak Pak Ryadi. "Mana berani mereka bicara, sudah ketangkap basah begini". sahut warga yang lainnya.

"Astagfirullahaladzim, jangan fitnah begitu dong pak, kami tidak sengaja bertemu dan dia hanya menolongku". jelas Ana sambil keringat dingin.

"Menolong apanya? mau ngasih nafas buatan? dengan berpelukan begitu?". tanya pak Riyadi.

"Itu Fitnah". teriak Ana sambil meneteskan air mata.

Sedang Alvin masih terdiam mengamati situasi yang sedang terjadi di hadapannya itu.

"Kamu bilang fitnah?". Pak Ryadi menyeringai ke arah Ana dan Alvin. "Ha ha ha bagaimana mungkin fitnah kalau kenyataanya sudah banyak saksi yang melihat kalian berpelukan".

"Sudah ada buktinya, semua orang juga melihat, dan gak ada yang bisa jamin kalau kalian berdua tidak melakukan apa-apa sebelum nya". kata warga dengan lantang.

"Iya, dasar tidak bermoral, bikin malu pesantren aja".

"Kalau sudah begini mereka harus segera dinikahkan sebelum menjadi aib bagi desa kita".

"Pokoknya kita harus menindak lanjutinya".

Mendengar suara para warga pak Ryadi tersenyum licik karena berhasil memprovokasi warga.

»Kediaman pak Kyai«

"Apa yang terjadi?". pak Kyai merasa heran melihat satpam datang menghadap dengan panik.

Belum sempat satpam itu menjawab, tiba-tiba semua warga yang dipimpin oleh pak Ryadi terdengar ribut tidak jauh dari kediaman pak kyai, Ana tampak pucat karena tak ada yang percaya dengan penjelasanya, sedangkan Alvin masih tetap diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun meski begitu mereka berjalan patuh menuju kediaman pak Kyai.

Mendengar suara ribut, ekspresi pak Kyai menjadi rumit, untungnya kediaman pak Kyai lumayan jauh dari Asrama putra dan putri, dan dikelilingi oleh tembok besar sehingga keributan itu tidak terdengar oleh para santri, hanya beberapa ustadzah dan ustadz yang ada di sana.

Pak Ryadi dan para warga mulai protes pada pak kyai ketika mereka tiba di hadapan pak Kyai.

"Ada apa ini pak Ryadi?". Kyai Khanif merasa heran ketika melihat Ana dan Alvin ada di antara kerumunan warga. Begitupun para ustadz dan ustadzah.

Pak Ryadi langsung menceritakan kronologis kejadiannya.

"Astagfirullahaladzim". pak Kyai dan para ustad dan ustadzah langsung beristighfar ketika mendengarkan penjelasan Pak Riyadi.

"Kami ingin mereka dinikahkan segera!". lanjut warga yang lain dengan ekspresi gelap.


Bab 6: Keputusan Yang Gila

Pak Ryadi tersenyum licik dia tahu betul bahwa Alvin adalah cucu pak kyai dari perempuan yang sangat dicintainya, dan dia senang jika melihat pak Kyai di permalukan oleh cucunya sendiri dan tentunya dendamnya terbalas.

"Kalau saja kamu Kyai menyebalkan menerima lamaranku dulu mungkin hari ini tidak akan terjadi". Batin Pak Riyadi.

"Betul itu, pak kyai harus cepat mengambil keputusan".

"Iya pak kyai harus memutuskan, sebelum berita ini menyebar"

Pak kyai tampak semakin bingung dan tak tau mau berkata apa , di lain sisi dia tidak percaya dengan tuduhan warga tapi di lain sisi dia tidak ingin pesantren yang sudah di bangun bertahun tahun tercemar.

Ketika semua orang ribut, tiba-tiba ada suara dari balik kerumunan.

"Saya akan Menikahi Ana". kata Alvin dengan satu nafas dan tanpa ragu.

Mendengar perkataan Alvin semua orang terdiam, Ana yang sedari tadi diam dan menangis kaget tak menyangka Alvin yang sedari tadi diam tiba-tiba mengucap kata-kata sakral itu.

"Dia bilang apa? dia mau menikahiku?"..

"Oh tidak mungkin, ini artinya akan membenarkan tuduhan warga, Apa dia gila?".

"berapa IQ nya sebenarnya? Ya Allah selamatkan aku!". Batin Ana.

"Kalau begitu besok kami akan datang lagi untuk menyaksikan pernikahanmu, jangan sampe menghianati kata-katamu anak muda". Kata pak Ryadi sambil tertawa jahat

"Tidak akan!". jawab Alvin sambil menatap sinis ke arah pak Ryadi.

Setelah itu semua warga bubar dan tinggalah pak Kyai dan beberapa ustadz dan ustadzah berkumpul di ruangan tamu dan mulai memandang Ana dan Alvin dengan tatapan yang dipenuhi rasa ingin tahu.

"Sekarang kalian jelaskan apa yang terjadi, benarkah kalian sudah berpelukan?". tanya Ustadz Arif.

"Iya". jawab Alvin santai.

"Astagfirullahaladzim". ucap pak Kyai dan ustadz serta ustadzah berbarengan.

Ana melihat ke arah Alvin, yang nampak begitu tenang dengan jawabanya, seolah dia tidak takut dengan resikonya.

"Ya Allah kenapa Alvin begini ? benar-benar dah IQ nya rendah, ini tidak bisa dibiarkan, aku harus menjelaskannya ini demi masa depanku". Batin Ana.

"Bukan seperti itu... ". kata Ana mencoba meluruskan keadaan namun belum saja dia selesai Alvin menyela perkataannya.

"Saya rasa tidak ada yang akan berubah meskipun dijelaskan kalau tuduhan itu tidak benar, sebab bukti diciptakan dengan dorongan yang keras, kalau melawan maka akan jatuh". lanjut Alvin.

Semua orang diruangan itu mulai tampak ragu-ragu dan memahami situasinya, mereka percaya bahwa Ana dan Alvin tidak mungkin berbuat seronoh.

"Terus, sekarang apa yang harus kita lakukan pak Kyai?". ustadz Arif melirik pak Kyai yang sedari tadi diam dengan ekspresi yang gelap.

Pak Kyai menarik nafas sambil berkata, "Karena dia sudah berjanji maka dia harus menepatinya, toh mereka juga beberapa bulan lagi akan lulus, selain itu menikah muda juga dianjurkan".

"Karena mereka masih usia sekolah, jadi pernikahannya hanya secara agama saja, jadi kalian tinggal atur agar besok mereka bisa menikah di masjid pesantren". Lanjut pak kyai

"Besok pak kyai? apakah tidak dadakan, banyak yang harus disiapkan". ustadz Arif tercengang heran.

"Anak muda ini berjanji besok, jadi lakukanlah secepat mungkin, cukup akad nikah yang dihadiri para santri dan orang tua kedua belah pihak dan para warga yang datang malam ini setelah itu selesai". kata pak kyai dengan ekspresi rumit setelah itu dia meninggalkan ruang tamu.

Mendengar semua yang dikatakan pak Kyai para ustadz dan ustadzah bergegas pergi, Ana yang sedari tadi terdiam di kejutkan oleh ustadzah Aisyah dan di bawa kembali ke Asrama.

»Asrama Putri«

Di dalam kamar ustadzah Aisyah, Ana menatap sendu dengan air mata yang masih bercucuran, ustadzah Aisyah merasa kasihan pada santriwati terbaiknya itu.

"Ustadzah, aku tidak ingin menikah, dan tuduhan warga itu salah tolong aku!". ucap Ana sambil menelungkupkan tangannya ke dada.

"Ini kesalahanmu Ana, kamu berani keluar pesantren diam-diam di malam hari jadi bagaimana aku bisa menolongmu terlebih warga memiliki bukti kuat, aku memang percaya padamu tapi kamu tau sendiri kalau pak Kyai sudah membuat keputusan maka tidak ada yang bisa membantahnya". jelas ustadzah Aisyah dengan ekspresi kecewa secara Ana adalah santriwati kebanggaanya.

Ana hanya menunduk sambil menangis, karena dia tau kalau dia salah, Fida dan Syifa yang mendengar berita itu juga kaget dan bergegas menuju kamar ustadzah Aisyah untuk menemukan Ana.

Setiba mereka di sana, Syifa dan Fida patah hati melihat Ana menangis tersedu.

Melihat Syifa datang, Ana langsung memeluknya sambil terisak Ana berkata, "Syifa, tolong percaya padaku, kalau aku tidak mungkin melakukan hal buruk, ini fitnah, aku tidak mau menikah hanya karena ini"

"Aku percaya padamu". kata Syifa sambil menepuk-nepuk bahu Nana.

"Ana aku juga percaya padamu, tapi bukankah yang kamu nikahi itu Alvin, apakah kamu tidak senang? sedangkan banyak gadis bermimpi bisa dekat dengan dia tapi kamu dengan mudah akan menikah dengannya?". Kata Fida.

"Itu mereka bukan aku, masalahnya tidak sesederhana itu, ini benar-benar memalukan tidak hanya keluargaku tapi juga keluarga besar pak kyai". ucap Ana.

Mendengar penjelasan Ana, Fida dan Syifa mengangguk mengerti mereka juga merasakan kesedihan Ana namun tidak bisa membantu.

"Iya benar, kalau tidak kami akan menuntut pesantren ini dan menarik semua anak-anak kami dari pesantren". warga mulai menuntut karena mereka takut anak-anak mereka akan terpengaruh.

Mendengar permintaan warga, pak Kyai nampak mulai goyah dari ketenangannya, tatapannya tajam tertuju ke Alvin yang sedari tadi diam membisu.


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Membuka kunci kumpulan bab

    Indeks

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C5
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank 200+ Peringkat Power
    Stone 0 Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk

    tip Komentar Paragraf

    Fitur komentar paragraf sekarang ada di Web! Arahkan kursor ke atas paragraf apa pun dan klik ikon untuk menambahkan komentar Anda.

    Selain itu, Anda selalu dapat menonaktifkannya atau mengaktifkannya di Pengaturan.

    MENGERTI