Unduh Aplikasi
2.06% Masa Muda Yang Tak Muda / Chapter 5: Kata-kata terakhir untuk ayah

Bab 5: Kata-kata terakhir untuk ayah

Tiba pada malam hari.

Sekali lagi Kinan kembali melewati malam sendiri dengan kesedihan karena merindukan ayah.

"Ibu sudah lelap tertidur setelah lelah seharian dengan semua kekacauan di rumah dan karena masalah aku yang pingsan di sekolah hari ini".

Kinan menatap ibu sesaat sambil turun perlahan dari ranjang karena takut ibu terbangun.

Kinan keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja ayah, Kinan sudah sangat merindukan sang ayah.

Semua lampu rumah sudah mati karena orang-orang sudah di dalam kamar masing-masing untuk tidur.

 

Tengah malam itu ia mulai membuka satu persatu galeri foto yang ada di laptop di ruang kerja ayah.

"Ayah tidak membawa laptop ini, apa ayah lupa?"

 Tidak terasa Kinan senyum-senyum sendiri melihat foto-foto keluarga saat liburan mereka 2 tahun yang lalu.

Kinan sambil membayangkan hari-hari dimana ayah, ibu dan semua kakaknya bahagia bersama, tapi kemudian ia tersadar bahwa itu merupakan liburan terakhir mereka bersama dengan ayahnya.

Di tahun setelah itu ayah mulai memperlihatkan perubahan, ayah yang sangat hangat dengan Kinan dan juga selalu meluangkan waktu untuk bermain dengan kinan tiba-tiba sibuk dengan semua urusannya.

Dan belakangan diketahui bahwa ayah memiliki teman wanita lain yang mengalihkan perhatiannya dari Kinan dan keluarga.

Air mata mulai menetes tak tertahan lagi. Dari hari keputusan perceraian orang tuanya Kinan selalu menahan air matanya agar tidak jatuh dan terlihat oleh sang ibu yang sangat ia sayangi.

Kinan selalu memperlihatkan senyum manisnya di depan ayah dan ibunya, sampai ayahnya sempat berpikir bahwa perceraian ini tidak mengguncang hati anak bungsunya sama sekali.

Terakhir kali yang ayahnya lihat dari wajah Kinan adalah senyuman manis dan tulus, Kinan berharap bahwa ayahnya tidak akan melupakan dia jika nanti ayahnya telah pergi.

Dan tiba pada malam itu, Kinan sudah terlalu berat menahan semuanya, ia tak sanggup lagi menahan sakit hati karena ayah tak juga meneleponnya sampai hari ini untuk sekedar menanyakan kabarnya.

Ia tak kuat lagi menahan rasa rindu yang mendalam kepada ayahnya.

Kinan memang yang paling dekat dengan ayahnya, dia selalu bermain dengan ayahnya di rumah jika sedang libur, mereka sering menghabiskan waktu berdua seharian jika libur kerja dan sekolah.

Tapi kenyataannya ayah bahkan tidak meneleponnya sama sekali, itu sangat membuat kinan berpikir bahwa ayah memang sudah tidak ada lagi untuknya, ayah sudah tidak bisa lagi meluangkan waktu untuknya meski hanya telepon.

Tangan kinan masih sibuk dengan kursor laptop memutar vidio-vidio keluarga yang tersimpan di sana.

Awalnya dia berpikir mungkin itu akan dirasa cukup untuk mengobati rasa rindunya.

Tapi sampai vidio terakhir dia putar dan selesai, masih terasa pengap di dadanya, ia masih belum merasa puas, dia ingin mendengar suara ayahnya secara langsung malam itu.

Akhirnya Kinan secara perlahan masuk ke kamar ibu dan mengambil ponsel ibu yang disimpan di meja riasnya.

Kinan perlahan menutup pintu kamar dan kembali berlari kecil ke ruang kerja ayah.

Kinan langsung menekan nomor telepon ayahnya, bahkan sampai 3 kali memanggil tetap tidak ada jawaban dari ayah.

"Apa ini sudah terlalu malam? apa ayah sudah benar-benar tertidur sekarang?, apa ayah tidak merindukanku?"

Kinan kesal karena teleponnya tidak mendapatkan jawaban.

 "baik aku coba sekali lagi, jika ayah tidak juga menjawab teleponku, ini adalah panggilanku terakhir untuknya".

Kinan mengucap janji untuk dirinya sendiri. tak lama setelah itu di saat kinan akan menekan nomor teleponnya kembali, ponsel itu berdering, tanpa berlama-lama Kinan langsung menjawab telepon itu.

" ayah? ayah Kinan tahu Kinan suka nakal, Kinan juga tahu ibu juga suka marah-marah di rumah karena cape mengerjakan pekerjaan rumah, Kak Gnta sudah mau mengurangi waktu bermain Gamenya, Kak Kiran tidak akan memakai riasan lagi ke sekolah, kak kayla dia tambah perhatian padaku, dia suka membantu ibu di rumah, dan apa ayah tahu? hari ini Kak Keysa pulang ke rumah, dia pulang setelah sekian lama, apa ayah tidak senang mendengar itu? kita semua akan menjadi anak baik, dan  ibu juga tidak akan menjadi pemarah lagi, apa ayah bisa pulang sekarang?, apa ayah bisa memaafkan semua kesalahan kami dan kembali kepada kami disini?"

Kinan langsung berbicara panjang tanpa bernapas ketika telepon mulai tersambung, dia sudah sangat ingin bicara dengan ayahnya dari kemarin, dia sudah tidak bisa menahannya lagi, dia sangat ingin ayahnya pulang sebelum ibu membawanya pindah ke Bandung.

Kinan tanpa diketahui oleh ibu dan kakak-kakaknya tadi siang sebenarnya menguping semua pembicaraan di ruang TV, Kinan keluar dari kamar saat semua orang berdiskusi perihal rencana pindah rumah dan sekolah Kinan juga Kakak-Kakaknya.

Isak tangis Kinan terdengar jelas di ujung telepon sana, sang ayah mendengarkan dengan sangat hati-hati karena ia sedang bersama wanita idamannya di rumah barunya.

Kinan tidak mengetahui situasi itu, Kinan hanya berpikir dia sangat senang bisa berbicara dengan ayahnya lagi, ayah yang sangat ia rindukan.

"Nak, Kinan putri ayah, ibumu mana? kenapa tengah malam begini kamu tidak tidur sayang? sekarang Kinan tutup teleponnya, besok pagi ayah telepon lagi ya!"

Ayah mencoba membujuk Kinan agar segera mematikan telepon karena saat itu tengah malam, putrinya harus tidur, dan dia juga takut wanita yang ada disampingnya akan terbangun mendengar kebisingan itu.

 "Apa ayah betul-betul sudah tidak sayang Kinan? apa ayah benar-benar bukan milik Kinan lagi? apa Kinan bahkan sudah tidak bisa mendengar suara ayah lagi? saat ini Kinan sangat ingin melihat ayah, Kinan rindu ayah, walaupun sekarang Kinan hanya bisa mendengar suara ayah saja, Kinan sudah sangat senang, apa ayah tidak merasakan apa yang Kinan rasakan sekarang?"

Sang ayah hanya terdiam mendengar putri kecilnya meratap.

"Baiklah, Kinan pamit ayah, maaf Kinan mengganggu waktu tidur ayah, Kinan lupa besok ayah harus kerja".

Belum sempat sang ayah menjawab perkataan Kinan, sambungan telepon sudah terputus.

Kinan mematikan telepon dan diam tanpa bergerak dengan mata menatap foto ayah di ponsel ibu.

"Ayah sudah benar-benar pergi".

Itu kata-kata terakhir Kinan setelah akhirnya air mata semakin turun deras dari matanya membasahi foto sang ayah.


Load failed, please RETRY

Status Power Mingguan

Rank -- Peringkat Power
Stone -- Power stone

Membuka kunci kumpulan bab

Indeks

Opsi Tampilan

Latar Belakang

Font

Ukuran

Komentar pada bab

Tulis ulasan Status Membaca: C5
Gagal mengirim. Silakan coba lagi
  • Kualitas penulisan
  • Stabilitas Pembaruan
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • Latar Belakang Dunia

Skor total 0.0

Ulasan berhasil diposting! Baca ulasan lebih lanjut
Pilih Power Stone
Rank NO.-- Peringkat Power
Stone -- Batu Daya
Laporkan konten yang tidak pantas
Tip kesalahan

Laporkan penyalahgunaan

Komentar paragraf

Masuk