Saat sedang Festival pemilihan raja iblis yang ke - 72, aku Balphegor yang menyandang "Sloth" salah satu dari 7 dosa mematikan yang melayani raja iblis. Aku berpatisipasi dalam perayaan tersebut agar dapat terpilih menjadi 4 Pillar Raja Iblis. akan tetapi mimpi ku sirna, sebab saat kami para iblis saat sedang melakukan perayaan tiba – tiba diserang oleh orang orang suci dan pengikutnya. Yang menyerang kami merupakan anggota garis depan dari " Holy Army's ", mereka sudah menyiapkan rencana untuk mengancurkan kaum iblis saat perayaan sedang berlangsung dan memasukkan racun pada makanan dan minuman alkohol kami. Aku tidak dapat menggunakan kekuatanku untuk menghalau maupun menyerang pasukan tersebut karena sudah memakan dan minum minuman yang sudah di racuni. aku tidak dapat melakukan apa pun dan mati mengenaskan, aku sempat bergumam dalam hatiku atas penyesalan ini di saat situasi seperti ini,
« Aku, salah satu dari 7 dosa mematikan »
« Kenapa mati dengan mengenaskan ?!? »
« Sungguh malunya aku !! »
« Kenapa ini bisa terjadi oleh ku yang sudah hidup hingga ribuan tahun, dan.. Kenapa harus dengan cara yang mengenaskan seperti ini ?!?! »
« Aghh..!! »
« Biasa nya kaum iblis tidak takut akan kematian, tetapi kenapa aku sang bangsawan iblis yang di hormati takut akan kematian »
Sesaat setelah aku berfikir tiba tiba ada sebuah pedang tajam berbentuk sedikit melengkung yang memancarkan aura emas , sesaat aku melihat itu pedang tersebut tiba tiba menuju ke arah kepalaku dan tanpa sadar pun sudah menancap di dahi ku. kupikir inilah cara mati yang paling pantas untuk pengecut sepertiku.
Dan setelah pedang tersebut menembus kepalaku, aku pun terjatuh ke tanah yang halus dengan beberapa rumput liar yang pendek, disaat itu pun aku menghembuskan nafas terakhirku. Disaat aku terjatuh semua pengelihatanku semakin gelap dan tanpa ku sadari pengelihatan ku pun memudar dikarenakan cucuran darah yang keluar dari dahi ku yang sudah sobek oleh pedang tajam tersebut, disaat bersamaan dengan memudarnya pengelihatanku. Aku bertekad untuk menjadi yang terkuat dan menjadi kebal terhadap semua serangan mental yang dapat membuatku lengah seperti tadi, hal yang membuatku tewas.
Saat aku mulai hilangan kesadaran aku sempat berfikir,
« Mungkin, menjadi manusia itu bagus yah, karena bisa merasakan makanan enak dan meminum alkohol yang segar, serta bisa bersenang senang dengan berbagai wanita. »
Aku pun mulai tidak sadarkan diri,
Kenapa ini gelap, kenapa aku merasa semua anggota tubuhku agak berbeda dari sebelumnya. Seharusnya tubuhku sebesar pepohonan yang berumur lebih dari seratus tahun serta memiliki tanduk sebesar tangan manusia dewasa. Dan juga kemana »Relic« ku, seharusnya aku dapat merasakan kehadirannya di dekat ku
Tanpa ku sadari pun ada sesuatu yang aneh dan..
" Krekkkk... Krekkk.. " suara yang terdengar sangat asing, aku ingin membuka mataku namun tidak bisa karena sangat berat, tetapi aku masih penasaran dengan suara tersebut karena sangat – sangat terdengar asing bagiku.
Sesaat aku penasaran akan hal itu tiba tiba aku mendengar suara
" Tuan Muda " suara wanita yang lembut itu pun membuka mata ku, aku dapat melihatnya dia wanita yang rupawan dan memiliki telinga yang memanjang serta rambut berwarna perak yang panjang semapai yang menggunakan baju pelayan 'victoria'.
Bila aku mengingatnya di kehidupan ku yang terdahulu mahluk yang rupawan dan memiliki telinga yang panjang dan berambut perak disebut 'Elf', sesaat aku tersadar sepenuhnya dengan tubuh kecil seperti manusia ini aku pun melihat kanan dan kiri dengan mataku.
Suara yang tadi membuatku penasaran ternyata adalah suara dari sebuah ayunan kayu kecil yang tertiup pelan oleh angin dan hasilnya ayunan tersebut berayun secara pelan dan mengasilkan bunyi tersebut yang membuat telingaku bergemetar sedikit, saat itupun aku tersadar bila telingaku hampir mirip dengan telingaku pada kehidupan sebelumnya yaitu agak panjang sedikit seperti kaum 'Alv'.
Aku berada di ruangan kaca yang agak besar yang sekelilingnya ada banyak sekali tanaman – tanaman maupun tumbuhan beraroma wangi yang membuat suasana hati ku tenang, aku ingin memanggil wanita tersebut tetapi aku tidak dapat berbicara dan aku pun menangis entah sebab apa. Tapi yang jelas ku ketahui aku menangis karena sesuatu, tenggorokan ku kering sekali seperti di padang pasir, padahal aku sedang berada di ruang yang sejuk dan indah ini.
Saat aku sedang menangis tiba – tiba datanglah seorang wanita cantik yang mempunyai rambut berwarna biru, dia datang ditemani oleh lelaki yang seumuran dengannya yang mempunyai rambut berwarna biru cerah, lelaki tersebut melirik kearah ku dan tersenyum senang, selain tersenyum senang lelaki tersebut sangatlah tampan dan rupawan.
Lelaki dan wanita tersebut datang ke arahku dan sang wanita pun langsung dengan sigap mengangkatku dari tempat tidurku yang kecil, dan lelaki tersebut tersenyum amat bahagia. Lelaki tersebut melirik ke arah wanita yang berpakaian pelayan.
"Veil, terima kasih karena telah menjaga anak ku saat aku dan istri ku pergi "
Aku pun terkaget dan bertanya – tanya dalam hati ku karena aku tidak dapat berbicara,
« Apakan lelaki tampan ini adalah ayahku ?!? »
« Aku adalah iblis, rupa ku sangatlah jelek seperti monter. Aku pun tidak mempunyai kebaikan sama sekali sampai tuhan membuat ini terjadi terhadap ku.. »
Wanita berpakaian pelayan tersebut yang ku ketahui bernama Veil, dia pun menundukkan kepalanya terhadap ayahku dan berbicara sangat sopan
" Tidak tuan, sudah tugasku sebagai pelayan keluarga Warnfort untuk melayani anda dan keluarga anda "
Wanita cantik yang menggendong ku pun lansung menangis bahagia karena aku membuka mataku. Ia pun berbicara terbata bata dan secara perlahan menanyakan kenapa aku dapat terbangun terhadap lelaki tersebut yang merupakan suaminya.
" Eugene, ap .. apakah kau tahu kenapa anak kita dapat terbangun kembali ? "
" Bukannya kata seorang petapa agung melahirkan anak, dan anak itu tidak dapat menangis maupun membuka matanya itu artinya anak tersebut tidak bernyawa"
Lelaki tersebut yang kuketahui bernama Eugene pun memeluk ibu ku dan menjawawb secara perlahan dan mengeluarkan kata katanya yang membuat istrinya terdiam.
" Bukankah sudah bagus bila anak kita sudah bangun, Cristine ? "
" Dia adalah anak ku, dia juga anak mu. Kau sendiri yang melahirkannya yang artinya itu merupakan anak mu, darah daging mu sendiri dan juga darah dagingku sebagai ayahnya "
" Anak kita sudah bangun, aku akan menamainya Lockheart Warnfort. Dan dia akan menjadi penerus utama keluarga kita, semoga dia menjadi anak yang kuat dan cerdas untuk memimpin wilayah yang kita kuasai kelak saat wakktunya tiba "
Ayahku menamaiku Lockheart, aku pun sangat senang. Padahal ini pertama kalinya aku menjadi manusia dan di namani dengan nama yang sangat bagus. Saat aku di gendong ibu ku, aku pun melihat di sebelah sudut ruangan kaca ini ada sebuah cermin. Aku menunjukkan jari telunjuk ku kearah cermin, sontak ibu ku mengerti dan dia berjalan ke arah cermin tersebut dengan menggendong tubuhku yang masih kecil ini.
« Ini tidak mungkin, aku mempunyai telinga yang sama seperti ibu ku. Ini adalah telinga dari kaum Alves !! »
« Kenapa aku berwujud seperti ini, Ini adalah wujud paling suci, kaum Alves sendiri bukannya hanya sedikit ? »
« Sebenarnya dimana aku ?!? »
« Kenyataan ini, aku dari iblis yang sangat jahat dan di benci tuhan, Menjadi sosok Alves adalah sesuatu yang sangat 'istimewa' dan membuat ku sangat senang »
« Memang benar, aku sudah tidak pernah membunuh manusia sejak seribu tahun terakhir karena itu pun aku menyandang gelar 'sloth'. Apakah ini hadiah darinya ? »
« Aku sudah mati di kehidupan ku yang lalu, dan aku juga sudah tidak mungkin mendapat kepercayaan oleh Raja iblis. Mungkin lebih baik aku menjadi bebas seperti petualang »
Begitulah dalam benak ku, aku sangat ingin bebas dari dunia ini tanpa beban maupun tugas terhadap sesuatu yang besar seperti mempertahankan kaum atau memperjuangkan sesuatu yang tidak pasti akan keberadanaanya
Setelah aku bertekad aku pun melalui hidup ku menjadi Lockheart Warnfort
Aku pun dibawa oleh ibuku keluar dari ruang kaca yang ternyata berada di belakang mansion utama milik keluarga ku, aku dibawa oleh ibuku kedalam mansion yang besar. Di dalam mansion tersebut kami disambut oleh beberapa pelayan yang menunggu kedatangan kami, saat aku di gendong oleh ibuku aku sempat melihat kedalam mansion yang besar tersebut. Di dalam mansion besar ini terdapat banyak koleksi pedang yang mengeluarkan aura yang membuatku tenang, pedang – pedang tersebut di tempatkan di dinding dengan kaca yang membuatnya tidak dapat keluar dan terjatuh.
Pedang – pedang tersebut ada 8 buah. pedang pedang tersebut di letakkan di dinding lantai satu dengan baik, aku melihat beberapa pelayan yang juga membersihkan kaca yang menjaga pedang terebut jauh dari debu. Aku begitu tertarik terhadap pedang tersebut karena memancarkan aura yang membuat hati ku hangat.
Kesampingkan hal itu, aku dibawa oleh ibuku ke dalam ruangan tempat yang luas dan disana banyak sekali pernah pernik yang memancarkan aura yang membuatku tenang juga, sebenarnya aku bingung aura apakah ini, sampai membuat hati ku menjadi tenang. Ibuku membawa ku masuk kedalam ruangan tersebut dan menaruh ku di sebuah ranjang kecil yang sepertinya memang di khususkan untuk ku tidur.
Aku sekali lagi melihat wajah ibu ku yang cantik. Aku melihat rambutnya yang berwarna biru, sungguh ibu yang mengagumkan, aku yakin dia pasti sangat kuat seperti ayahku, ayahku mempunyai aura yang sangat kuat seperti kekuatan 4 pillar iblis terdahulu dalam kehidupan ku yang sebelumnya.
Aku merasa mengantuk karena aku terus berfokus dalam berfikir seperti ini, memang jiwa ku sudah berumur ribuan tahun. Tetapi fisik ku ini masihlah sangat kecil seperti sehingga pola pikir ku terlalu menguras tenaga ku, mungkin aku akan tetap seperti ini sampai waktunya tiba dan sampai »Relic« ku mulai muncul.
" Austec Vlaus B'leum Knotz Zwei " » Heal «
Ibu ku tiba – tiba menyentuh kening ku dan aku merasa semua badanku kembali segar seperti baru bangun tidur, bila ku ingat lagi ini merupakan matra suci tingkat tiga yaitu tipe penyembuhan. Ku pikir ibu ku ini benar benar hebat karena dapat menguasai sihir ini dan memberikannya kepadaku, sungguh ibu yang hebat.