Unduh Aplikasi
4.72% The Alchemists: Cinta Abadi / Chapter 53: Akhirnya ke Jerman

Bab 53: Akhirnya ke Jerman

Finland berhasil meminta cuti selama empat minggu kepada Ms. Fang. Selain karena kinerjanya yang bagus, ia juga berhasil membuat seisi departemennya terkesan.

Pada suatu sore ia membawa rombongan dari departemen Marketing untuk makan malam bersama di Restoran Moon Hotel Continental untuk merayakan pembukaan galeri Katia yang berhasil diselesaikannya dan mereka semua sangat terkesan.

Orang-orang di LTX tahu bahwa waiting list Restoran Moon bisa sampai berbulan-bulan, maka keberhasilan Finland membawa mereka makan di situ membuat semua teman kerjanya sangat senang dan kagum kepadanya. Keesokan paginya ketika Finland menghadap Ms. Fang untuk mengajukan cuti sejak tanggal 30 Desember hingga 29 Januari, permintaannya tidak ditolak.

Finland berjanji akan membereskan semua kewajibannya sebelum cuti dan ia akan menyerahkan proyek-proyeknya yang masih pending kepada Lily dan Tran yang dapat membantunya. Ia juga berjanji akan dapat dihubungi lewat telepon dan email bila sewaktu-waktu ada keadaan darurat yang memerlukan dirinya.

Seminggu sebelum mereka berangkat ke Jerman Finland memberitahukan kabar baiknya kepada Caspar saat mereka sedang makan bersama.

"Aku sudah diberikan cuti selama sebulan. Minggu ini adalah hari terakhirku bekerja di tahun 2018."

"Wahh... hebat! Aku sangat senang mendengarnya." Caspar mengangguk senang, "Aku juga sudah menyelesaikan tanggung jawabku di rumah sakit dan di universitas. Mulai besok aku sudah bisa menggantung jubah dokterku dan fokus pada kehidupan kita saja. Aku juga akan memberimu kursus singkat tentang kaum Alchemist agar kau bisa mempersiapkan diri untuk bertemu mereka."

"Kursus singkat? Buat apa?" tanya Finland keheranan.

"Ada banyak hal yang kau belum ketahui tentang kaumku, dan aku tidak ingin kau merasa kaget kalau nanti bertemu orang-orang yang agak nyentrik atau sangat berbeda dariku." jawab Caspar dengan suara kalem, "Aku sudah bilang, tidak semua kaum Alchemist itu sepertiku."

"Aku tahu, tidak semua orang Alchemist itu kaya dan pintar sepertimu. Kau sudah bilang," kata Finland sambil mengangkat bahu.

"Bukan itu saja." Kali ini Caspar terlihat sangat serius, "Ada sebagian golongan yang menyebut diri mereka "purist" atau Alchemist murni. Mereka adalah keturunan langsung para alchemist generasi sebelumnya dan tidak perlu minum ramuan keabadian. Mereka menganggap dirinya lebih baik dari manusia normal dan memandang rendah manusia dan semua anggota Kaum Alchemist yang berdarah campuran maupun yang berasal dari manusia biasa, yang masuk ke dalam kaum kami karena pernikahan dan menerima hadiah ramuan keabadian."

"Oh ya? Mereka sama seperti orang rasis yang memandang rendah orang lain karena warna kulit dan kebangsaannya..." Finland terkejut mendengar cerita Caspar. Ia tidak menduga di antara orang-orang Alchemist ada juga yang jahat.

"Seperti itulah. Mereka hanya mendukung pernikahan di antara sesama Alchemist, padahal kau tahu sendiri jumlah kami sangat sedikit... Kalau kami membatasi diri hanya menikah dengan sesama kaum Alchemist, dalam waktu singkat kami akan berhubungan dengan kerabat jauh, hampir seperti incest*. Kakek dan ayahku dulu juga purist. Mereka menolak menerima Louis, suami Flora untuk masuk ke dalam klan. Setelah Alexandrite lahir sepuluh tahun kemudian, barulah ayah berubah pikiran. Ia sangat menyayangi Alexandrite, cucunya dan tak ingin melihatnya menjadi tua dan meninggal. Akhirnya keluarga menerima Louis dan memberinya ramuan abadi, usianya saat itu sudah 40 tahun. Lalu berturut-turut Garnet lahir, dan terakhir Jadeith. Mereka semua berdarah campuran dan walaupun mereka meminum ramuan abadi, pertumbuhan mereka baru berhenti di usia 30-an."

Finland baru sekarang mendengar tentang orangtua dan kakek Caspar, dan ia tidak mengira bahwa ayah dan kakeknya dulu juga bersikap rasis terhadap manusia biasa.

"Apakah kau juga pernah menginginkan seorang purist untuk menjadi pasanganmu?" tanya Finland penuh selidik. Ia tahu Caspar sangat dekat dengan orangtuanya dan ia ingin tahu apakah Caspar punya sikap pandang yang sama dengan mereka.

"Aku tidak tahu..." jawab Caspar jujur, "Aku pikir menikah dengan seorang purist atau tidak, tak ada bedanya, asalkan orang itu bisa hidup abadi bersamaku dan kami saling mencintai. Apakah ia terlahir sebagai Alchemist atau ia minum ramuan abadi, aku tidak terlalu peduli."

"Hmm... baiklah." Finland ingat ia baru berjanji untuk ikut Caspar setahun lagi, tetapi ia masih belum memutuskan apakah ia akan minum ramuan abadi atau tidak. Caspar sepertinya membaca pikirannya, karena pria itu buru-buru menenangkannya.

"Tetapi aku sudah berjanji akan menerimamu apa adanya, kalaupun kau belum mau menjadi Alchemist, aku akan tetap menunggu. Aku tidak akan pernah memaksamu." Ia mencium Finland lalu berbisik, "Aku yakin anak-anak kita akan mengubah pikiranmu. Lihat saja."

Ia tersenyum lebar dan mengusap-usap kepala Finland. Gadis itu hanya mengerutkan keningnya.

***

Hari yang sudah sangat lama dinantikan Finland pun tiba. Tanggal 29 Desember mereka sudah siap dengan koper dan menuju ke bandara agar tiba di Jerman sehari sebelum pesta ulang tahun Aldebar.

Di dalam pesawat pribadi Casparlah Finland akhirnya bertemu Famke dan beberapa pengawal pribadi Caspar yang lain. Selama ini ia banyak berinteraksi dengan Jadeith, tetapi karena Famke sering ditugaskan untuk misi rahasia ia jarang beredar di dekat Finland.

Gadis itu senang mengenakan pakaian serba leather yang, walaupun tertutup, membuatnya terlihat sangat seksi. Rambutnya yang pendek bermodel bob terlihat sangat ringkas dan memberi kesan dingin. Penampilannya mengingatkan Finland akan tokoh La Femme Nikita, tanpa rambut pirangnya. Famke berkebangsaan Jerman dan rupanya sudah berumur hampir 200 tahun.

Ia bersikap hormat kepada Finland namun sangat sedikit bicara. Selama 14 jam penerbangan, Finland hampir tak mendengar suara Famke sama sekali.

"Famke itu memang tidak suka bersosialisasi," kata Caspar. "tetapi orangnya baik. Ia menjadi pengawalku karena aku pernah menyelamatkan nyawanya... Ia hanya ingin membalas budi. Aku sudah berkali-kali menyuruhnya pergi, agar ia dapat menjalani kehidupannya sendiri, tetapi Famke berkeras ingin melindungiku."

Finland menatap Famke di sudut kabin yang tampak serius membaca sebuah buku. Ia tidak tahu apakah memang benar Famke menyertai Caspar karena ingin membalas budinya, ataukah Famke menyimpan perasaan kepada Caspar...

Mereka mendarat di Stuttgart dan segera melalui akses VIP untuk keluar dari bandara. Beberapa mobil mewah telah menunggu mereka di depan lobi terminal kedatangan. Finland masih tak dapat percaya bahwa ia baru menginjakkan kakinya di Eropa, dan ia bersama calon suaminya...

Semuanya terasa sempurna!

Ia menarik nafas dalam-dalam begitu turun dari pesawat, tetapi suhu yang dingin segera membuatnya terkejut. Jerman di akhir bulan Desember sudah masuk musim dingin dan udaranya sangat menusuk, membuatnya segera menggigil kedinginan.

Brr...

Caspar yang melihat itu segera memeluk Finland ke dalam mantel panjangnya dan menuntun gadis itu ke mobil. Sebelum mereka sempat masuk, terdengar suara memanggil namanya dari belakang.

"Heiii... kalian juga baru datang?"

Caspar menoleh ke belakang dan menemukan seorang pemuda yang sangat tampan dengan rambut cokelat sedagu yang terlihat keren sekali. Matanya yang keunguan bersinar-sinar saat melihatnya. Di sebelahnya ada seorang gadis berambut cokelat terang dan sepasang mata ungu yang sama.

Gadis itu cantik sekali dengan rambut panjang ikal menjuntai hingga ke pinggangnya, dan di wajahnya tersungging senyum yang sangat memikat dengan barisan gigi putih seperti mutiara. Tubuhnya sempurna bagaikan dipahat khusus oleh seorang dewa. Yang ia butuhkan hanyalah sepasang sayap untuk membuatnya sempurna sebagai bidadari atau malaikat.

Kedua orang ini sangat menarik perhatian dan mereka diikuti beberapa pengawal berpakaian serba hitam, seperti Caspar.

"Selamat siang, Alexei dan Sophia." Caspar menyapa mereka. "Kalian datang lebih cepat. Perayaan ulang tahun Aldebar itu besok."

"Sophia yang berkeras untuk datang lebih awal, ia ingin bertemu denganmu," jawab Alexei sambil melirik ke arah gadis di sampingnya.

Sophia bergerak hendak memeluk Caspar ketika tiba-tiba Finland melongokkan kepalanya dari mantel Caspar, langkah Sophia seketika terhenti.

"Siapa itu?" tanyanya keheranan.

Finland menoleh ke arah Caspar dan meminta penjelasan.

"Ini Finland, calon istriku," Caspar mengembangkan tangannya dan memperlihatkan Finland yang tadi tertutup mantelnya karena kedinginan, dan orang-orang yang baru datang bisa melihat Finland dengan jelas.

"Calon... is..tri?" tany Sophia dengan nada tidak percaya. "Sudah berapa lama kalian bersama? Kenapa aku tidak tahu?"

"Aku kan tidak perlu meminta izinmu," jawab Caspar dingin.

Mendengar itu wajah Sophia tampak sangat tidak senang.

"Apakah dia manusia biasa?" tanyanya kemudian.

"Itu bukan urusanmu," jawab Caspar. Ia menoleh kepada Finland dan menjelaskan, "Itu Alexei, temanku sewaktu masih muda, kami tumbuh bersama. Dan itu Sophia adiknya. Bisa dibilang akhir-akhir ini kami sedang berbeda pendapat. Mereka adalah pemimpin para purist."

Finland seketika ingat cerita Caspar tentang segolongan Alchemist yang menganggap diri mereka lebih tinggi dari manusia biasa dan ingin memurnikan klan Alchemist dengan tidak menerima anggota baru dari manusia biasa. Pantas saja Caspar berbeda pendapat dengan mereka. Bila kaum purist berhasil memaksakan kehendak, maka Caspar tak akan dapat menikahi Finland.

"Kami duluan," kata Caspar kemudian. Ia memberi tanda kepada para stafnya dan mereka semua segera masuk ke mobil dan melaju pergi.

Finland baru melihat beberapa orang Alchemist saja, tetapi ia sudah terpukau oleh kaum itu. Semua Alchemist yang ditemuinya memiliki penampilan yang rupawan dan sempurna, dan mata mereka semuanya memiliki warna-warna cemerlang.

Saat mereka menaiki mobil menuju kastil keluarga Caspar, ia tak dapat berhenti memikirkan tentang ratusan orang sempurna yang akan ditemuinya di acara pesta besok. Ia tak tahu apakah orang-orang itu akan dapat menerimanya dan menganggapnya pantas menjadi pendamping Caspar.

Mobil akhirnya berhenti satu jam kemudian di depan sebuah kastil besar yang cantik. Finland tak bisa menebak umurnya, tetapi kastil ini pasti tua sekali, namun sangat terawat dan di sekitarnya banyak tanaman yang tumbuh sehat dan membuat suasana terlihat sangat teduh dan anggun.

Seorang pemuda berambut keemasan sebahu datang menyambut mereka di depan pintu. Wajahnya sangat mirip dengan Caspar, terutama sepasang mata birunya yang cemerlang. Senyumnya pun berlesung pipi, seperti Caspar.

Ini pasti Aldebar, adik bungsu Caspar, pikir Finland.

Pemuda itu mengenakan pakaian seperti seorang pangeran di zaman dulu yang membuatnya terlihat seperti keluar dari film sejarah, apalagi dengan kastil yang ada di belakangnya. Finland harus mencubit dirinya sendiri agar percaya bahwa mereka tidak sedang berada di zaman kuno.

"Adikku sangat menyukai mode zaman purba..." komentar Caspar. "Ia seperti hidup di abad ke-18."

Finland menggeleng, "Tapi aku suka sekali... Pakaiannya indah. Selama ini aku hanya melihatnya di buku-buku saja..."

Ia menghampiri Aldebar dan meraba bahan pakaiannya dengan wajah penuh minat. Aldebar hanya tertawa melihatnya dan berkata kepada kakaknya, "Aku sudah menyukai calon kakak ipar. Dia punya selera yang bagus."

Caspar hanya mengerucutkan bibirnya tanda tidak senang.

"Kami sudah lelah karena perjalanan kemari. Aku dan Finland mau beristirahat." Ia menarik tangan Finland masuk ke dalam kastil.

"Eh.. kau tidak akan memperkenalkan kami?" tanya Aldebar keheranan.

"Tidak." jawab Caspar kesal. "Aku tidak mau kau menggunakan pesonamu kepada istriku."

Finland memutar bola matanya saat mendengar kata-kata Caspar. Ia lalu beralih ke arah Aldebar dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Selamat siang, Aldebar, namaku Finland, tanpa nama belakang."

Aldebar tersenyum dan membalas jabatan tangan Finland. "Senang bertemu denganmu, Finland. Namaku Aldebar. Aku adik bungsu Caspar."

Kedua tersenyum dan saling mengangguk. Barulah Finland mengikuti Caspar untuk masuk ke kastil.

"Ada kiriman barang dari New York untuk kalian," seru Aldebar sebelum keduanya menghilang dari pandangannya, "Barangnya sudah ditaruh di kamar ya."

Ah, itu pasti gaun pengantin dari Rosa Wang. Finland sangat kagum karena Rosa memang berhasil menyelesaikan gaunnya dalam waktu kurang dari satu bulan.

Oh... ia tak sabar untuk mengenakannya dan melihat penampilannya....


Load failed, please RETRY

Hadiah

Hadiah -- Hadiah diterima

    Status Power Mingguan

    Rank -- Peringkat Power
    Stone -- Power stone

    Membuka kunci kumpulan bab

    Daftar Isi

    Opsi Tampilan

    Latar Belakang

    Font

    Ukuran

    Komentar pada bab

    Tulis ulasan Status Membaca: C53
    Gagal mengirim. Silakan coba lagi
    • Kualitas penulisan
    • Stabilitas Pembaruan
    • Pengembangan Cerita
    • Desain Karakter
    • Latar Belakang Dunia

    Skor total 0.0

    Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
    Pilih Power Stone
    Rank NO.-- Peringkat Power
    Stone -- Batu Daya
    Laporkan konten yang tidak pantas
    Tip kesalahan

    Laporkan penyalahgunaan

    Komentar paragraf

    Masuk